Tes dan pengukuran
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam berbagai kegiatan manusia, demikian
pula halnya dalam kegiatan pengajaran dan pelatihan olahraga. Karena dengan
melaksanakan kedua hal tersebut kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan
seorang atlet, sehingga akhirnya dapat membuat suatu keputusan yang tepat.
Pengajaran dan pelatihan olahraga merupakan sebuah proses yang dinamis,
pengajar/pelatih dan pembina menghadapi berbagai permasalahan yang membutuhkan
pemecahan. Semakin teliti informasi yang diperoleh (melalui tes dan pengukuran)
akan semakin baik keputusan yang diambil.
Menurut Johnson dan Nelson (1969:1) “Tes adalah suatu bentuk dari suatu pertanyaan dan atau pengukuran, yang digunakan untuk memperkirakan ingatan dari sutau pengetahuan dan kemampuan, atau untuk mengukur kemampuan gerak di dalam aktifitas jasmani.” Kirkendal (1987) menyatakan bahwa, “tes adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang individu atau objek.”
Secara khusus tes yang
digunakan adalah tes prestasi. Winarno (2007:61) menyatakan “tes prestasi adalah tes yang
digunakan untuk mengukur pencapaian prestasi seseorang setelah mempelajari
sesuatu.” Dalam hal ini tes prestasi yang dimaksudkan tes kemampuan fisik sehingga
instrumen ini masuk kategori achievement
test.
1.
Petunjuk
Pelaksanaan Tes
a.
Kriteria
Bagi Atlet yang akan di Tes
1.
Harus sehat fisik dan mental berdasarkan pemeriksaan
dokter.
2.
Satu hari sebelum pelaksanaan tes, atlet yang
bersangkutan cukup istirahat dan cukup tidur.
3.
Makan terakhir 2 jam sebelum tes mulai dilaksanakan.
4.
Atlet diharuskan berpakaian dan bersepatu olahraga
pada saat menjalani tes.
5.
Sebelum memulai aktivitas tes, atlet melakukan pemanasan
selama kurang-lebih 15 menit.
6.
Atlet diharuskan untuk menjalankan tes dengan
sungguh-sungguh.
b.
Kriteria
Bagi Pelaksana Tes
1.
Mengetahui jenis-jenis alat ukur yang akan digunakan.
2.
Memahami prosedur pelaksanaan pengukuran.
3. Dapat mengoperasikan dengan benar berbagai peralatan
yang akan digunakan dalam pengukuran.
c.
Kriteria
Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Tes
1.
Alat tes yang digunakan telah ditera atau memenuhi
standar.
2.
Tempat pelaksanaan tes harus aman dan nyaman bagi
atlet.
3.
Tersedia peralatan medis untuk kepentingan P3K.
4.
Tersedia formulir-formulir yang dibutuhkan untuk
merekam hasil tes.
5.
Bila tes terjadwal secara rutin berkala, pelaksanaan
hendaknya dilakukan di tempat dan waktu yang sama.
Sugiyanto (1993:66), menyatakan bahwa “kriteria pengukuran dikatakan baik apabila
memenuhi kriteria: instrumen pengukuran harus valid, reliabel, mudah
diadministrasikan dan ada norma penilaiannya”.
a.
Kekuatan
otot tungkai, leg dynamometer
Untuk
mengetahui kekuatan otot tungkai dengan menggunakan tes leg dynamometer. Tujuan tes adalah untuk mengukur kekuatan kelompok
extensor tungkai. Pelaksanaan tes : berdiri diatas tumpuan leg dynamometer,
kedua lengan memegang bagian lengan tongkat, pegangan setinggi bagian kemaluan,
sabuk pengaman dililitkan antara pinggang dengan kedua ujung tongkat pegangan.
Gerakannya : tarik tungkai dengan kedua tangan bersamaan dengan meluruskan
kedua lutut, pada akhir gerakan kedua lutut hampir lurus sepenuhnya. Penilaian yaitu hasil yang dapat dicatat dari
nilai tertinggi yang diperoleh selama melakukan tes sebanyak 2-3 kali. Hasil
masing-masing testee dapat dibaca pada petunjuk yang berada di atas bantalan leg dynamometer.
b.
Kekuatan
otot lengan. Pull and push
dynamometer.
Tujuan: Untuk mengukur kekuatan otot tangan dalam
menarik dan mendorong. Alat: pull and
push dynamometer. Petugas: (1) pemandu tes dan (2) pencatat skor.
Pelaksanaan: Testee berdiri tegak dengan kaki direnggangkan dan pandangan lurus
ke depan. Tangan memegang pull & push
dynamometer dengan kedua tangan di depan dada. Posisi lengan dan tangan
lurus dengan bahu. Tarik alat tersebut sekuat tenaga. Pada saat menarik atau
mendorong, alat tidak boleh menempel pada dada, tangan dan siku tetap sejajar
dengan bahu. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali. Penilaian: Skor kekuatan
tarik atau kekuatan dorong terbaik dari dua kali percobaan dicatat sebagai skor
dalam satuan kg. dengan tingkat ketelitian 0,5 kg.
c. Daya tahan otot perut. AAHPERD Modifield Sit-ups (AAHPERD 1980)
Untuk memperoleh
data daya tahan otot perut dilakukan dengan menggunakan instrumen tes sit-up, Nelson (1986:132). Testee
harus menempelkan kedua lengan di depan dada dan melakukan sit-up dengan cara
menyentuhkan siku kiri ke lutut kanan, dan siku kanan ke lutut kiri. Gerakan
tersebut dilakukan sebanyak mungkin.
d. Daya tahan otot lengan. Modifield Push-up
Untuk memperoleh
data kekuatan otot perut dilakukan tes dengan menggunakan instrument push-up, Nelson (1986:139).
Posisi awal: testee mengambil posisi
tidur menelungkup dan menempatkan telapak tangan di lantai di bawah dada
testee. Kedua tangan testee terletak
di lantai di bawah kedua bahunya, siku dipertahankan atau dikunci dalam keadaan
lengan diluruskan. Seluruh tubuh lurus, tidak ada bagian tubuh yang menyentuh
lantai kecuali kedua tangan dan tumitnya. Kedua kaki diregangkan sejauh 30 cm. Pelaksanaan: Testee membengkokkan lengannya, badan diturunkan sampai dadanya
dapat menyentuh tangan penghitung dan dorong kembali ke posisi awal. Tubuh
harus tetap dipertahankan dengan lurus sepanjang melakukan gerakan. Testee melakukan kegiatan sebanyak
mungkin tanpa harus berhenti.
e.
Daya
tahan otot tungkai. Half squat jump test
Untuk
mengetahui daya tahan otot tungkai dapat diketahui dengan tes squat jump, Nelson (1986:137), pelaksanaan: orang coba berada pada
sikap jongkok dengan salah satu tumit kaki yang lainya berada di depan,
sedangkan kedua tangan saling berkait diletakkan dibelakang kepala, pandangan
ke depan. Orang coba lemompat ke atas sehingga tungkai lurus, lalu mendarat
dengan berganti kaki ke depan dan ke belakang,dengan posisi setengah jongkok (half squat). Gerakan ini dilakukan
berulang-ulang dengan sikap kaki bergantian sampai orang coba tak dapat
melompat lagi secara sempurna seperti ketentuan tersebut di atas.
f. Power otot tungkai. Vertical Jump
Johnson dan
Nelson (1986:219), untuk mengetahui power otot tungkai
masing-masing testee yaitu dengan tes Vertical Jump.
Tujuan
tes adalah untuk mengukur power kaki melompat ke atas.
Tingkatan usia untuk tes ini adalah individu yang berusia 6 tahun sampai usia
perguruan tinggi. Tes ini baik dilakukan untuk laki-laki dan perempuan.
g.
Power
otot lengan. Two Hand Medicine Ball Put
Untuk
memperoleh data power otot lengan dengan cara atlet melakukan lempar bola medicine, yang dalam hal ini
diganti dengan menggunakan bola basket.
Caranya dengan menghitung jarak antara jatuhnya bola dengan tempat duduk atlet pada waktu melempar, dengan satuan meter.
Setiap atlet melakukan dua kali kesempatan melempar bola, dan diambil yang
terjauh dari hasil lemparanya. Nelson (1986:214).
Foto : Hendra (kiri) dan Evan Dimas (kanan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar