MAKALAH
ISTILAH UMUM GANGGUAN MENTAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Istilah
“kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata “mental” diambil
dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin yang
artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Kesehatan mental merupakan bagian dari
psikologi agama, terus berkembang dengan pesat. jadi dapat diambil kesimpulan
bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental. Sedangkan
yang dimaksud Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan
gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap
lingkungan sosial).
Mental yang sehat tidak
akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya stres) orang yang
memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang
datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. Noto Soedirdjo, menyatakan bahwa
ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental adalah Memiliki kemampuan diri
untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan menurut
Clausen Karentanan (Susceptibility) Keberadaan seseorang terhadap stressor
berbeda-beda karena faktor genetic, proses belajar dan budaya yang ada
dilingkungannya, juga intensitas stressor yang diterima oleh seseorang dengan
orang lain juga berbeda.
Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik
sekalipun tidak bisabebas dari kecemasan
dan perasaan bersalah. Dia tetap mengalami kecemasan danperasaan
bersalah tetapi tidak dikuasai oleh kecemasan dan perasaan bersalah itu.Ia
sanggup menghadapi masalah-masalah biasa dengan penuh keyakinan diri dandapat
memecahkan masalah-masalah tersebut tanpa adanya gangguan yang hebatpada
struktur dirinya.Dengan kata lain, meskipun ia tidak bebas dari konflik dan
emosinya tidak selalu stabil, namun ia dapat mempertahankan harga dirinya.
Keadaan yangdemikian justru berkebalikan dengan apa yang terjadi pada
orang yang mengalamikesehatan mental yang buruk.Mengingat semakin pesatnya
usaha pembangunan, modernisasi danindustrialisasi yang mengakibatkan semakin
kompleknya masyarakat, makabanyak muncul masalah-masalah sosial dan
gangguan/disorder mental di kota-kota besar. Makin banyaklah warga masyarakat
yang tidak mampu melakukanpenyesuaian diri dengan cepat terhadap macam-macam
perubahan sosial. Merekaitu mengalami banyak frustasi, konflik-konflik
terbuka/eksternal dan internal,ketegangan batin dan menderita gangguan
mental.Salah satu klasifikasi gangguan mental yaitu retardasi mental atau
biasakita sebut dengan tunagrahita. Tunagrahita adalah adalah istilah yang
digunakanuntuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah
ratarata. Tunagrahita adalah kata lain dari cacat mental. Anak Tunagrahita
memilikiketerbatasan dalam hal berfikir, kemampuan berfikir rendah, perhatian
dan dayaingatnya rendah, suka berfikir abstrak serta kurang mampu
berfikir logis. Perlu pembelajaran tingkah laku, pencegahan yang dimulai secara
dini untuk mendapatkan hasil yang dituju oleh manusia. Untuk menelusurinya
diperlukan keterbukaan psikis manusia ataupun suatu penelitian secara langsung
atau tidak langsung pada manusia yang menderita gangguan jiwa. Pada dasarnya
untuk mencapai manusia dalam segala hal diperlukan psikis yang sehat. Sehingga
dapat berjalan menurut tujuan manusia itu diciptakan secara normal.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah
yang di maksud dengan hysteria dan apa saja gejala-gejalanya?
2. Apakah
yang di maksud dengan psikosomatisme?
3. Apa
perbedaan obsesi dengan kompulsi?
4. Apakah
yang dimaksud dengan fobia?
1.3 TUJUAN
1. Untuk
mengetahui pengertian hysteria dan gejala-gejalanya
2. Untuk
mengetahui pengertian dari psikosomatisme
3. Untuk
mengetahui perbedaan antara obsesi dan kompulasi
4. Untuk
mengetahui pengertian dari fobia
4.3 MANFAAT
1.
Untuk mengetahui manfaat hysteria
beserta gejala-gejalanya.
2.
Untuk mengetahui manfaat dari
psikosomatisme
3.
Untuk mengetahui manfaat antara obsesi
dan kompulasi
4.
Untuk mengetahui manfaat dari fobia
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian hysteria dan gejala-gejalanya
Gangguan jiwa
yang sudah lama di kenal sejak dulu ialah hysteria. Pada permulan orang
menyangka bahwa yang dihinggapi penyakit ini hanya kaum wanita. Akan tetapi
kemudian pendapat itu berudah setelah Freud menemukan bahwa laki-laki pun dapat
dihinggapi penyakit ini. Seperti
gangguan jiwa lainnya hysteria juga terjadi akibat ketidakmampuan
seseorang menghadapi kesukaran-kesukaran, tekanan perasaan, kegelisahan,
kecemasan, dan pertentangan batin. Dalam menghadapi kesukaran ia tidak mampu
menghadapinya dengan cara yang wajar, lalu melepaskan tanggung jawab dan lari
secara tidak sadar kepada gejala-gejala hysteria.
1.Lumpuh
Lumpuhnya
salah satu anggota fisik, akibat tekanan atau pertentangan batin yang tidak
dapat diatasi. Biasanya penderita menggunakan gejala ini secara tidak sadar
untuk membela diri dan untuk mengatasi kesukaran-kesukaran yang
dihadapinya. Biasanya gejala lumpuh itu terjadi tiba-tiba dan penderita sebelum
itu tidak merasa apa-apa.
Contoh :
Di waktu
perang, seorang anggota militer tiba-tiba mengalami lumpuh pada jari
telunjuknya (tidak bis digerakkan) diwaktu ia berhadapan dengan musuh. Pada
waktu dioperasi ternyata tidak terdapat apa-apa pada jarinya tersebut. Dari
penelitian selanjutnya terbukti bahwa kelumpuhan telunjuk itu adalah akibat
dari perasan bimbang waktu ia akan menembak musuhnya. Ia bimbang antara
menembak (matinya musuh) dengan tak ingin menembaknya. Akhirnya kelumpuhan
jarinya itu menolongnya dalam mengatasi problemnya.
2.
Kram otot
Disebabkan
pula oleh tekanan perasaan, yang sering kali terjadi pada penulis yang mencari
penghidupan dengan tulisan-tulisannya. Apalagi ia mengalami bahwa tulisannya
tidak banyak mendapat sambutan dari orang, ia kadang-kadang dihinggapi oleh
cramp pada jari-jarinya waktu menulis. Tapi untuk mengerjakan pekerjaan
lain jari-jarinya masih dapat digunakan. Cramp hysteria banyak pula terjadi
pada pemain biola, juru tik, tukang jam, pegawai kantor telephone.
Penyakit ini terjadi karena kegelisahan dan kecemasan yang
dirasakannya akibat kebosanan menghadapi pekerjaan-pekerjaan itu.
3. Kejang
Seluruh badan
terasa kaku, tidak sadar akan diri, kadang-kadang sangat keras, disertai dengan
teriakan-teriakan dan keluhan-keluhan, tapi tidak mengeluarkan air mata.
Kejang-kejang ini biasa terjadi pada siang hari selama beberapa menit saja,
tapi mungkin juga sampai beberapa hari lamanya. Diantara tanda-tanda kejang
hysteria adalah dalam pandangan matanya terlihat kebingungan. Setelah kejadian
itu biasanya penderita kebingungan, tidak mau berbicara atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan. Biasanya serangan ini terjadi karena serangan emosi yang
sangat menekan, seperti rasa tersinggung, tertekan perasaan, penyesalan, sedih
dan sebagainya. Orang yang terserang biasanya memegang atau menarik apa yang
dapat ia capai. Sebaiknya orang yang diserang kejang hysteria itu ditinggalkan
saja sebagaiamana adanya.
Contoh :
Seorang calon
mahasiswi berusia 20 tahun sedang menjalakan masa prabakti. Ketika apel tengah
hari dengan kawan-kawannya tiba-tiba ia jatuh pingsan. Teman-teman bingung dan
berusaha menolongnya, tetapi tak berhasil. Setelah akhirnya dia sadar,
si gadis memandang sekelilingnya dengan mata kebingungan, dan ia minta
gado-gado. Kawan-kawannya semakin bingung. Setelah penelitian, terbukti bahwa
si gadis dengan ibu tirinya yang sangat membatasi kebebasan dan belanjanya.
Waktu masa prabakti ia merasa sangat sedih, karena memerlukan uang jajan lebih
banyak, tetapi takut memintanya pada orang tuanya. Ketika ia merasa lapar ia
teringat akan kesusahan sehari-hari yang selalu dialaminya di rumah dan
terlihatlah gejala-gejala itu.
Banyak
ditemukan contoh-contoh seperti itu yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
Orang tiba-tiba pingsan, tegang dan kaku badannya, yang disangkanya sakit
ayan,sawan atau kena guna-guna. Padahal gejala ini adalah akibat dari rasa
tertekan dan kegelisahan yang terlalu hebat.
4. Suara kecil atau tidak dapat
bersuara
Mutism itu ada dua macam, pertama tak sanggup berbicara
dengan keras dan kedua tak mampu berbicara sama sekali. Hilangnya kemampuan
untuk berbicara itu bukan disebabkan oleh kerusakan pada alat-alat percakapan seperti
lidah, kerongkongan, pernapasan dan sebagainya. Alat-alat itu masih dapat
melakukan fungsinya, tetapi orang tidak dapat berbicara.
Biasanya gejala ini terjadi akibat tekanan perasaan, kecemasan,
putus asa, merasa hina, gagal dan sebagainya. Demikian besarnya pertentangan
batin sehingga menyebabkan lidah menjadi lumpuh.
2.2
Psikosomatisme
Gangguan psikosomatik adalah gangguan jiwa
yang dimanifestasikan pada gangguan susunan saraf vegetatif yang sebagian besar
disebabkan oleh permusuhan,depresi, dan kecemasan dalam berbagai proporsi.
Gangguan ini menggambarkan interaksi yang erat antara jiwa (psycho) dan badan
(soma). Ada istilah lain yang digunakan untuk menjelaskan gangguan
psikosomatik, yaitu gangguan psikofisiologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi
medis (yaitu gangguan psikosomatik ), menyatakan bahwa factor psikologis secara
merugikan mempengaruhi kondisi medis seseorang dalam salah satu dari bermacam
–macam cara. Factor – factor tersebut mempengaruhi perjalanan kondisi medis
umum, dimana ditunjukkan oleh hubungan temporal yang erat antara faktor
psikologis dengan perkembangan atau eksaserbasi dari atau pemulihan yang lambat
dari kondisi umum.
B. Penyebab
Gangguan Psikosomatik
Pada umumnya
pasien dengan gangguan psikosomatik sangat meyakini bahwa sumber sakitnya
benar-benar berasal dari organ-organ dalam tubuh. Pada praktik klinik
sehari-hari, pemberi pelayanan kesehatan seringkali dihadapkan pada permintaan
pasien dan keluarganya untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan pencitraan
(rontgen). Biasanya penderita datang kepada dokter dengan keluhan-keluhan,
tetapi tidak didapatkan penyakit atau diagnosis tertentu, namun selalu disertai
dengan keluhan dan masalah. Pada 239 penderita dengan gangguan psikogenik
Streckter telah menganalisis gejala yang paling sering didapati yaitu 89%
terlalu memperhatikan gejala-gejala pada badannya dan 45% merasa kecemasan,
oleh karena itu pada pasien psikosomatis perlu ditanyakan beberapa faktor
yaitu:
- Faktor sosial
dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran ekonomi, pekerjaan yang tidak
tentu, hubungan dengan dengan keluarga dan orang lain, minatnya, pekerjaan yang
terburu-buru, kurang istirahat.
- Faktor
perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam hubungan seksual,
anak-anak yang nakal dan menyusahkan.
- Faktor
kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah sakit, pernah
dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau.
- Faktor
psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu penyakit
berat, status didalam keluarga dan stres yang timbul.
Permusuhan, depresi, dan kecemasan dalam
berbagai proporsi adalah akar dari sebagian besar gangguan psikosomatik, factor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya gangguan psikosomatik berdasarkan
teori – teori utama psikosomatik adalah sebagai berikut :
1. Teori Psikososial
Individu – individu memperlihatkan respon –
respon psikologis spesifik untuk emosi – emosi tertentu. Sebagai contoh, dalam
berespon terhadap emosi marah, seorang individu mungkin mengalami vasokontriksi
perifer, yang menghasilkan suatu peningkatan tekanan darah. Dengan emosi yang
sama, pada individu yang lain mungkin menimbulkan respon vasodilatasi serebral
yang dimanifestasikan dengan suatu sakit kepala migraine.
