Kamis, 16 Agustus 2018

Ilmu Keolahragaan sebagai Disiplin Ilmu


PROFESIONAL GURU PJOK
TUGAS M2 KB 2 : Ilmu Keolahragaan sebagai Disiplin Ilmu
1.      Carilah berbagai sumber tentang syarat suatu ilmu itu untuk dapat berdiri sendiri dan fokuskan pada ilmu keolahragaan.
2.      Salah satu syarat suatu ilmu dapat berdiri sendiri adalah obyek materi tidak dikaji oleh bidang ilmu lainnya. Carilah obyek materi bidang ilmu keolahragaan yang tidak dikaji oleh bidang ilmu lainnya serta utarakan obyek materi yang dimaksud!
JAWABAN
1.      Syarat-syarat Ilmu yaitu
aa)      Objektif
Objek kajian harus ada dalam ilmu yang ada dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, terlihat dari luar maupun bentuknya dari dalamnya. Objeknya juga bersifat ada, atau mungkin juga ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam hal mengkaji sebuah objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni penyesuaian antara tahu dengan objek, sehingga dapat disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
bb)     Metodis
Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang artinya: cara, jalan. Metodis artinya metode tertentu yang dipakai dan biasanya merujuk kepada sebuah metode ilmiah. Usaha yang telah dilakukan agar dapat meminimalisasi segala kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam hal yang menyimpang dari hal mencari sebuah kebenaran. Resiko yang harus di tanggung yakni untuk menjamin kepastian kebenaran.
cc)      Sistematis
Didalam pengalamannya mencoba menjelaskan dan mengetahui suatu objek, ilmu harus terumus dan teruraikan di dalam hubungan yang masuk diakal (logis) dan teratur agar terbentuk suatu sistem yang memiliki keutuhan, menyeluruh, terpadu dalam segi arti, dan dapat memaparkan sebuah rangkaian sebab akibat menyangkut tentang objektifnya. Pengetahuan yang dapat tersusun dengan sistematis merupakan rangkaian sebab akibat dari syarat ilmu yang ketiga.

dd)      Universal
Sebuah kebenaran yang akan dicapai yakni sebuah kebenaran yang universal yang tidak bersifat tertentu (umum).
Ilmu Keolahragaan dapat diartikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi tentang fenomena keolahragaan yang dibangun melalui sistem penelitian ilmiah. Sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri pada hakekatnya Ilmu Keolahragaan didukung dengan kajian ontologis, epistemologis, dan aksiologis yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
a)      Kajian ontologis dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang apa sebenarnya yang menjadi obyek studi ilmu keolahragaan yang dianggap unik dan tidak dikaji oleh disiplin ilmu lain.
b)      Kajian epistemologis dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana cara dan sistem kajian yang dipergunakan untuk mengembangkan ilmu keolahragaan.
c)       Kajian aksiologis dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang apa sebenarnya nilai-nilaiyang diberikan oleh ilmu keolahragaan bagi kemaslahatan hidup umat manusia.
Kajian ilmu keolahragaan menjadi semakin kompleks ketika berbagai aktivitas jasmani tersebut berkorelasi dan berinteraksi dengan aspek-aspek sosial, budaya, ekonomi, ideologi, politik, hukum, keamanan, dan ketahanan bangsa.
Relevansi filosofis ini pada gilirannya mensyaratkan pula komunikasi lintas, inter dan muilti disipliner ilmu-ilmu terkait dalam upaya menjawab persoalan dan tantangan yang muncul dari fenomena keolahragaan. Dengan kata lain, proses timbal-balik yang sinergis antara khasanah keilmuan dan wilayah praksis muncul, dan menjadi tanggungjawab filsafat untuk mengkritisi, memetakan dan memadukan hal tersebut. Filsafat ilmu olahraga, dengan titik tekan utama pada tiga dimensi keilmuan ini - ontologi, epistemologi, akiologi mengeksplorasi ilmu olahraga ini secara mendalam. Ekstensifikasi dan intensifikasi menjadi permasalahan yang amat menentukan eksistensi dan perkembangan ilmu keolahragaan lebih jauh dari hasil eksplorasi ini..
Terdorong oleh rasa ingin mencari jawaban tepat terhadap pertanyaan: apakah olahraga merupakan ilmu yang berdiri sendiri? dan sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya, maka diselenggarakanlah pertemuan pada tahun 1998 di Surabaya suatu Seminar Lokakarya Nasional Ilmu Keolahragaan. Seminar ini mampu melahirkan kesepakatan tentang pendefinisian pengertian olahraga yang dikenal dengan nama Deklarasi Surabaya 1998 tentang Ilmu Keolahragaan, sebagai jawaban bahwa olahraga merupakan ilmu yang mandiri. Sebagai ilmu yang mandiri, olahraga harus dapat memenuhi 3 kriteria: obyek, metode dan pengorganisasian yang khas, dan ini dicakup dalam paparan tentang ontologi, epistemologi dan aksiologi (Komisi Disiplin Ilmu Keolahragaan, 2000: l-2, 6).
UNESCO mendefinisikan olahraga sebagai "setiap aktivitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain, atau pun diri sendiri". Sedangkan Dewan Eropa merumuskan olahraga sebagai "aktivitas spontan, bebas dan dilaksanakan dalam waktu luang". Definisi terakhir ini merupakan cikal bakal panji olahraga di dunia "Sport for All" dan di Indonesia tahun 1983, "memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat” (Rusli dan Sumardianto ,2000: 6).

2.      Obyek materi bidang ilmu keolahragaan yang tidak dikaji oleh bidang ilmu lainnya.
Prof. Haag dari Universitas Kiel, Jerman Barat, sejak tahun 1979 membagi ilmu keolahragaan menjadi tiga kelompok utama, 1) dimensi bidang teori; 2) dimensi kajian; dan 3) dimensi disiplin olahraga. Dimensi Bidang Teori (Theory Field) dalam ilmu keolahragaan meliputi tujuh bidang teori (Lutan, Rusli, 1991:24). Ketujuh bidang teori yang dimaksud meliputi:
11)      Sport medicine
22)      Sport biomechanic
33)      Sport psychology
44)      Sport sociology
55)      Sport pedagogy
66)      Sport history dan
77)      Sport philosophy
Penjelasan masing-masing bidang teori tersebut, sebagai berikut:
1)      Sport medicine, merupakan bidang teori dalam olahraga yang mengkaji tentang cara mendiaknosis suatu cedera, cara pencegahan cedera, cara penanganan cedera, dan rehabilitasi cedera yang dialami saat berolahraga.
2)      Sport biomechanic, merupakan bidang teori yang mengkaji tentang gerak tubuh saat melakukan olahraga menggunakan hukum mekanika dan fisika, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih besar tentang pelaksanaan gerak pada olahraga, sehingga dapat memperagakan, menggambarkan, dan mengukur gerakan yang lebih baik. Bidang teori sport biomechanic, juga memberikan pemahaman tentang aplikasi prinsip-prinsip fisika dalam olahraga, seperti gerakan, perlawanan, momentum, dan pergesekan.
3)      Sport psychology, merupakan bidang teori olahraga yang mengkaji tentang psikologi atlet atau pelaku olahraga. Menurut divisi 47 American Psychological Association, sports psychology meliputi barisan topik mencangkup motivasi untuk  tetap berusaha dan mencapai sukses, psikologis pertimbangan atau perhatian dalam cedera olahraga dan rehabilitasi, menasehati teknik atlet, menafsirkan bakat, latihan ketaatan and menjadi baik, memahami diri berhubungan dalam menuju keberhasilan, latihan olahraga, pemula dan peningkatan prestasi serta teknik pengaturan diri (Kendra Cherry, About.com Guide).
