TUGAS
M4 KB4 : Kecemasan dan Motivasi Olahraga
Tugas
§
Seorang siswa mengatakan pada Anda bahwa ia merasa kurang mampu
untuk meraih prestasi di bidang olahraga. Jelaskan langkah-langkah yang anda
lakukan untuk memotivasi siswa tersebut.
§
Identifikasi faktor-faktor motivasi yang berpengaruh terhadap
pencapaian prestasi seorang siswa atau atlet pada situasi olahraga berdasarkan
teori interaksional. Apa kesimpulan anda terhadap perkembangan motivasi siswa
atau atlet tersebut?
§
Susun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengatasi
kecemasan yang dialami siswa dalam aktivitas berolahraga di sekolah Anda.
Jawaban :
1.
Langkah-langkah yang dilakukan
untuk memotivasi siswa.
Motivasi memegang peranan yang
penting dalam olahraga prestasi. Seorang atlet harus mampu menjaga motivasinya
agar tetap dalam level yang tinggi baik dalam proses latihan maupun pada saat
menjalani pertandingan. Motivasi memang bukanlah kondisi yang tidak bisa
berubah. Setiap saat motivasi atlet bisa mengalami perubahan, sehingga
diperlukan sebuah upaya agar motivasi tetap terjaga pada level yang optimal.
Ada beberapa cara/ langkah-langkah untuk
meningkatkan motivasi atlet yang merasa dirinya kurang mampu/kurang percaya
diri, diantara adalah:
1)
Menetapkan Sasaran (Goal Setting)
Konsep
dasar dari goal setting adalah menciptakan tantangan bagi atlet untuk dilewati.
Secara sederhana, goal setting merangsang atlet untuk mencapai sesuatu baik
dalam proses latihan maupun dalam sebuah kompetisi. Ada beberapa batasan
tentang metode goal setting ini agar berjalan secara efektif.
Yang
perlu diperhatikan pertama adalah sasaran harus spesifik agar atlet mempunyai
ukuran atas pencapaiannya. Batasan yang kedua adalah tingkat kesulitan sasaran.
Tingkat kesulitan ini akan mempengaruhi persepsi atlet tentang kemampuannya.
Sasaran yang terlalu sulit akan membuat atlet ragu untuk bisa mencapainya.
Seandainya gagal, hal itu justru akan melemahkan keyakinan diri atlet.
Sebaliknya, sasaran juga tidak bisa dibuat terlalu mudah karena tidak akan
memberi rangsangan untuk berbuat lebih. Semakin menantang sasaran yang harus dicapai,
upaya dari seorang atlet untuk meraihnya juga akan semakin besar (Wann, 1997).
Sasaran
juga harus dibuat bertingkat dengan membedakan sasaran jangka pendek dan jangka
panjang. Sasaran jangka pendek digunakan sebagai batu loncatan untuk meraih
sasaran yang lebih tinggi. Misalnya, Olimpiade sebagai sasaran jangka
panjangnya. Untuk mencapai hal tersebut, maka seorang atlet harus menjuarai
level Sea Games atau Asian Games terlebih dahulu.
Mengikuti
kompetisi yang rutin dan berjenjang adalah salah satu bentuk menentukan sasaran
yang efektif. Dengan banyak mengikuti kompetisi, seorang pelatih akan lebih
mudah menentukan prioritas dari kompetisi tersebut. Ada kalanya kompetisi
dijadikan sebagai ajang pemanasan untuk mematangkan kondisi fisik, sehingga targetnya
tidak perlu terlalu tinggi.
Berikutnya,
atlet harus selalu diberi feedback atas setiap pencapaian yang dia selesaikan.
Dengan feedback yang spesifik ini, atlet akan mengetahui kekurangan dan
kekuatan dirinya, sehingga atlet akan mempunyai informasi untuk meningkatkan
dirinya. Dengan menetapkan sasaran yang tepat, maka motivasi atlet akan selalu
terpacu untuk tampil dan menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi.
2)
Persuasi Verbal
Persuasi
Verbal adalah metode yang paling mudah untuk dilakukan. Pelatih, oficial, atau
keluarga adalah orang-orang yang sering memberikan persuasi secara verbal ini.
Persuasi verbal adalah membakar semangat atlet dengan ucapan-ucapan yang
memotivasi misalnya “kamu pasti bisa”, “kamu pasti juara” “latihan yang kamu
lakukan lebih berat dari lawanmu”.
Selain
itu, Persuasi verbal bisa juga dilakukan oleh atlet sendiri atau sering disebut
dengan istilah Self talk. Self talk adalah metode persuasi verbal
untuk atlet sendiri. Prinsip dasar dari self talk ini sebenarnya adalah membantu
atlet untuk mendapatkan gambaran yang positif baik tentang kemampuannya atau
mengenai suasana pertandingan. Self talk
ini diyakini mampu menumbuhkan keyakinan diri atlet baik sebelum bertanding
atau pada saat menjalani pertandingan. Dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang
membakar semangat maka gambaran pesimisme atlet akan hilang dari persepsinya.
3) Imagery Training
Memberikan
latihan imagery traning. Metode ini cukup membantu memacu motivasi para atlet
adalah dengan melakukan imagery training atau latihan pembayangan. Dalam
latihan pembayangan ini atlet diajak untuk memvisualisasikan situasi
pertandingan yang akan dijalani. Secara detil, atlet harus menggambarkan
keseluruhan pertandingan, mulai dari situasi lapangan, penontong, lawan dan
segala macam yang terlibat dalam pertandingan itu. Setelah mendapat gambaran
yang riil, maka atlet diajak untuk mencari solusi atas persoalan yang mungkin
muncul dalam pertandingan.
Sebagian
pemain mengembangkan persepsi bahwa di lapangan akan menghadapi lawan yang
berat, tangguh dan sulit dikalahkan. Persepsi semacam ini terkadang muncul
akibat ketegangan sebelum pertandingan. Atlet tidak secara objektif menilai
kemampuan diri sendiri. Konsentrasi atlet terfokus pada kekuatan lawan dan
situasi pertandingan yang berat. Situasi inilah yang melemahkan motivasi atlet
sebelum bertanding. Metode Imagery
training mengajak para pemain untuk mencari atas kemungkinan persoalan yang
muncul di lapangan. Membayangkan kekuatan diri, pukulan andalan atau kelemahan
musuh, menciptakan kondisi objektif pada persepsi seorang atlet.
4)
Motivasi Supertisi ( Takhayul )
Apabila
seorang atlet memiliki keyakinan, maka biarkan atlet tersebut melakukan
keyakinanan agar atlet yakin dengan kemampuannya. Misalnya atlet memiliki
keyakinan saya akan menang jika Takhayul adalah suatu bentuk kepercanyaan
kepada susuatu yang merupakan suatu simbul dan yang di anggap mempunyai daya
kekuatan atau daya dorongan mental, motivasi ini dapat mengubah tingkah laku
menjadi lebih semangat, ambisius, dan lebih besar kemauanya untk sukses.
5)
Meningkatkan Kemampuan Atlet
Kemampuan
atlet meliputi skill teknis dan fisik. Skill dan fisik yang bagus, akan
mempengaruhi keinginan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Skill yang prima
dapat dilihat dan dievaluasi melalui pertandingan yang diikuti oleh atlet.
Untuk itu diperlukan metode kepelatihan yang modern dan efektif untuk
meningkatkan keterampilan seorang atlet. Pelatih juga harus paham dengan
pencapaian teknik dan fisik yang dimiliki oleh pemainnya.
6)
Motivasi insentif (Reward)
Reward
ini adalah metode yang paling banyak digunakan untuk memacu motivasi atlet.
Bonus, hadiah atau jabatan tertentu digunakan untuk memotivasi atlet. Reward
ini ditujukan untuk menggugah motivasi ekstrinsik dari atlet. Dengan
iming-iming bonus yang besar, diharapkan atlet akan terpacu tampil terbaik dan
mengalahkan lawannya.
Salah
satu kelemahan dari metode ini adalah kemungkinan menciptakan ketergantungan
dari para atlet. Banyak atlet hanya termotivasi hanya untuk mendapatkan bonus
tersebut daripada alasan lain, Sehingga tidak jarang atlet melakukan
upaya-upaya kotor untuk menjadi pemenang. Penggunaan doping adalah salah satu
cara yang paling sering ditempuh oleh seorang atlet demi tampil maksimal dan
mendapatkan hadiah atas kemenangannya. Untuk itulah, reward ini harus diberikan
sebagai pelengkap dari metode lain dan harus diberikan secara bijaksana.
7)
Motivasi Karena Takut.
Ketakutan
atau takut terhadap sesuatu dapat merupakan motivasi yang kuat bagi seseorang.:
Perasaan yang takut atau malu jika atlit tidak tau peraturan pertandingan
tersebut (sportif). Kekuatan atlet dalam porsi latihan yang diberikan. Perasaan
takut atau malu ketika tidak ikut serta dalam team (diskors). Perasaan takut
atau malu jika tidak bisa mamanuhi harapan-harapan atau sasaran yang di
tetapkan oleh pelatih. Sehingga atlit akan beruasaha sekuat tenaga dalam batas
sportitifitas.
2.
Identifikasi
Faktor Motivasi berdasarkan Pandangan Interaksional.
