Senin, 27 Agustus 2018

Kecemasan dan Motivasi Olahraga


TUGAS M4 KB4 : Kecemasan dan Motivasi Olahraga
Tugas
§  Seorang siswa mengatakan pada Anda bahwa ia merasa kurang mampu untuk meraih prestasi di bidang olahraga. Jelaskan langkah-langkah yang anda lakukan untuk memotivasi siswa tersebut.
§  Identifikasi faktor-faktor motivasi yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi seorang siswa atau atlet pada situasi olahraga berdasarkan teori interaksional. Apa kesimpulan anda terhadap perkembangan motivasi siswa atau atlet tersebut?
§  Susun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengatasi kecemasan yang dialami siswa dalam aktivitas berolahraga di sekolah Anda.

Jawaban :

1.      Langkah-langkah yang dilakukan untuk memotivasi siswa.
Motivasi memegang peranan yang penting dalam olahraga prestasi. Seorang atlet harus mampu menjaga motivasinya agar tetap dalam level yang tinggi baik dalam proses latihan maupun pada saat menjalani pertandingan. Motivasi memang bukanlah kondisi yang tidak bisa berubah. Setiap saat motivasi atlet bisa mengalami perubahan, sehingga diperlukan sebuah upaya agar motivasi tetap terjaga pada level yang optimal. Ada beberapa cara/ langkah-langkah  untuk meningkatkan motivasi atlet yang merasa dirinya kurang mampu/kurang percaya diri, diantara adalah:
1)      Menetapkan Sasaran (Goal Setting)
Konsep dasar dari goal setting adalah menciptakan tantangan bagi atlet untuk dilewati. Secara sederhana, goal setting merangsang atlet untuk mencapai sesuatu baik dalam proses latihan maupun dalam sebuah kompetisi. Ada beberapa batasan tentang metode goal setting ini agar berjalan secara efektif.
Yang perlu diperhatikan pertama adalah sasaran harus spesifik agar atlet mempunyai ukuran atas pencapaiannya. Batasan yang kedua adalah tingkat kesulitan sasaran. Tingkat kesulitan ini akan mempengaruhi persepsi atlet tentang kemampuannya. Sasaran yang terlalu sulit akan membuat atlet ragu untuk bisa mencapainya. Seandainya gagal, hal itu justru akan melemahkan keyakinan diri atlet. Sebaliknya, sasaran juga tidak bisa dibuat terlalu mudah karena tidak akan memberi rangsangan untuk berbuat lebih. Semakin menantang sasaran yang harus dicapai, upaya dari seorang atlet untuk meraihnya juga akan semakin besar (Wann, 1997).
Sasaran juga harus dibuat bertingkat dengan membedakan sasaran jangka pendek dan jangka panjang. Sasaran jangka pendek digunakan sebagai batu loncatan untuk meraih sasaran yang lebih tinggi. Misalnya, Olimpiade sebagai sasaran jangka panjangnya. Untuk mencapai hal tersebut, maka seorang atlet harus menjuarai level Sea Games atau Asian Games terlebih dahulu.
Mengikuti kompetisi yang rutin dan berjenjang adalah salah satu bentuk menentukan sasaran yang efektif. Dengan banyak mengikuti kompetisi, seorang pelatih akan lebih mudah menentukan prioritas dari kompetisi tersebut. Ada kalanya kompetisi dijadikan sebagai ajang pemanasan untuk mematangkan kondisi fisik, sehingga targetnya tidak perlu terlalu tinggi.
Berikutnya, atlet harus selalu diberi feedback atas setiap pencapaian yang dia selesaikan. Dengan feedback yang spesifik ini, atlet akan mengetahui kekurangan dan kekuatan dirinya, sehingga atlet akan mempunyai informasi untuk meningkatkan dirinya. Dengan menetapkan sasaran yang tepat, maka motivasi atlet akan selalu terpacu untuk tampil dan menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi.
2)      Persuasi Verbal
Persuasi Verbal adalah metode yang paling mudah untuk dilakukan. Pelatih, oficial, atau keluarga adalah orang-orang yang sering memberikan persuasi secara verbal ini. Persuasi verbal adalah membakar semangat atlet dengan ucapan-ucapan yang memotivasi misalnya “kamu pasti bisa”, “kamu pasti juara” “latihan yang kamu lakukan lebih berat dari lawanmu”.
Selain itu, Persuasi verbal bisa juga dilakukan oleh atlet sendiri atau sering disebut dengan istilah Self talk. Self talk adalah metode persuasi verbal untuk atlet sendiri. Prinsip dasar dari self talk ini sebenarnya adalah membantu atlet untuk mendapatkan gambaran yang positif baik tentang kemampuannya atau mengenai suasana pertandingan. Self talk ini diyakini mampu menumbuhkan keyakinan diri atlet baik sebelum bertanding atau pada saat menjalani pertandingan. Dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang membakar semangat maka gambaran pesimisme atlet akan hilang dari persepsinya.

3)      Imagery Training
Memberikan latihan imagery traning. Metode ini cukup membantu memacu motivasi para atlet adalah dengan melakukan imagery training atau latihan pembayangan. Dalam latihan pembayangan ini atlet diajak untuk memvisualisasikan situasi pertandingan yang akan dijalani. Secara detil, atlet harus menggambarkan keseluruhan pertandingan, mulai dari situasi lapangan, penontong, lawan dan segala macam yang terlibat dalam pertandingan itu. Setelah mendapat gambaran yang riil, maka atlet diajak untuk mencari solusi atas persoalan yang mungkin muncul dalam pertandingan.
Sebagian pemain mengembangkan persepsi bahwa di lapangan akan menghadapi lawan yang berat, tangguh dan sulit dikalahkan. Persepsi semacam ini terkadang muncul akibat ketegangan sebelum pertandingan. Atlet tidak secara objektif menilai kemampuan diri sendiri. Konsentrasi atlet terfokus pada kekuatan lawan dan situasi pertandingan yang berat. Situasi inilah yang melemahkan motivasi atlet sebelum bertanding. Metode Imagery training mengajak para pemain untuk mencari atas kemungkinan persoalan yang muncul di lapangan. Membayangkan kekuatan diri, pukulan andalan atau kelemahan musuh, menciptakan kondisi objektif pada persepsi seorang atlet.
4)      Motivasi Supertisi ( Takhayul )
Apabila seorang atlet memiliki keyakinan, maka biarkan atlet tersebut melakukan keyakinanan agar atlet yakin dengan kemampuannya. Misalnya atlet memiliki keyakinan saya akan menang jika Takhayul adalah suatu bentuk kepercanyaan kepada susuatu yang merupakan suatu simbul dan yang di anggap mempunyai daya kekuatan atau daya dorongan mental, motivasi ini dapat mengubah tingkah laku menjadi lebih semangat, ambisius, dan lebih besar kemauanya untk sukses.
5)      Meningkatkan Kemampuan Atlet
Kemampuan atlet meliputi skill teknis dan fisik. Skill dan fisik yang bagus, akan mempengaruhi keinginan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Skill yang prima dapat dilihat dan dievaluasi melalui pertandingan yang diikuti oleh atlet. Untuk itu diperlukan metode kepelatihan yang modern dan efektif untuk meningkatkan keterampilan seorang atlet. Pelatih juga harus paham dengan pencapaian teknik dan fisik yang dimiliki oleh pemainnya.


6)      Motivasi insentif (Reward)
Reward ini adalah metode yang paling banyak digunakan untuk memacu motivasi atlet. Bonus, hadiah atau jabatan tertentu digunakan untuk memotivasi atlet. Reward ini ditujukan untuk menggugah motivasi ekstrinsik dari atlet. Dengan iming-iming bonus yang besar, diharapkan atlet akan terpacu tampil terbaik dan mengalahkan lawannya.
Salah satu kelemahan dari metode ini adalah kemungkinan menciptakan ketergantungan dari para atlet. Banyak atlet hanya termotivasi hanya untuk mendapatkan bonus tersebut daripada alasan lain, Sehingga tidak jarang atlet melakukan upaya-upaya kotor untuk menjadi pemenang. Penggunaan doping adalah salah satu cara yang paling sering ditempuh oleh seorang atlet demi tampil maksimal dan mendapatkan hadiah atas kemenangannya. Untuk itulah, reward ini harus diberikan sebagai pelengkap dari metode lain dan harus diberikan secara bijaksana.
7)      Motivasi Karena Takut.
Ketakutan atau takut terhadap sesuatu dapat merupakan motivasi yang kuat bagi seseorang.: Perasaan yang takut atau malu jika atlit tidak tau peraturan pertandingan tersebut (sportif). Kekuatan atlet dalam porsi latihan yang diberikan. Perasaan takut atau malu ketika tidak ikut serta dalam team (diskors). Perasaan takut atau malu jika tidak bisa mamanuhi harapan-harapan atau sasaran yang di tetapkan oleh pelatih. Sehingga atlit akan beruasaha sekuat tenaga dalam batas sportitifitas.

2.      Identifikasi Faktor Motivasi berdasarkan Pandangan Interaksional.
Pandangan interaksional berpendapat bahwa motivasi terbentuk karena adanya kombinasi faktor pelaku (participant) dan faktor lingkungan (situational). Jadi, jika memang pada dasarnya seorang atlet telah memiliki motivasi pribadi untuk menjadi juara di dalam salah satu cabang olahraga tertentu, dan pada periode yang sama lingkungan memberikan kesempatan besar baginya untuk berlatih dan peluang untuk bertanding, motivasi atlet akan menjadi demikian besar. Dengan motivasi interaktif ini atlet akan lebih merasa terdorong meraih prestasi sesuai yang dicita-citakannya. Motivasi tidak dapat dikaji hanya berlandaskan pada individu yang terkait (atlet yang bersangkutan), juga tidak hanya dilandasi oleh faktor situasional, melainkan bagaimana interaksi kedua aspek ini berlangsung, seperti digambarkan berikut.









Simpulan
Berdasarkan gambaran diatas dapat disimpulkan tentang teori interaksional yaitu dalam pribadi atlet terdapat aspek kebutuhan, minat, sasaran, dan kepribadian atlet itu sendiri yang kesemuanya perlu mendapat perhatian. Dalam faktor situasional, gaya kepemimpinan, fasilitas dan hasil yang pernah diperoleh memiliki peran signifikan sebagai pembangkit motivasi atlet. Berbagai faktor yang ada ini harus saling mendukung untuk bisa membangkitkan motivasi atlet untuk berprestasi. Namun disamping itu juga perlu diperhatikan bahwa atlet yang menjadi subyek pembinaan berada dalam suatu situasi yang tertentu pula. Hal ini pun kiranya harus dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan suatu pendekatan spesifik bagi atlet yang bersangkutan agar motivasinya menjadi lebih tinggi. Perlu pemahaman yang komprehensif untuk dapat melakukan pembinaan secara efektif terkait motivasi siswa atau atlet.

3.      Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengatasi kecemasan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran PJOK di sekolah adalah :
1.      Pemusatan perhatian (centering). Penggunaan cara ini pertama-tama singkirkan aneka ragam pikiran yang mengganggu siswa. Pusatkan seluruh perhatian dan pikiran pada tugas yang sedang dihadapi. Keadaan mental siswa beragam, ada yang mampu dengan cepat menghalau berbagai pikiran yang mengganggu konsentrasi disaat pertandingan akan dihadapi, tapi ada pula siswa yang begitu lama terhasut oleh gangguan-gangguan pikiran yang demikian.
2.      Pengaturan pernapasan. Orang yang mengalami kecemasan, tonus otot, denyut jantung serta respirasi akan meninggi. Keadaan seperti ini dapat diatasi dengan pernapasan yang dalam dan pelan, sehingga irama pernapasan yang semula cepat atau meninggi secara berangsur-angsur lambat atau menurun. Mengatur pernapasan juga merupakan usaha penenagan diri bagi siswa.
3.      Memberikan relaksasi otot secara progresif kepada siswa, caranya dengan melakukan kontraksi otot secara penuh kemudian dikendurkan. Latihan ini dilakukan berulang-ulang selama kurang lebih 30 menit. Keadaan ini dapat me-relaks-kan otot-otot, bila otot-otot telah mencapai keadaan relaks yang sungguh-sungguh maka keadaan ini dapat mengurangi ketegangan emosional, menurunkan tekanan darah serta denyut nadi. Orang yang merasakan saat-saat kecemasan sedapat mungkin memusatkan perhatiannya pada relaksasi otot.
4.      Pencarian sumber kecemasan. Peran guru untuk mencari sumber kecemasan besar sekali. Jalinan hubungan emosional yang baik antara guru dan siswa akan memungkinkan dan memudahkan guru untuk menelusuri apa yang sebenarnya sedang dialami oleh siswa, begitu juga halnya siswa akan sangat terbuka menceritakan banyak hal apa yang sebenarnya dialaminya. Pembiasaan, cara ini dimaksudkan untuk melatih siswa menghadapi situasi yang bisa timbul. Latihan untuk pembiasaan ini dilakukan dalam bentuk simulasi-simulasi. Simulasi terhadap beragam situasi latihan sengaja dibuat untuk menimbulkan kecemasan dalam batas-batas tertentu, sehingga siswa tidak lagi peka terhadap pengaruh lingkungan yang berlaku.
5.      Teknik penanganan individu. Penanganan individu adalah teknik khusus mengatasi kecemasan yang penekanannya pada pendekatan individu, misalnya melalui musik yang menjadi kegemaran siswa, menanamkan keyakinan kepada siswa bahwa dia mampu melakukan itu, baik dan menyeluruh, menjauhkan siswa atau orang-orang yang didekatnya sebagai orang pencemas atau pencetus rasa cemas, atau sekalian saja jelaskan pada siswa bahwa rasa cemas itu muncul wajar dan memang diperlukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aktivitas Olahraga Senam, Akuatik, Beladiri dan Pendidikan Kesehatan

TUGAS AKHIR M6 : Aktivitas Olahraga Senam, Akuatik, Beladiri dan Pendidikan Kesehatan Tugas 1 Senam 1.       Buatlah uraian 3 gerakan ...