4)      Sport sociology, bidang ini mengkaji tentang sosiologi dalam olahraga yang mencangkup kelakuan atau kebiasaan manusia, interaksi sosial yang tibul dalam aktifitas fisik, keterlibatan media dalam perkembangan olahraga. Biasanya tiap jenis olahraga dan juga even olahraga yang diadakan akan memberikan pengaruh sosial yang berbeda-beda pada masyarakat dan juga pelakuolahraga itu sendiri.
5)      Sport pedagogy, bidang ini mengkaji tentang ilmu mendidik dalam olahraga. Mempersiapkan pemahaman dan pengertian yang tepat dalam aktifitas fisik sesuai dengan perkembangaan peserta didik dan menggunakan strategi untuk menemukan potensi yang ada pada peseta didik.
6)      Sport history, bidang ini mengkaji tentang sejarah perkembangan olahrag, sejarah terbentuknya cabang- cabang olahraga yang ada saat ini, dan sejarah permulaan adanya even pertandingan dan perlombaan di seluruh dunia.
7)      Sport philosophy, bidang yang ketujuh ini merupakan salah satu bidang yang mempelajari tentang filsafat olahraga. Memberikan pemahaman terhadap hakekat dan kebenaran dalam olahraga, sehingga para pelaku olahraga dapat memanfaatkan, mempelajari, mengajarkan dan mengembangkan olahraga dengan baik dan benar.
Urutan ketujuh bidang teori tersebut dipaparkan dalam pengelompokkan yang dianggap logis (Lutan, Rusli, 2008). Sport medicine dan sport biomechanic olahraga masuk ke dalam kelompok ilmu pengetahuan alam, sementara sport psychology, sport sociology dan sport pedagogy tergolong ke dalam ilmu pengetahuan sosial. Sport history dan Sport philosophy termasuk ke dalam kelompok pengetahuan sejarah dan filsafat.
Sejak tahun 1980, sesuai dengan tuntutan yang relevan di masyarakat, berkembang lima bidang teori baru dalam ilmu keolahragaan (Lutan, Rusli, 2008). Kelima bidang teori yang menunjukkan kemajuan pesat itu meliputi:
1)      Sport information
2)      Sport politics
3)      Sport law
4)      Sport engineering, dan
5)      Sport economy.
Masing-masing terkait dan bahkan meminjam konsep, ilmu yang sudah mapan yakni information science (ilmu pengetahuan tentang informasi), political science (ilmu pengetahuan tentang politik), law (hukum), engineering (teknik mesin) dan economic science (ilmu pengetahuan tentang ekonomi). Sementara itu juga, telah dikelompokkan bidang teori yang lebih spesifik yang menjadi jati diri ilmu keolahragaan, bertitik tolak dari wilayah spesifik yang meliputi faktor gerak (movement), bermain (play), pelatihan (training), dan pengajaran dalam olahraga (sport instruction) (Lutan, Rusli, 2008). Dari kelima wilayah spesifik ini lahirlah lima dimensi dari perspektif ilmu dan teori yakni:
1.      Movement science dan movement theory (ilmu pengetahuan dan teori gerak)
2.      Play science dan play theory (ilmu pengetahuan dan teori bermain)
3.      Training science dan training theory (ilmu pengetahuan dan teori latihan)
4.      Instruction science of sport dan instruction theory of sport (ilmu pengetahuan dan teori pengajaran/ pedoman)
Dengan demikian semakin jelas gambaran tentang taksonomi ilmu keolahragaan yang dibangun berdasarkan sejumlah bidang teori. Kecenderungan ini menunjukkan perkembangan ilmu keolahragaan ke arah spesialisasi dan fragmentasi.

Gerak sebagai obyek materi Ilmu Keolahragaan
Karakteristik dari objek studi Ilmu Keolahragaan adalah fenomena gerak manusia. Fenomena gerak ini dalam konteks keolahragaan menjadi amat kompleks karena mengandung muatan biologis, psikologis, dan antropologis. Olahraga adalah bentuk perilaku gerak manusia yang spesifik. Arah dan tujuan orang berolahraga termasuk waktu dan lokasi kegiatan dilaksanakan sedemikian beragam. Ini menunjukkan bahwa olahraga merupakan fenomena yang relevan dengan kehidupan sosial dan ekspresi budaya, termasuk dalam hal ini kecenderungan khas ideologi, profesi, organisasi, pendidikan dan sains. Sedangkan sifat universalitas menunjukkan keanekaragaman olahraga yang dipengaruhi oleh keragaman sosial budaya dan kondisi geografis yang spesifik (Haag, 1994: 13) Fenomena olahraga hadir di masyarakat dan terkontrol di bawah restu nilai dan norma, di samping terikat langsung oleh kapasitas kemampuan biologik (Rusli dan Sumardianto, 2000: 2).
Arah kajian Ilmu Keolahragaan secara khusus adalah ilmu tentang manusia berkenaan dengan perilaku gerak insani yang diperagakan dalam  adegan bermain, berolahraga dan berlatih (KDI Keolahragaan, 2000: 7). Karena itu, esensi dari fokus studi Ilmu Keolahragaan adalah studi dan pendidikan manusia dalam gerak. Tegasnya, arah kajian Ilmu Keolahragaan adalah gerak manusia (human movement), sehingga objek formalnya adalah gerak manusia dalam rangka pembentukan (forming) dan pendidikan (KDI Keolahragaan, 2000: 7).
Perilaku gerak berlangsung dalam hubungan koordinasi yang amat kompleks namun teratur, cepat, dan halus dari fungsi-fungsi neuro-fisiologis-anatomis yang menyatu dengan fungsi psikologis, sesuai ciri-ciri biologis manusia yang mampu memperbarui energi dan melaksanakan daur ulang, mengatur diri sendiri, beradaptasi, serta kemampuan mempertahankan keseimbangan atau homeostatis sebagai kata kunci untuk bertahan hidup. Ternyata gerak yang tampak dalam perilaku merupakan hasil keseluruhan sistem yang sinkron dan menyatu antara jiwa dan badan yang membentuk satuan individu sebagai pribadi. Unsur fisik-biologis, biokimia, impuls syaraf elektronik menyatu dengan unsur mental dan rohaniah. Manusia menggerakkan dirinya secara sadar melalui pengalaman badaniah sebagai medium mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks pendidikan, khususnya pendidikan jasmani, gerak manusia inilah yang menjadi medan pergaulan yang bersifat mendidik antara peserta didik sebagai aktor, dan pendidik sebagai auctor, pengarah sekaligus fasilitator (Rusli dan Sumardianto, 2000: 1-2).
Hal tersebut selaras dengan pengertian olahraga itu sendiri yang dipahami sebagai proses pembinaan sekaligus pembentukan melalui perantaraan raga, aktivitas jasmani, atau pengalaman jasmaniah (body experience) dalam rangka menumbuhkembangkan potensi manusia secara menyeluruh menuju kesempurnaan. Jadi Ilmu Keolahragaan adalah pengetahuan yang sistematis dan terorganisir tentang fenomena keolahragaan yang dibangun melalui sistem penelitian ilmiah yang diperoleh dari medan-medan penyelidikan, di mana produk nyatanya tampak dalam batang tubuh pengetahuan Ilmu Keolahragaan (KDI Keolahragaan, 2000: 8).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aktivitas Olahraga Senam, Akuatik, Beladiri dan Pendidikan Kesehatan

TUGAS AKHIR M6 : Aktivitas Olahraga Senam, Akuatik, Beladiri dan Pendidikan Kesehatan Tugas 1 Senam 1.       Buatlah uraian 3 gerakan ...