Pandangan
interaksional berpendapat bahwa motivasi terbentuk karena adanya kombinasi faktor
pelaku (participant) dan faktor lingkungan (situational). Jadi, jika memang
pada dasarnya seorang atlet telah memiliki motivasi pribadi untuk menjadi juara
di dalam salah satu cabang olahraga tertentu, dan pada periode yang sama
lingkungan memberikan kesempatan besar baginya untuk berlatih dan peluang untuk
bertanding, motivasi atlet akan menjadi demikian besar. Dengan motivasi
interaktif ini atlet akan lebih merasa terdorong meraih prestasi sesuai yang
dicita-citakannya. Motivasi tidak dapat dikaji hanya berlandaskan pada individu
yang terkait (atlet yang bersangkutan), juga tidak hanya dilandasi oleh faktor
situasional, melainkan bagaimana interaksi kedua aspek ini berlangsung, seperti
digambarkan berikut.
Simpulan
Berdasarkan
gambaran diatas dapat disimpulkan tentang teori interaksional yaitu dalam
pribadi atlet terdapat aspek kebutuhan, minat, sasaran, dan kepribadian atlet
itu sendiri yang kesemuanya perlu mendapat perhatian. Dalam faktor situasional,
gaya kepemimpinan, fasilitas dan hasil yang pernah diperoleh memiliki peran
signifikan sebagai pembangkit motivasi atlet. Berbagai faktor yang ada ini
harus saling mendukung untuk bisa membangkitkan motivasi atlet untuk
berprestasi. Namun disamping itu juga perlu diperhatikan bahwa atlet yang
menjadi subyek pembinaan berada dalam suatu situasi yang tertentu pula. Hal ini
pun kiranya harus dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan suatu
pendekatan spesifik bagi atlet yang bersangkutan agar motivasinya menjadi lebih
tinggi. Perlu pemahaman yang komprehensif untuk dapat melakukan pembinaan
secara efektif terkait motivasi siswa atau atlet.
3.
Langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam mengatasi kecemasan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran PJOK di
sekolah adalah :
1. Pemusatan
perhatian (centering). Penggunaan
cara ini pertama-tama singkirkan aneka ragam pikiran yang mengganggu siswa.
Pusatkan seluruh perhatian dan pikiran pada tugas yang sedang dihadapi. Keadaan
mental siswa beragam, ada yang mampu dengan cepat menghalau berbagai pikiran
yang mengganggu konsentrasi disaat pertandingan akan dihadapi, tapi ada pula siswa
yang begitu lama terhasut oleh gangguan-gangguan pikiran yang demikian.
2. Pengaturan
pernapasan. Orang yang mengalami kecemasan, tonus otot, denyut jantung serta respirasi
akan meninggi. Keadaan seperti ini dapat diatasi dengan pernapasan yang dalam
dan pelan, sehingga irama pernapasan yang semula cepat atau meninggi secara
berangsur-angsur lambat atau menurun. Mengatur pernapasan juga merupakan usaha
penenagan diri bagi siswa.
3. Memberikan
relaksasi otot secara progresif kepada siswa, caranya dengan melakukan
kontraksi otot secara penuh kemudian dikendurkan. Latihan ini dilakukan
berulang-ulang selama kurang lebih 30 menit. Keadaan ini dapat me-relaks-kan
otot-otot, bila otot-otot telah mencapai keadaan relaks yang sungguh-sungguh
maka keadaan ini dapat mengurangi ketegangan emosional, menurunkan tekanan
darah serta denyut nadi. Orang yang merasakan saat-saat kecemasan sedapat
mungkin memusatkan perhatiannya pada relaksasi otot.
4. Pencarian
sumber kecemasan. Peran guru untuk mencari sumber kecemasan besar sekali.
Jalinan hubungan emosional yang baik antara guru dan siswa akan memungkinkan
dan memudahkan guru untuk menelusuri apa yang sebenarnya sedang dialami oleh siswa,
begitu juga halnya siswa akan sangat terbuka menceritakan banyak hal apa yang
sebenarnya dialaminya. Pembiasaan, cara ini dimaksudkan untuk melatih siswa
menghadapi situasi yang bisa timbul. Latihan untuk pembiasaan ini dilakukan
dalam bentuk simulasi-simulasi. Simulasi terhadap beragam situasi latihan
sengaja dibuat untuk menimbulkan kecemasan dalam batas-batas tertentu, sehingga
siswa tidak lagi peka terhadap pengaruh lingkungan yang berlaku.
5. Teknik
penanganan individu. Penanganan individu adalah teknik khusus mengatasi
kecemasan yang penekanannya pada pendekatan individu, misalnya melalui musik
yang menjadi kegemaran siswa, menanamkan keyakinan kepada siswa bahwa dia mampu
melakukan itu, baik dan menyeluruh, menjauhkan siswa atau orang-orang yang
didekatnya sebagai orang pencemas atau pencetus rasa cemas, atau sekalian saja
jelaskan pada siswa bahwa rasa cemas itu muncul wajar dan memang diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar