Sabtu, 20 Desember 2014

Tes dan Pengukuran Olahraga



Tes dan pengukuran merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam berbagai kegiatan manusia, demikian pula halnya dalam kegiatan pengajaran dan pelatihan olahraga. Karena dengan melaksanakan kedua hal tersebut kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan seorang atlet, sehingga akhirnya dapat membuat suatu keputusan yang tepat. Pengajaran dan pelatihan olahraga merupakan sebuah proses yang dinamis, pengajar/pelatih dan pembina menghadapi berbagai permasalahan yang membutuhkan pemecahan. Semakin teliti informasi yang diperoleh (melalui tes dan pengukuran) akan semakin baik keputusan yang diambil.

Menurut Johnson dan Nelson (1969:1) “Tes adalah suatu bentuk dari suatu pertanyaan dan atau pengukuran, yang digunakan untuk memperkirakan ingatan dari sutau pengetahuan dan kemampuan, atau untuk mengukur kemampuan gerak di dalam aktifitas jasmani.” Kirkendal (1987) menyatakan bahwa, “tes adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang individu atau objek.”
Secara khusus tes yang digunakan adalah tes prestasi. Winarno (2007:61) menyatakan “tes prestasi adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian prestasi seseorang setelah mempelajari sesuatu.” Dalam hal ini tes prestasi yang dimaksudkan tes kemampuan fisik sehingga instrumen ini masuk kategori achievement test.


1.        Petunjuk Pelaksanaan Tes
a.      Kriteria Bagi Atlet yang akan di Tes
1.      Harus sehat fisik dan mental berdasarkan pemeriksaan dokter.
2.      Satu hari sebelum pelaksanaan tes, atlet yang bersangkutan cukup istirahat dan cukup tidur.
3.      Makan terakhir 2 jam sebelum tes mulai dilaksanakan.
4.      Atlet diharuskan berpakaian dan bersepatu olahraga pada saat menjalani tes.
5.      Sebelum memulai aktivitas tes, atlet melakukan pemanasan selama kurang-lebih 15 menit.
6.      Atlet diharuskan untuk menjalankan tes dengan sungguh-sungguh.

b.      Kriteria Bagi Pelaksana Tes
1.      Mengetahui jenis-jenis alat ukur yang akan digunakan.
2.      Memahami prosedur pelaksanaan pengukuran.
3.  Dapat mengoperasikan dengan benar berbagai peralatan yang akan digunakan dalam pengukuran.

c.          Kriteria Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Tes
1.      Alat tes yang digunakan telah ditera atau memenuhi standar.
2.      Tempat pelaksanaan tes harus aman dan nyaman bagi atlet.
3.      Tersedia peralatan medis untuk kepentingan P3K.
4.      Tersedia formulir-formulir yang dibutuhkan untuk merekam hasil tes.
5.      Bila tes terjadwal secara rutin berkala, pelaksanaan hendaknya dilakukan di tempat dan waktu yang sama.



       Sugiyanto (1993:66), menyatakan bahwa “kriteria pengukuran dikatakan baik apabila memenuhi kriteria: instrumen pengukuran harus valid, reliabel, mudah diadministrasikan dan ada norma penilaiannya”.
a.       Kekuatan otot tungkai, leg dynamometer
Untuk mengetahui kekuatan otot tungkai dengan menggunakan tes leg dynamometer. Tujuan tes adalah untuk mengukur kekuatan kelompok extensor tungkai. Pelaksanaan tes : berdiri diatas tumpuan leg dynamometer, kedua lengan memegang bagian lengan tongkat, pegangan setinggi bagian kemaluan, sabuk pengaman dililitkan antara pinggang dengan kedua ujung tongkat pegangan. Gerakannya : tarik tungkai dengan kedua tangan bersamaan dengan meluruskan kedua lutut, pada akhir gerakan kedua lutut hampir lurus sepenuhnya.  Penilaian yaitu hasil yang dapat dicatat dari nilai tertinggi yang diperoleh selama melakukan tes sebanyak 2-3 kali. Hasil masing-masing testee dapat dibaca pada petunjuk yang berada di atas bantalan leg dynamometer.
b.      Kekuatan otot lengan. Pull and push dynamometer.
Tujuan: Untuk mengukur kekuatan otot tangan dalam menarik dan mendorong. Alat: pull and push dynamometer. Petugas: (1) pemandu tes dan (2) pencatat skor. Pelaksanaan: Testee berdiri tegak dengan kaki direnggangkan dan pandangan lurus ke depan. Tangan memegang pull & push dynamometer dengan kedua tangan di depan dada. Posisi lengan dan tangan lurus dengan bahu. Tarik alat tersebut sekuat tenaga. Pada saat menarik atau mendorong, alat tidak boleh menempel pada dada, tangan dan siku tetap sejajar dengan bahu. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali. Penilaian: Skor kekuatan tarik atau kekuatan dorong terbaik dari dua kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan kg. dengan tingkat ketelitian 0,5 kg.
c.       Daya tahan otot perut. AAHPERD Modifield Sit-ups (AAHPERD 1980)
Untuk memperoleh data daya tahan otot perut dilakukan dengan menggunakan instrumen tes sit-up, Nelson (1986:132). Testee harus menempelkan kedua lengan di depan dada dan melakukan sit-up dengan cara menyentuhkan siku kiri ke lutut kanan, dan siku kanan ke lutut kiri. Gerakan tersebut dilakukan sebanyak mungkin.
d.      Daya tahan otot lengan. Modifield Push-up
Untuk memperoleh data kekuatan otot perut dilakukan tes dengan menggunakan instrument push-up, Nelson (1986:139). Posisi awal: testee mengambil posisi tidur menelungkup dan menempatkan telapak tangan di lantai di bawah dada testee. Kedua tangan testee terletak di lantai di bawah kedua bahunya, siku dipertahankan atau dikunci dalam keadaan lengan diluruskan. Seluruh tubuh lurus, tidak ada bagian tubuh yang menyentuh lantai kecuali kedua tangan dan tumitnya. Kedua kaki diregangkan sejauh 30 cm. Pelaksanaan: Testee membengkokkan lengannya, badan diturunkan sampai dadanya dapat menyentuh tangan penghitung dan dorong kembali ke posisi awal. Tubuh harus tetap dipertahankan dengan lurus sepanjang melakukan gerakan. Testee melakukan kegiatan sebanyak mungkin tanpa harus berhenti.
e.       Daya tahan otot tungkai. Half squat jump test
Untuk mengetahui daya tahan otot tungkai dapat diketahui dengan tes squat jump, Nelson (1986:137), pelaksanaan: orang coba berada pada sikap jongkok dengan salah satu tumit kaki yang lainya berada di depan, sedangkan kedua tangan saling berkait diletakkan dibelakang kepala, pandangan ke depan. Orang coba lemompat ke atas sehingga tungkai lurus, lalu mendarat dengan berganti kaki ke depan dan ke belakang,dengan posisi setengah jongkok (half squat). Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan sikap kaki bergantian sampai orang coba tak dapat melompat lagi secara sempurna seperti ketentuan tersebut di atas.
f.       Power otot tungkai. Vertical Jump
Johnson dan Nelson (1986:219), untuk mengetahui power otot tungkai masing-masing testee yaitu dengan tes Vertical Jump. Tujuan tes adalah untuk mengukur power kaki melompat ke atas. Tingkatan usia untuk tes ini adalah individu yang berusia 6 tahun sampai usia perguruan tinggi. Tes ini baik dilakukan untuk laki-laki dan perempuan.
g.      Power otot lengan. Two Hand Medicine Ball Put
Untuk memperoleh data power otot lengan dengan cara atlet melakukan lempar bola medicine, yang dalam hal ini diganti dengan menggunakan bola basket. Caranya dengan menghitung jarak antara jatuhnya bola dengan tempat duduk atlet pada waktu melempar, dengan satuan meter. Setiap atlet melakukan dua kali kesempatan melempar bola, dan diambil yang terjauh dari hasil lemparanya. Nelson (1986:214).
 Foto : Hendra (kiri) dan Evan Dimas (kanan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aktivitas Olahraga Senam, Akuatik, Beladiri dan Pendidikan Kesehatan

TUGAS AKHIR M6 : Aktivitas Olahraga Senam, Akuatik, Beladiri dan Pendidikan Kesehatan Tugas 1 Senam 1.       Buatlah uraian 3 gerakan ...