Kamis, 27 November 2014

GAYA KEPEMIMPINAN PELATIH



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pencapaian suatu prestasi di bidang olahraga pada dasarnya merupakan hasil akumulatif dari berbagai aspek/unsur yang mendukung terwujudnya prestasi. Dalam tulisan ini masalah yang disoroti terutama mengenai fungsi pelatih sebagai pemimpin, yang memimpin atletnya dalam upaya mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Fungsi pelatih sebagai pemimpin menarik untuk dikaji dan dievaluasi, karena salah satu kunci utama dalam keberhasilan para atlet terletak pada kemampuan seorang pelatih dalam memimpin atletnya. Hal ini tercermin dari interaksi yang terjadi di lapangan. Brooks dan Fahey (1984) mengemukakan bahwa pelatih mempunyai tugas sebagai perencana, pemimpin, teman, pembimbing, dan pengontrol program latihan. Sedangkan atlet mempunyai tugas melakukan latihan sesuai program yang telah ditentukan pelatih.
Banyak cara pendekatan dilakukan pelatih dalam merealisasikan program yang telah disusun, antara lain yaitu melalui gaya (style) yang merupakan cara kerja yang biasa dilakukan sebagai kekhasan dari seseorang (logman : 1987). Dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat dijadikan rujukan guna mengevaluasi para pelatih di dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin atlet/tim.
Pelatih memainkan banyak peran, gaya kepemimpinan yang konsisten diharapankan akan membawa atlet lebih percaya, dan bersemangat  dengan apa yang diterapkan dalam pertandingan. Oleh karena itu kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan atlet dan timnya, pemimpin merupakan kunci pembuka bagi suksesnya organisasi atau tim.
Pelatih yang otoriter bertindak sangat direktif, selalu memberikan pengarahan, dan tidak memberikan kesempatan timbulnya partisipasi. Sedangkan pelatih yang demokratis mendorong kelompok diskusi dan pembuat keputusan, mereka mencoba bersikap objektif dalam memberikan pujian, kritik, dan motivasi. Adapun pelatih yang mempunyai gaya kepemimpinan laissez-faire memberikan kebebasan yang mutlak kepada kelompok.
1.2.      Rumusan Masalah
            Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan berbagai permasalahan yang timbul, sebagai berikut :
  1. Apa pengertian pemimpin, kepemimpinan dan gaya kepemimpinan?
  2. Bagaimana macam-macam gaya kepemimpinan  ?
  3. Bagaimana tipe kepribadian pelatih ?
1.3.      Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
  1. Definisi pemimpin, kepemimpinan dan gaya kepemimpinan.
  2. Macam-macam gaya kepemimpinan.
  3. Tipe kepribadian pelatih.
1.4.      Manfaat
Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:
1.      Manfaat Teoritis
Untuk pengembangan pengetahuan dalam dunia pelatih, sehingga seorang pelatih mampu memahami gaya-gaya kepemimpinan yang patut digunakan dalam proses melatih. Proses latihan tentu tidak akan berjalan dengan mulus seperti yang kita banyangkan, pasti saja ada kendala yang menghalangi kita untuk mencapai proses latihan yang maksimal. Proses latihan yang maksimal akan tercapai bila kita sabar dalam menekuni dunia kepelatihan ini, maka dari itu penulis menjelaskan lebih dari satu gaya kepemimpinan yang patut digunakan dalam menunjang proses latihan agar atlet merasa nyaman dilatih oleh pelatihnya sehingga akan mempermudah untuk mencapai prestasi yang maksimal.
2.      Manfaat Praktis
            Dalam penulisan ini diharapkan secara praktis dapat memberikan beberapa manfaat seperti :
Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam penyelesaian pendidikan stara 1 (S1) pada program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha, sehingga dalam inflementasinya dilapangan mampu mempraktekkan gaya kepemimpinan yang patut digunakan pelatih dalam memberikan pelatihan kepada atlet sehingga mampu mencapai prestasi yang maksimal.
b)      Bagi masyarakat :
Untuk memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai gaya kepemimpinan yang patut diterapkan pada proses latihan sehingga altet mampu mencapai prestasi yang maksimal.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Definisi Pemimpin, Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan
Pemimpin adalah seorang yang membimbing atau mengarahkan individu, kelompok/group, tim, dan organisasi (Logman : 1987). Sedangkan kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang untuk mengarahkan usaha-usaha ke arah pencapaian tujuan tertentu (Gibson dan Hodgetts : 1986). Kemudian Forsyth (1983) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah proses timbal balik/reciprocal, di mana individu diperbolehkan mempengaruhi dan memotivasi yang lain untuk mempermudah pencapaian yang saling memuaskan kelompok dan tujuan individu.
Veithzal (2004: 64) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Sifat dan kepribadian seorang pelatih akan banyak turut menentukan keberhasilan atau tidak tugas dan pengabdiannya. Kepribadian seorang pelatih tidak dapat dipisahkan dengan kepemimpinannya dalam melatih. Setiap pelatih mempunyai gaya kepemimpinan tersendiri, ini dikarenakan setiap pelatih mempunyai kepribadian yang berbeda dan strategi untuk mencapai tujuan yang berbeda pula. Gaya kepemimpinan ini akan tercermin dari cara pelatih membina dan melatih atletnya dalam meningkatkan prestasi.
2.2.Macam-Macam Gaya Kepemimpinan
            Dalam dunia olahraga banyak pelatih yang sukses dalam memimpin dan membina atletnya dengan berbagai macam gaya kepemimpinannya. Menurut Nawawi dan Hadari (1995: 83), gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar sebagai berikut:
  1. Gaya kepemimpinan yang mementingkan pelaksanaan tugas secara efektif dan efisien, agar mampu mewujudkan tujuan secara maksimal. Pemimpin menaruh perhatian yang besar dan memiliki keinginan yang kuat untuk melaksanakan tugas-tugasnya, tanpa campur tangan orang lain. Pemimpin menuntut pula agar setiap anggota seperti dirinya, menaruh perhatian yang besar dan keinginan yang kuat dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dengan tidak perlu menghiraukan dan mencampuri tugas-tugas orang lain pemimpin berasumsi bahwa bilamana setiap anggota melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien, pasti akan dicapai hasil yang diharapkan sebagai penggabungan hasil yang dicapai masing-masing anggota. Keserasian hasil setiap anggota dengan tujuan bersama tidak dipersoalkan, karena yang penting bagi pemimpin setiap anggota sibuk melaksanakan tugasnya.
  2. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan hubungan kerjasama. Pemimpin menaruh perhatian yang besar dan keinginan yang kuat agar setiap orang mampu menjalin kerjasama, dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, yang tidak dapat dilepaskan dari kebersamaan di dalam suatu unit atau organisasi sebagai satu kesatuan. Pemimpin berkeyakinan bahwa dengan kerja sama yang intensif, efektif, dan efisien, semua tugas dapat diselesaikan dengan maksimal dan kelompok atau organisasi akan berkembang dinamis. Perhatian pemimpin yang diarahkan pada usaha menciptakan kerjasama yang akrab, cenderung mengakibatkan perhatiannya pada pelaksanaan tugas dan hasilnya menjadi melemah dan berkurang.
  3. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat dicapai dalam rangka mewujudkan kelompok atau organisasi. Pemimpin menaruh perhatian yang besar dan memiliki keinginan yang kuat agar setiap anggota berprestasi sebesar-besarnya. Pemimpin memandang produk (hasil) yang dicapai merupakan ukuran prestasi kepemimpinannya. Cara mencapai hasil dan apa yang dikerjakan untuk mencapai hasil yang kuantitas dan kualitasnya sesuai dengan keinginan pimpinan tidak perlu dipersoalkan. Siapa yang melaksanakan dan bagaimana tugas dilaksanakan berada diluar perhatian pemimpin, karena yang penting adalah hasilnya dan bukan prosesnya.
            Menurut Ronald Lippit dan Ralph K. White yang dikutip oleh Miftah (1990: 68) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan ada 3 (tiga) macam sebagai berikut:
1)      Gaya Otoriter
Gaya kepemimpinan otoriter adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan oleh pemimpin semata-mata. Menurut Sutarto (1991: 73) gaya kepemimpinan otoriter antara lain berciri:
a)      Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan,
b)      Keputusan dibuat oleh pimpinan,
c)      Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan,
d)     Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan ke bawahan,
e)      Pengawasan terhadap sikap tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat,
f)       Prakarsa harus datang dari pimpinan,
g)      Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan, atau pendapat,
h)      Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif,
i)        Lebih banyak kritik dari pada pujian,
j)        Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat,
k)      Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman,
l)        Kasar dalam bertindak,
m)    Kaku dalam bersikap,
n)      Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.
Dapat diartikan bahwa gaya pemimpin otoriter adalah seorang pemimpin yang menganggap dirinya lebih dari orang lain dalam segala hal. Ia cenderung egois dan memaksa kehendak/ lebih senang memberikan perintah kepada bawahan tanpa menjelaskan langkah-langkah dan alasan-alasan yang nyata.
Secara khusus pelatih otoriter menurut Pate dan Clenaghan yang diterjemahkan Kasiyo (1993: 12-14):
a)      Menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan orang lain,
b)      Memerintah yang lain dalam kelompok,
c)      Berusaha agar semuanya dikerjakan menurut keyakinannya,
d)     Bersikap tidak mengorangkan orang,
e)      Menghukum anggota yang mengabaikan atau menyimpang,
f)       Memutuskan pembagian kerja,
g)      Menentukan bagaimana pekerjaan seharusnya,
h)      Memutuskan kebenaran ide.
Kepemimpinan otoriter ini timbul atas keyakinan pimpinan bahwa fungsi dan peranannya adalah memerintah, mengatur, dan mengawasi anggota kelompoknya. Pemimpin seperti ini merasa bahwa statusnya berbeda dan lebih tinggi dari kelompoknya. Selain itu, pemimpin lupa bahwa dirinya tidak dapat berbuat banyak tanpa bantuan dan kerja sama dengan anggota kelompok organisasinya. Pemimpin tidak menyadari bahwa keberhasilan yang dicapai adalah berkat kesediaan, keikutsertaan, dan kesungguhan anggota-anggotanya dalam bekerja baik secara perorangan maupun dalam bentuk kerja sama dengan kata lain setiap anggota organisasi ikut berperan dan menentukan keberhasilan atau kegagalan pemimpin dalam mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.
Keuntungan yang didapat dalam penerapan gaya kepemimpinan ini adalah kecepatan dan ketegasan dalam pembuatan keputusan, dan bertindak, sehingga untuk sementara mungkin produktivitasnya dapat naik. Meskipun demikian, penerapan gaya kepemimpinan otoriter dapat menimbulkan kerugian, antara lain suasana menjadi kaku, tegang, mencekam, menakutkan, sehingga berakibat lebih lanjut timbulnya ketidakpuasan.
2)      Gaya Demokrasi
Prinsip utama kepemimpinan demokrasi ialah mengikut sertakan semua orang di dalam proses penerapan dan penentuan strategi di dalam mencapai tujuan bersama dan setiap pengambilan keputusan selalu didasarkan musyawarah dan mufakat.
Gaya kepemimpinan ini menurut Sutarto (1991: 75-76) berciri sebagai berikut:
a)      Wewenang pemimpin tidak mutlak,
b)      Pemimpin bersedia melimpahkan sebagian wewenangnya kepada orang lain,
c)      Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan,
d)     Kebijaksanaan dibuat bersama pimpinan dan bawahan,
e)      Komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun antara sesama bawahan,
f)       Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar,
g)      Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan,
h)      Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan, atau pendapat,
i)        Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dan pada instruksi,
j)        Pujian dan kritik seimbang,
k)      Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas kemampuan secara wajar,
l)        Pimpinan memperhatikan kesetiaan para bawahan secara wajar,
m)    Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak,
n)      Terdapat suasana saling percaya, saling hormat, saling harga menghargai,
o)      Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan.  
Dapat diartikan bahwa gaya kepemimpinan demokrasi adalah tidak hanya demokratis di dalam pengangkatan pimpinan, tetapi juga dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaannya. Setiap anggota  kelompok dan pemimpin juga berhak untuk memberi penghargaan, kritik, nasihat.
Pemimpin demokratis tidak perlu berbeda dengan pimpinan otoriter dalam jumlah kekuasaan tapi berbeda dalam usaha dia untuk menimbulkan keterlibatan dan partisipasi maksimum dari setiap anggota dalam aktifitas kelompok dan dalam penentuan tujuan kelompok. Dia menyebarkan tanggung jawab, dukungan dan kekuatan hubungan antar personal untuk mengurangi ketegangan dan konflik antar kelompok dan untuk mencegah perkembangan struktur kelompok hirarkis dimana perbedaan hak dan status menonjol.
Sebaliknya, menurut Pate dan Clenaghan yang diterjemahkan Kasiyo (1993: 12 -19), pemimpin yang demokratis pada umumnya:
a)      Bersikap ramah, bersahabat,
b)      Membiarkan kelompok sebagai keseluruhan membuat rencana,
c)      Mengizinkan anggota-anggota kelompok untuk berinteraksi dengan yang lain tanpa ijin,
d)     Menerima saran-saran,
e)      Berbicara sedikit lebih banyak dari rata-rata versus anggota kelompok.
Penerapan gaya kepemimpinan demokratis dapat mendatangkan keuntungan antara lain berupa keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedangkan kelemahan gaya ini antara lain lamban, rasa tanggung jawab kurang, keputusan yang dibuat bukan merupakan keputusan terbaik (Sutarto, 1991: 77).
3)      Bebas (Laissez-Faire)
Gaya kepemimpinan bebas/ laissez faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Ciri-ciri kepemimpinan ini seperti yang ditulis oleh Sutarto (1991: 77-78) adalah sebagai berikut:
a)      Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan,
b)      Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan,
c)      Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan,
d)     Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan,
e)      Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan yang dilakukan para bawahan,
f)       Prakarsa selalu datang dari bawahan,
g)      Hampir tiada pengarahan dari pimpinan,
h)      Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok,
i)        Kepentingan pribadi lebih utama dari kepentingan kelompok,
j)        Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul orang perorangan.
Sedangkan menurut Onang (1977: 43) kepemimpinan bebas/ laissez faire adalah kepemimpinan dimana Si pemimpin menyerahkan tujuan dan usaha-usaha yang akan dicapai, sepenuhnya kepada anggota-anggota kelompok. Si pemimpin dalam menegakkan peranan kepemimpinannya hanya pasif saja. Dialah yang menyediakan bahan-bahan dan alat-alat untuk satu pekerjaan, tetapi inisiatif diserahkan kepada para anggota, jadi kepemimpinan bebas bawahan mendapat kebebasan seluas-luasnya dari pemimpin tidak ada atau tidak berfungsi kepemimpinan, tidak mengatur apa-apa, tidak mengadakan rapat, tidak membina diskusi, dan tidak mencoba mengatur dulu pihak-pihak bila bertentangan.
Penerapan kepemimpinan yang liberal ini dapat mendatangkan keuntungan antara lain para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Tetapi kepemimpinan jenis ini membawa kerugian bagi organisasi antara lain berupa kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut selera masing-masing.
Dari berbagai macam gaya kepemimpinan yang telah diuraikan diatas, sebenarnya tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik. Meskipun terdapat beberapa gaya kepemimpinan seperti disebut di atas, tetapi tidak ada gaya yang efektif yang dapat diterapkan pada semua situasi. Setiap situasi yang berbeda menuntut cara pelaksanaan kepemimpinan yang berbeda pula. Oleh karena itu, seorang pelatih seharusnya memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri kepemimpinan yang baik.
2.3.Tipe Kepribadian Pelatih
Berbagai klasifikasi tentang tipe seorang pelatih disesuaikan dengan keadaan watak, perilaku, temperamen yang dimiliki seorang pelatih, Tutko dan Richards (1975) dikutip Hamidsyah  (1995: 19) memberikan 5 (lima) kategori kepribadian pelatih yang paling dominan adalah sebagai berikut:
1)      Pelatih Otoriter (Authritarian Coach)
Tipe pelatih semacam ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan seperti perkiraan dan strategi yang dibuatnya terkadang kurang memenuhi sasaran. Tetapi ia tetap bersikeras pada prinsip-prinsip pendiriannya yang seringkali mengabaikan kemungkinan pemecahan masalah yang rasional. Ia lebih cenderung menggantungkan diri pada perasaan, bukan pada kajian analitis dari masalah. Pelatih tipe ini begitu keras dan disiplin sehingga bila ada atletnya yang salah selalu mendapatkan hukuman-hukuman, ciri-ciri tipe pelatih otoriter sebagai berikut:
a)      Memiliki disiplin tinggi,
b)      Sistem Hukuman,
c)      Pengawasan ketat,
d)     Tindakan kejam dan sadis,
e)      Bukan pribadi yang hangat,
f)       Teknik Ancaman,
g)      Tidak menyukai asisten pelatih yang bertipe sama,
h)      Bekerja teratur dan terorganisasi dengan baik.
2)      Pelatih yang Baik Hati (Nice Guy Coach)
Tipe pelatih semacam ini adalah seorang yang peramah, murah hati, dan berlawanan dengan tipe pelatih otoriter. Sifatnya sangat ramah, selalu ingin menolong, dan memperhatikan kepentingan serta kesejahteraan atlet, fleksibel. Mempunyai rasa prihatin yang besar. Dibawah asuhan pelatih yang baik hati atlet merasa tenang dan rileks, ciri-ciri pelatih yang baik hati antara lain:
a)      Senang memberi pujian atau penghargaan dan selalu disegani orang,
b)      Sangat fleksibel dalam membuat rencana latihan yang kadang-kadang dapat membuat atlet menjadi sangsi akan profesinya sebagai pelatih,
c)      Dalam menerapkan metode latihan ia sering ragu-ragu dan sering mencoba-coba beberapa alternatif metode atau sistem dalam latihan.
3)      Pelatih Pemacu (Intense atau Driven Coach)
Pelatih tipe ini adalah seorang yang suka bekerja keras, penuh semangat, disiplin tinggi dan agresif dalam menjalankan tugas. Ia tidak senang kerja santai dan bermalas-malasan. Tipe ini sangat efektif dalam memberikan motivasi, rangsangan dan semangat kepada para atletnya. Dalam beberapa hal pelatih tipe pemacu ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan tipe otoriter. Perbedaan terletak pada tidak adanya penerapan sistem hukuman bagi atlet yang kurang memenuhi tugas-tugasnya. Sedangkan dalam sistem pelatih otoriter   semua kesalahan harus mendapatkan hukuman. Sedang persamaan kedua tipe ini adalah sama-sama memiliki disiplin tinggi, tegas, kemauan dan kerja keras tanpa mengenal waktu, ciri-ciri tipe pelatih pemacu antara lain sebagai berikut:
a)      Selalu merasakan kekhawatirannya, ragu-ragu karena merasa masih ada hal-hal yang penting yang seharusnya diberikan dalam menghadapi pertandingan,
b)      Selalu mendramatisasikan hal-hal kecil menjadi besar. Suka berteriak saat pertandingan berlangsung dan menyerang serta menyalahkan wasit bila wasit dianggap merugikan atlet atau regunya,
c)      Memiliki pengetahuan dan informasi yang lengkap tentang cabang olahraga yang dibinanya,
d)     Mempunyai pandangan setiap kekalahan merupakan malapetaka yang berat tanggungannya, 
4)      Pelatih Santai (Easy-Going Coach)
Tipe pelatih santai adalah gambaran bagaimana seorang pelatih yang bekerja dengan santai dan biasanya bersikap pasif. Ia adalah tipe seorang pelatih yang baik, tidak pernah merasakan adanya beban atau stress karena mereka bebas untuk berinteraksi setiap saat. Dalam melakukan latihan-latihan tidak ketat pengawasan pelatih, program-program latihan tidak terorganisasikan dengan baik sehingga kesiapan para atletnya pun dalam menghadapi pertandingan-pertandingan dipersiapkan seadanya. Masalah prestasi bukan menjadi tujuan utama sehingga latihan-latihan berjalan santai tanpa adanya beban mental apapun, ciri-ciri pelatih santai antara lain sebagai berikut:
a)      Dalam menjalankan tugas tidak terikat oleh apapun serta tidak serius dalam menangani atlet atau regunya,
b)      Karena sifat yang santai, pelatih tipe ini tidak memiliki kreasi untuk dapat menggugah semangat para atletnya,
c)      Baik perencanaan maupun program-program latihan tidak disusun secara teratur dan terinci,
d)     Kekalahan bagi timnya tidak menjadikan ia bingung atau merasa susah tetapi ia tetap tenang,
e)      Pelatih seperti ini memberikan kesan kepada orang lain sebagai pelatih yang dingin tanpa usaha.
5)      Pelatih Tipe Bisnis (Business-Like Coach)
Pelatih tipe ini menganggap olahraga sebagai bisnis. Oleh karena itu semua kegiatan diorganisasi dengan teratur dan baik. Ia adalah seorang yang inovatif dengan memiliki pengetahuan tentang olahraga yang mendalam. Pelatih tipe ini mempunyai kecerdasan tinggi dan cepat tanggap akan situasi apa pun serta selalu yakin akan segala gagasan-gagasannya, ciri-ciri pelatih bisnis antara lain sebagai berikut:
a)      Selalu mengikuti perkembangan atlet dengan penuh ketekunan dan kesabaran serta mencatat tentang kemajuan atau kemunduran setiap atletnya,
b)      Segala sesuatu yang menyangkut tentang latihan disusun secara mendetail serta dipertimbangkan secara matang sebelum diterapkan,
c)      Ia seorang yang keras hati dan berdisiplin tinggi, serta menuntut semua berjalan tepat waktu,
d)     Hubungan atlet dengan pelatihnya tidak akrab karena  itu atlet tidak mudah untuk mendekatinya.
 
BAB III
PENUTUP

3.1.      Simpulan
Pemimpin adalah seorang yang membimbing atau mengarahkan individu, kelompok/group, tim, dan organisasi (Logman : 1987). Sedangkan kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang untuk mengarahkan usaha-usaha ke arah pencapaian tujuan tertentu (Gibson dan Hodgetts : 1986), dan Veithzal (2004: 64) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya
            Dalam dunia olahraga banyak pelatih yang sukses dalam memimpin dan membina atletnya dengan berbagai macam gaya kepemimpinannya. Menurut Nawawi dan Hadari (1995: 83), gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar sebagai berikut:
  1. Gaya kepemimpinan yang mementingkan pelaksanaan tugas secara efektif dan efisien, agar mampu mewujudkan tujuan secara maksimal.
  2. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan hubungan kerjasama.
  3. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat dicapai dalam rangka mewujudkan kelompok atau organisasi. Menurut Ronald Lippit dan Ralph K. White yang dikutip oleh Miftah (1990: 68) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan ada 3 (tiga) macam antara lain : 1) Otoriter, 2) Demokrasi, 3) Bebas (Laissez-Faire).
Berbagai klasifikasi tentang tipe seorang pelatih disesuaikan dengan keadaan watak, perilaku, temperamen yang dimiliki seorang pelatih, Tutko dan Richards (1975) dikutip Hamidsyah  (1995: 19) memberikan 5 (lima) kategori kepribadian pelatih yang paling dominan yaitu : 1) Pelatih Otoriter (Authritarian Coach), 2) Pelatih yang Baik Hati (Nice Guy Coach), 3) Pelatih Pemacu (Intense atau Driven Coach), 4) Pelatih Santai (Easy-Going Coach), 5) Pelatih Tipe Bisnis (Business-Like Coach)


DAFTAR PUSTAKA

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aktivitas Olahraga Senam, Akuatik, Beladiri dan Pendidikan Kesehatan

TUGAS AKHIR M6 : Aktivitas Olahraga Senam, Akuatik, Beladiri dan Pendidikan Kesehatan Tugas 1 Senam 1.       Buatlah uraian 3 gerakan ...