2. Teori Biologis
Kelainan psikofisiologis terjadi saat tubuh
terpajan pada stress yang berkepanjangan, sehingga menghasilkan sejumlah
pengaruh fisiologis di bawah control langsung dari aksis hipofisis adrenal.
Kecenderungan genetic mempengaruhi system organic yang akan dipengaruhi dan
menentukan jenis kelainan psikosomatik yang akan berkembang dalam diri seorang
individu.
3. Teori Dinamika Keluarga
Kecenderungan dari individu – individu yang
merupakan anggota keluarga dari suatu system keluarga yang disfungsional,
dimana menggunakan masalah – masalah psikofisiologis untuk menutupi konflik –
konflik interpersonal. Ansietas dalam suatu situasi keluarga disfungsional
dipindahkan dari konflik yang terjadi terhadap individu yang sakit.
Ansietas menurun, konflik dihindari dan
individu tersebut menerima penghargaan
yang positif untuk gejala – gejala yang
dialaminya. Situasi tersebut tampaknya lebih nyaman, tapi masalah yang
sesungguhnya tetap belum terpecahkan. penyebab timbulnya gangguan psikosomatik yaitu karena :
Penyakit organik
dahulu
Penyakit organi yang dulu pernah di derita
dapat menimbulkan predisposisi untuk timbulnya gangguan psikosomatik pada
bagian tubuh yang pernah sakit itu. Misalnya pernah ada trauma kepala sehingga
menderita sakit kepala sesudahnya, lalu kelak bila terjadi suatu konflik, maka
mungkin timbul lagi sakit kepala; dulu menderita disentri, lalu kemudian dalam
emosi tertentu timbullah keluhan pada saluran pencernaan.
Identifikasi dengan
seseorang yang sakit
Penderita itu sangat merasakan penyakit orang
lain yang secara tidak sadar di identifikasinya. Misalnya sering sakit perut
sesudah usus buntu anaknya dioperasi ; istri mengeluh tentang pernafasan
sesudah suaminya meninggal dunia karena TBC paru – paru ; sering sakit kepala
waktu saudaranya di rawat di rumah sakit karena meningo – ensefalitis
Tradisi dan adat
istiadat
Tradisi keluarga dapat mengarahkan emosi
kepada fungsi tertentu. Misalnya, bila menu diet terlalu diperhatikan maka
mungkin nanti sering mengeluh tentang lambung; bila sering ditaku takuti
tentang hal – hal seksual, dan konflik tidak dapat diselesaikan dengan baik,
maka timbul impotensi, ejakulasi, prekok atau dismenore
Emosi yang menjelma
secara simbolik elementer
Suatu emosi menjelma secara simbolik elementer
menjadi sustu gangguan fisik tertentu. Misalnya bila seseorang cemas, maka
timbul keluhan pada jantung; rasa benci menimbulkan rasa ingin muntah; emosi
atau afek yang salah terhadap kesucian dapat menimbulkan impotensi atau
frigiditas
Kepercayaan dan
anggapan masyarakat
Dapat ditentukan juga oleh kebiasaan, anggapan
dan kepercayaan masyarakat disekitarnya. Misalnya, anggapan bahwa klimakterium
menyebabkan wanita yang mengalaminya sakit, maka seorang wanita yang mengalami
klimakterium dan berada disekitar masyarakat dengan anggapan seperti itu akan mengeluh
sakit. Mudah atau sukarnya suatu gangguan psikosomatik tergantung sebagian
besar pada kematangan kepribadian individu, berat dan lamanya konflik pada
kejiwaan. Konflik pada kejiwaan yang berlangsung lama, terus menerus
dan tanpa penyelesaian akan menimbulkan ketegangan pada jiwa serta
perasaan tidak nyaman
C. Pengelompokan
Gangguan Psikosomatik
penderita di dalam kelompok gangguan
psikosomatik menderita gangguan psikosomatik klasik seperti ulkus peptikum
dan colitis ulseratif. Dalam proses penyakit tersebut, ditemukan faktor
emosional tertentu.
Penderita gangguan psikosomatik secara umum
dibagi menjadi 3 golongan, yakni :
1. Mengeluh tentang badannya, tetapi tidak
terdapat penyakit badaniyah yang dapat menyebabkan keluhan – keluhan atau tidak
di temukan kelainan organic
2. Terdapat kelainan organic, tetapi yang
utama menyebabkannya ialah factor psikologik
3. Terdapat kelainan organic, tetapi terdapat
juga gejala – gejala lain yang timbul bukan sebeb penyakit organic tersebut,
akan tetapi karena factor psikologik ; factor psikologik ini mungkin timbul
disebabkan penyakit organic tadi, misalnya kecemasan. Gangguan psikosomatik
dapat timbul bukan saja pada orang yang berkepribadian atau emosi labil, tapi
juga pada orang dengan emosi stabil, ataupun pada orang dengan gangguan
kepribadian dan pada orang dengan psikosa.
D. Gejala – gejala
gangguan psikosomatik
Gejala – gejala gangguan psikosomatik
merupakan gejala – gejala yang biasa dkenal dengan fungsi faaliah, hanya saja
secara berlebihan.gejala – gejala ini biasanya hanya dirasakan pada satu organ
tubuh saja, tetapi kadang – kadang juga berturut – turut atau serentak beberapa
organtubuh terganggu. Keluhan yang disampaikan penderita gangguan psikosomatik
biasanya keluhan fisik, sangat jarang yang mengeluh tentang kecemasan, depresi
dan ketegangannya. Para penderita
psikosomatik, umumnya mengeluhkan gangguan yang berkaitan dengan sistem organ,
seperti :
1. Kardio-vaskuler:
keluhan jantung berdebar-debar, cepat lelah
2. Gastro-intestinal:
keluhan ulu hati nyeri, mencret kronis
3. Respiratorlus:
keluhan sesak napas, asma
4. Dermatologi:
keluhan gatal, eksim
5. Muskulo-skeletal:
keluhan encok, pegal, kejang
6. Endokrinologl:
keluhan hipertiroidi, hipotiroidi, dismenorea
7. Urogenital:
kehuhan masih ngompoh, gangguan gairah seks
8. Serebro
vaskuler: keluhan pusing, sering lupa, sukar konsentrasi, kejang epilepsi.
Selain itu, masalah kejiwaan yang menyertainya yaitu gejala anxietas dan gejala depresi.
Ciri-ciri Psikosomatis
ditandai dengan adanya keluhan fisik yang beragam, antara lain seperti :
1. Pegal-pegal
2. Nyeri
di bagian tubuh tertentu
3. Mual,muntah,
kembung dan perut tidak enak
4. Sendawa
5. Kulit
gatal, kesemutan, mati rasa
6. Sakit
kepala
7. Nyeri
bagian dada,punggung dan tulang belakang
Keluhan itu biasanya sering terjadi dan terus berulang serta
berganti-ganti atau berpindah-pindah tempat, dirasa sangat menganggu dan tidak
wajar sehingga harus sering periksa ke dokter.
D. PENANGANAN
PSIKOSOMATIS
Pengobatan gangguan
psikosomatik pada dasarnya harus dilakukan dengan beberapa cara dengan
mempertimbangkan pengobatan somatis (berorientasi pada organ tubuh yang
mengalami gangguan), pengobatan secara psikologis (psikoterapi dan sosioterapi)
serta psikofarmakoterapi (penggunaan obat-obatan yang berhubungan dengan
psikologi). Metode mana yang kemudian dipilih oleh dokter sangat
tergantung pada jenis kasus dan faktor-faktor yang terkait dengannya.
Pada kasus tahap awal,
biasanya pengobatan hanya ditujukan kepada faktor somatis (fisik). Hal ini
dapat menyebabkan penyakit timbul kembali dan yang lebih parah akan menurunkan
kepercayaan pasien akan kemungkinan penyakitnya sembuh yang sebenarnya akan
memperparah kelainan psikosomatiknya sendiri. Akan tetapi memang agak sulit
untuk membedakannya dengan gangguan psikosomatis sehingga baru dapat dibedakan
bila kejadiannya telah berulang. Disinilah perlunya psikoterapi sebagai
pendamping terapi somatik. Perlu dipertimbangkan
penggunaan psikofarmaka (obat-obat yang biasa digunakan dalam bidang psikologi)
karena mungkin gangguan psikologis yang diderita berhubungan dengan kondisi
kimiawi di otak yang mengalami ketidakseimbangan. Dewasa ini therapy
dengan menggunakan metode Hipnosis sudah mulai dapat diterima di beberapa
kalangan medis. HIPNOSIS dan hipnoterapi dari hari ke hari kian banyak
“penggemarnya”. Bahkan, tak hanya orang dewasa yang menjalani terapi tersebut
untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit, tetapi juga anak-anak yang mempunyai
kesulitan belajar di sekolahnya. Hipnoterapi memang merupakan salah satu cara
yang sangat mudah, cepat, efektif, dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah
sadar, melakukan reedukasi, dan menyembuhkan pikiran yang sakit.
E. Pencegahan Gangguan
Psikosomatik
Pencegahan adalah suatu bentuk pelayanan yang
akan membantu pasien dankeluarga untuk menurunkan factor resiko terhadap
penyakit. ada beberapastrategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi stress,
yakni :
1. Membangun kebiasaan baru. Misalnya, seorang
ibu yang memutuskanberhenti bekerja untuk mengurus anaknya, yang akhirnya
merasa bosan tidakada kegiatan ketika anak – anaknya dewasa
2. Menghindari perubahan yaitu upaya yang
dilakukan untuk tidak melakukanperubahan yang tidak perlu atau dapat ditunda
3. Menyediakan waktu yaitu menyediakan waktu
tertentu atau membatasi waktuuntuk memfokuskan diri beradaptasi dengan
stressor.
4. Pengelolaan waktu. Hal ini berguna untuk
seseorang yang tidak dapatmengerjakan berbagai hal dalam waktu yang bersamaan
5. Modifikasi lingkungan
6. Katakan ‘tidak’. Hal ini merupakan salah
satu cara lain mengurangikecemasan, atau perasaan tidak menyenangkan.
7. Mengurangi respon fisiologis terhadap
stress seperti latihan teratur,
memperbaiki nutrisi dan diet, istirahat,
meningkatkan respon perilaku danemosi terhadap stress, memanfaatkan system
pendukung (keluarga danteman), meningkatkan harga diri.
2.3
Perbedaan antara obsesi dan kompulasi
Obsesi merupakan gejala neuroso jiwa,
yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus menerus, biasanya
tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau sebab-sebabnya tak diketahui oleh
penderita. Misalnya selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan dia.
Contoh :
Seorang pedagang yang maju pesat, pada
suatu saat terpikir olehnya ada kawan yang ingin menjatuhkannya. Pikiran itu
tidak hilang, tetapi justru menjadi-jadi. Apalagi setelah ia merugi.
Kompulasi Ialah adanya keragu-raguan
tentang apa yang telah dikerjakan, sehingga ada dorongan yang tak disadari
melakukan perbuatan yang serupa berkali-kali
Contoh :
keinginan untuk mengambil barang
(mencuri), padahal barang itu tak bermanfaat baginya, dan andaikata ingin
membeli, mampu juga dia (kleptomania)
keinginan minum-minuman keras, orang
itu bukan pemabuk, tetapi bila dilanda pikiran atau perasaan kecewa keinginan
minumnya tak dapat dibendung
2.4 Fobia
Phobia adalah istilah klinis yang digunakan untuk
menggambarkan rasa takut yang irasional dan terus-menerus dari benda-benda
tertentu, situasi, kegiatan, atau orang-orang. Ketakutan ini di luar kendali
seseorang dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Fobia milik kelompok
besar masalah mental yang dikenal sebagai gangguan kecemasan, kondisi lain yang termasuk dalam kelompok ini adalah obsesif kompulsif,
gangguan panik, dan pasca gangguan stres traumatis. Ada banyak bentuk fobia,
dan mereka bisa menjadi takut pada sesuatu tertentu seperti terbang atau
ketakutan sosial yang dapat menyebabkan individu-individu tertentu merasa cemas
dalam situasi sosial. Contoh lain dari gangguan ini mungkin melibatkan takut
hewan-hewan kecil, ruang tertutup, dan ular. Ini biasanya dimulai di rumah dan
terus berlanjut menjadi dewasa. Beberapa dari kondisi ini jika tidak diobati
dapat menghambat perkembangan seseorang. Peneliti kesehatan percaya bahwa bentuk-bentuk
umum dari fobia mungkin termasuk yang berikut: Arachnofobia-takut
laba-laba. Ophidiophobia-ketakutan ular Acrophobia-takut
ketinggian Agoraphobia-ketakutan jika keadaan di mana melarikan diri sulit. Ini
mungkin termasuk daerah ramai atau ruang terbuka. Cynophobia-takut anjingAstraphobia-ketakutan
guntur dan petir Trypanophobia-ketakutan suntikan Sosial fobia-takut situasi sosial
Pteromerhanophobia-takut terbang Mysophobia-ketakutan
kuman atau kotoran Penyebab fobia belum ditentukan oleh para ahli kesehatan,
tetapi penelitian menunjukkan bahwa terjadinya kondisi ini bisa menjadi
interaksi yang kompleks dari gen dan lingkungan. Beberapa menyarankan bahwa hal
itu disebabkan oleh sebuah peristiwa traumatis awal seperti gigitan anjing,
terjebak dalam ruang tertutup, atau dipermalukan di depan umum. Hipersensitif
individu dapat merespon secara berbeda terhadap stres karena reaksi kimia yang
unik di otak. Orang-orang ini mungkin juga sensitif terhadap kafein karena zat
ini memicu respon otak kimia tertentu. Gejala fobia mungkin termasuk yang
berikut: Takut objek tertentu, situasi, atau kegiatan. Sering merasa stres atau
ketika dekat objek, aktivitas situasi, atau.Serangan panic Menghindari
objek, situasi, atau aktivitas yang sering dilakukan. Ketakutan dan stres
sering menghambat aktivitas normal seperti belajar atau bekerja. Pengobatan
untuk fobia mungkin berbeda dari satu orang ke orang lain. Bahkan, kondisi ini
dianggap sebagai salah satu masalah yang paling dapat diobati kesehatan mental.
Kebanyakan pasien diobati dapat terus hidup normal. Individu yang memiliki
fobia tertentu yang mudah untuk menghindari dan tidak mengganggu kegiatan
sehari-hari mereka tidak mungkin memerlukan bantuan profesional. Namun ketika
kondisi ini mengganggu aktivitas seseorang atau rutinitas sehari-hari,
spesialis kesehatan biasanya akan mendorong orang fobia untuk menjalani
kombinasi psikoterapi dan pengobatan. Antidepresan juga dapat mengurangi rasa
takut dan panik dan terbukti efektif dalam banyak kasus. Obat anti-kecemasan juga dapat membantu tetapi pasien dapat mengembangkan
ketergantungan pada obat-obat ini. Sebuah hubungan yang mendukung dengan
profesional kesehatan, anggota keluarga, dan teman-teman sangat penting dalam
mengobati fobia. Dalam banyak jenis fobia, beberapa gejala mungkin lega dengan
mengambil diet sehat dan aktivitas fisik, termasuk dalam gaya hidup seseorang.
Menghilangkan kafein, mengurangi alkohol, olahraga teratur, dan mengurangi
stres sangat penting dalam mengurangi gejala fobia tertentu
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan kesehatan mental adalah
terhindarnya orang dari gejala - gejala gangguan jiwa serta mempunyai kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain maupun dengan
masyarakat dimana seseorang itu berada dan bisa mengembangkan dan memanfaatkan
segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin untuk
mewujudkan suatu keharmonisan yang sungguh - sungguh antara fungsi - fungsi
jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem - problem biasa yang
terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan kemampuan dirinya sendiri
3.2 SARAN
Kesehatan mental merupakan faktor terpenting
untuk menjalankan kehidupan manusia secara normal. Psikis manusia jika tidak
dijaga akan menimbulkan suatu gangguan jiwa yang lambat laun dibiarkan akan
menjadi suatu beban yang berat bagi penderitanya. Di antara gangguan jiwa
meliputi Somatofarm, kelainan kepribadian, Psikoseksual, gangguan penggunaan
zat-zat dan gangguan kecemasan dan sebagainya, yang dari gangguan jiwa itu
disebabkan karena ada faktor yang mempengaruhinya meliputi factor internal dan
eksternal, juga dapat disebabkan karena pengalaman awal, proses pembelajaran,
dan kebutuhan. Dengan adanya gangguan jiwa karena pengaruh tersebut dibutuhkan terapi
penyembuhan sampai manusia dinyatakan benar-benar sehat baik jasmani maupun
psikisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar