TANTANGAN
EKSISTENSI IDENTITAS BANGSA
Pemuda merupakan
generasi penerus bangsa, kader bangsa, kader masyarakat dan kader keluarga.
Pemuda selalu diidentikan dengan perubahan betapa tidak, peran pemuda dalam
membangun bangsa ini, peran pemuda dalam menegakkan keadilan, peran pemuda yang
menolak kekuasaan. Sejarah telah mencatat perjuangan generasi muda terdahulu yang tak kenal waktu yang
selalu berjuang dengan penuh semangat biarpun jiwa raga menjadi taruhannya.
Indonesia merdeka berkat pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang seperti Ir. Sukarno,
Moh. Hatta, Bung Tomo dan lain-lain dengan penuh semangat perjuangan. Satu
tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa merupakan sumpah pemuda yang di
ikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928. Saat itu semangat nasionalisme
dikobarkan dan sedikit demi sedikit perasaan kedaerahan yang berlebihan dikikis
dan diminimalkan. Inilah akselerator perjuangan perlawanan terhadap penjajah
yang akhirnya mencapai titik puncak pencapaian pada Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia tahun 1945. Inilah keadaan pemuda pada zaman pergerakan,
hampir satu abad yang lalu. Berkat peristiwa bersejarah inilah negara kita
kemudian dikenal dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Itulah
sejarah singkat lahirnya persatuan dan kesatuan di negara kita. Semua tidak
terlepas dari peran bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Para pemuda zaman itu
sangat mengagungkan Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan baik dan benar.
Mereka bangga dengan pemakaian Bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa.
Sebagai sebuah
identitas, bahasa memiliki peran penting dalam segala aspek kehidupan dan dapat
membantu manusia dalam menjalankan tugasnya. Bahasa Indonesia sangat membantu
dalam berkomunikasi dengan mereka yang memiliki latar kebudayaan, ras, suku dan
golongan yang berbeda. Bahasa Indonesia juga dapat berperan sebagai sarana
komunikasi di era globalisasi. Era globalisasi yang bermula pada tahun 2000
membawa berbagai pembaharuan dalam dunia budaya dan teknologi. Perkembangan
bahasa yang kalah cepat dengan perkembangan teknologi industri dan ilmu
pengetahuan telah memunculkan masalah baru. Masalah yang paling mendasar adalah
menjaga eksistensi Bahasa Indonesia agar tetap diakui keberadaannya di tanah
airnya sendiri. Contoh nyata saja yang sekarang kita alami, yaitu begitu
derasnya arus Bahasa Inggris masuk ke dalam setiap sendi kehidupan kita. Sadar
atau tidak, setiap yang kita lihat, dengar, rasakan, hampir sebagian besar
berbahasa Inggris yang sekarang sedang menguasai dunia. Dilihat dari sisi
pendidikan pun sama, hampir di setiap sekolah terdapat pelajaran bahasa
Inggrisnya, bahkan tingkatan TK-SD pun sudah mengenal Bahasa Inggris. Lantas
apakah bahasa daerah atau bahkan bahasa Indonesia pun bisa berlaku demikian?
Maka kewajiban kita sebagai bangsa Indonesia, untuk turut membina dan
mengembangkan kemampuan bahasa nasional. Agar dapat menguasai bahasa dengan
baik perlulah perhatian terus menerus terhadap bahasa itu karena bahasa
menunjukkan bangsa (bahasa menjadi lambang eksistensi dan ciri identitas suatu
bangsa). Ini berarti bahwa bahasa merupakan salah satu wujud kepribadian
bangsa, yang membedakan dari bangsa-bangsa lainnya. Sebagai pencinta bahasa
nasional, wajar apabila kita berusaha mempergunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, serta mengusahakan agar orang lain juga berbahasa dengan baik.
Agar bangsa kita tidak tertinggal dengan bangsa lain. Agar tetap eksis tentu
saja begitu banyak tantangan karena bahasa asing dalam aspek tertentu lebih
diterima oleh masyarakat daripada Bahasa Indonesia. Untuk mempertahankan
eksistensinya, peran pemuda sangatlah diperlukan. Sudah semestinyalah, kita
generasi penerus bangsa, penerus roda pemerintahan ini menjunjung dan
memaksimalkan fungsi dan peranan bahasa dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam kehidupan
bermasyarakat, sering kita mendengar remaja menggunakan bahasa yang tidak baku
yang disebut dengan bahasa “gaul/prokem”.
Bahasa Indonesia yang dulu pernah
baik adanya sekarang sudah jauh menyimpang dari bahasa yang sebenarnya. Bahkan
yang sangat memprihatinkan lagi timbul kata-kata yang membuat pemuda kita malu
berbahasa yang benar dengan ungkapan “kalau tidak berbahasa gaul kita dikatakan
kampungan” inilah yang sekarang mempengaruhi pemuda kita jaman sekarang.
Padahal penggunaan bahasa Indonesia yang benar akan memperlihatkan kepada dunia
bahwa
kita menjunjung tinggi bangsa Indonesia. Bagaimana kita bisa dikatakan mengabdi
kepada bangsa indonesia dan selalu mengikrarkan sumpah pemuda tetapi masih
menggunakan bahasa yang tidak benar. Penggunaan bahasa tidak baku (gaul).
Sering kali kita temui di lingkungan kita pengungkapan bahasa indonesia yang
sangat menyimpang dari bahasa yang sebenarnya. Hal ini sudah sangat susah untuk
mengembalikannya ke bentuk yang sebenarnya karena sudah mendarahdaging bagi
diri seseorang, tapi jika ada usaha untuk mau berubah ke bahasa Indonesia yang
baik dan benar kita pasti bisa yang penting harus berusaha dan sering latihan
untuk berbicara yang formal saat berbicara dengan orang lain.
Dalam pembicaraan kita
banyak sekali menggunakan kata-kata yang sudah salah menurut kamus besar bahasa
Indonesia contohnya; bikin, bakalan, ngapain, lantas, dikasih, gitu, gini,
ngobrol, biarin, enggak, ngurusin, emangnya, gua, dan lain-lain. Ini kata-kata
yang sering diucapkan sehari-hari saat kita berbicara dengan teman-teman atau
orang lain. Kata-kata ini tidak sah menurut kamus bahasa Indonesia. karena tidak
ada dalam kamus besar bahasa Indonesia. Karena seseorang pemuda ingin terlihat
pintar dan gaul timbul bahasa asing diantara kalimat-kalimat yang di ucapkanya.
dalam sehari-hari bukan kalimat tidak baku saja yang sering kita ucapkan
ternyata bahasa asing juga sudah sering kita dengar contohnya; sorry, and, or,
thank you, oke, dan lain-lain. Ini juga sangat mempengaruhi gaya bahasa pemuda
untuk berbahasa yang baik. Mungkin pendapat untuk memakai bahasa asing
terkadang ada benarnya untuk melatih bahasa asing (bahasa Inggris). Tetapi
kalau kita menggunakan bahasa Indonesia mengapa harus digabungkan dengan bahasa
asing, penggabungan itulah menyebabkan bahasa Indonesia kita sesuai dan susah
di mengerti. Kecuali pada saat guru atau dosen mengajar, karena untuk
memperjelas apa yang belum peserta didik tahu. Banyak faktor yang mempengaruhi
bahasa Indonesia kita, saat kita menggunakanya dengan baik. Disaat kita
berbicara dengan sesama kita bisa terpengaruh karena yang pertama lingkungan,
faktor lingkungan ini sangat kuat pengaruhnya karena kita berada didalam
lingkungan tersebut. Yang kedua faktor teman terkadang secara tidak sengaja kita
sering mengucapkan kata-kata tidak baku dengan teman-teman kita, karena ingin
dikatakan gaul. Yang ke tiga pengaruh bahasa daerah, pengaruh ini sering kita
dengar sedikit banyaknya jika seseorang tidak sering menggunakan bahasa Indonesia
ia akan janggal saat berbicara, dia bisa tidak sengaja mengeluarkan bahasa
daerahnya saat berbicara dengan orang lain yang jadinya orang lain tidak
mengerti. Penggunaan kalimat tidak baku dalam berbicara juga mempengaruhi saat
kita berbicara dalam situasi formal. Ada kalimat-kalimat yang sering kita
dengar, saat kita mendengarnya terasa janggal. Ini yang masih mempengaruhi
keadaan bahasa kita saat ini. Ini contoh-contoh kalimat tidak baku ialah; ia
pukul anjing itu sampai mati, saya kirim surat untuk ibu, pemerintah tolak
impor barang ilegal, dan lain-lain. Setelah kita melihat masalah-masalah diatas
kita sudah menyadari ternyata banyak kesalahan kita saat berbicara dengan orang
lain. Maka dari itu kita bisa menilai masalah diatas untuk memperbaiki ucapan
kita saat berbicara dengan orang lain. Karena ketika ucapan kita sudah sah
menurut kamus besar bahasa Indonesia banyak keuntungan yang kita temui, misalnya
kita tidak sungkan lagi untuk mengikuti acara-acara formal dan kita bisa
menilai orang yang berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Pada
ikrar Sumpah Pemuda pun sudah jelas-jelas tercantum disana bahwa “sumpah pemuda
menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia” Tapi jika kita melihat
perkembangan dan kemajuan sekarang sumpah pemuda hanya sebatas kata-kata sumpah
saja, tidak menjadi pengabdian bagi pemuda kita. Bahkan hanya sedikit yang
masih menyadari hal ini. Kalau seperti ini bagaimana pemuda kita sekarang bisa
diharapkan untuk memelihara sesuatu kebanggaan yang pernah pemuda kita
perjuangkan sebelum kemerdekaan bangsa indonesia dulu. Melihat fenomena tersebut saya mengajak pemuda pemudi atau
teman-teman untuk menjunjung tinggi bangsa Indonesia memalui berbahasa
Indonesia yang benar. Sehubungan dengan hal itu perlu adanya tindakan nyata
dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang
merupakan bahasa nasional, bahasa pemersatu dan bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Berkaitan dengan pemakaian bahasa gaul dalam dunia
nyata dan dunia fiksi yang menyebabkan interferensi kedalam Bahasa Indonesia
dan pergeseran Bahasa Indonesia, maka ada hal-hal yang perlu dilakukan, antara
lain : Pertama menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para penerus bangsa,
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional harus diutamakan penggunaannya. Dengan
demikian, mereka lebih mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan
benar daripada bahasa gaul misalnya melalui kegiatan seminar dan sosialisasi.
Kedua, menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa
dan juga masyarakat luas untuk memperkukuh Bangsa Indonesia dengan penggunaan
Bahasa Indonesia. Sebagaimana yang kita ketahui, Bahasa Indonesia merupakan
bahasa pemersatu yang dapat kita gunakan untuk merekatkan pesatuan dan kesatuan
bangsa. Dengan menanamkan semangat, masyarakat Indonesia akan lebih
mengutamakan Bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa gaul. Misalnya
dalam memperingati hari Sumpah Pemuda kita peringati dengan kegiatan-kegiatan
yang menunjukakan realisasi dari isi Sumpah Pemuda. Ketiga, meningkatkan
pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan di perguruan tinggi. Para peserta
didik dapat diberi tugas praktik berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog dan
monolog pada kegiatan bermain drama, diskusi kelompok, penulisan artikel dan
makalah serta juga dalam bentuk penulisan sastra seperti cerpen atau puisi.
(Ini karangan argumentasi/opini saya untuk ikut serta dalam pemilihan Duta Bahasa Prov. Bali, namun sayang saya tidak lolos seleksi UKBI :D)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar