TUGAS M4 KB 1 : Peran dan Fungsi
Olahraga Sebagai Budaya Pranata Sosial Masyarakat
Olahraga menjadi bagian budaya pranata sosial masyarakat
berdasarkan kajian telusuran sejarah beberapa diantaranya berperan dan
berfungsi sebagai, (1) mekanisme peradilan, (2) wahana inisiasi
dan ritus pubertas, (3) wahana untuk memilih jodoh, (4) wahana untuk mengungkapkan
rasa syukur atas keberhasilan, (5) wahana ritual kepercayaan, (6) cara menunjukan
prestise, (7) wahana pendidikan.
Tugas:
§ Identifikasikan peran dan fungsi olahraga dalam budaya dan pranata
sosial yang terjadi dimasyarakat saat ini yang masih tumbuh dan berkembang
berdampak pada psikologis masyarakat.
§ Susun langkah-langkah agar olahraga dan aktivitas jasmani
dapat menjadi budaya dimasyarakat dan sebagai alat pendidikan.
§ Susun minimal 2 bentuk kegiatan aktivitas jasmani sebagai katharsis untuk
membantu mengurangi tingkah laku agresif yang di lakukan oleh para
pelajar/remaja.
Jawaban :
1.
Peran dan fungsi olahraga dalam budaya dan pranata sosial yang
terjadi dimasyarakat saat ini yang masih tumbuh dan berkembang berdampak pada
psikologis masyarakat yaitu :
·
Olahraga sebagai wahana ritual kepercayaan
juga merupakan bagian budaya yang menjadi tradisi dari beberapa kelompok
masyarakat. Penelitian yang ditemukan Salter bahwa kehidupan orang Indian
Amerika yang bermukim di daerah sekitar sungai Saint Lawrence sampai Louisiana
pada masa awal pendudukan orang kulit putih memiliki ritual terhadap kepercayaan
gaib dengan cara melakukan pemujaan ritual melalui kontes-kontes yang bentuk
nuansanya merupakan aktivitas gerak atau Olahraga. Pemujaan dilakukan dengan mengadakan
pesta tari, panahan, panjat tiang, lomba lari, gulat, bola tangan, sepak bola,
lacrosse (permainan yang memakai bola yang dimainkan dengan raket bertangkai
panjang), main dadu,main tebakan, main sembunyi-sembunyian dan tarik tambang.
Tiap permainan ini merupakan pertandingan yang melambangkan perjuangan antara
tenaga-tenaga elemental: cuaca baik dan buruk, kesuburan dan kelaparan ,
penyakit dan sehat ,atau hidup dan mati. Keberhasilan dalam memainkan
pertandingkan dianggap sebagai memenangkan dukungan atau bantuan kepada
tenaga-tenaga ghaib untuk melindungi manusia.
Olimpiade kuno juga merupakan
fakta sejarah yang membuktikan bahwa olahraga mempunyai peran dan fungsi
sebagai wahana ritual kepercayaan atau keagamaan. Festival olimpiade masa itu
tujuan vertikalnya adalah menunjukkan penghormatan kepada dewa Zeus. Nuansa
ritual olimpiade kuno masa lalu bahkan sebenarnya masih kental terasa pada
penyelenggaraan olympiade modern saat ini, antara lain dalam acara janji atlit
(Olympic Qath) dan pemasangan obor olympiade yang di biarkan terus menyala
sampai upacara penutupan.
·
Peran atau fungsi olahraga sebagai cara
untuk menunjukkan prestise dalam budaya masyarakat modern sekarang merupakan
fenomena yang kental dan sangat lazim dianut saat ini. Nafsu bersaing untuk
menjadi yang terbaik merupakan suatu faktor yang sangat essensial dalam
perkembangan peradaban manusia. Intensif yang paling kuat untuk mencapai
kesempurnaan baik secara individu maupun sosial adalah nafsu untuk di puji dan
di hormati sebagai yang terbaik. Melakukan yang terbaik itu berarti melakukan
sesuatu melebihi orang lain. Karena itu timbulah kompetisi untuk mencapai
sportivitas (Huizinga 1964). Fenomena lain tentang hal ini juga, bahwa jenis
atau cabang olahraga menciptakan strata sosial dalam masyarakat. Olahraga Golf
hampir dipastikan pelakunya dari lapisan masyarakat yang memiliki penghasilan
yang cukup tinggi, beda halnya dengan
Tinju atau atletik, strata sosial pelakunya tidak sama dengan pelaku olahraga
Golf.
Sumber inspirasi
olahraga yang dikenal masyarakat modern saat ini tidak terlepas pada tradisi
agonistik zaman Yunani kuno. Agon (kontes) adalah tradisi hidup masyarakat
Yunani. Budaya masyarakat Yunani menggelar kontes apa saja yang memungkinkan
terjadinya pertarungan. Setiap orang yang terlibat dalam kontes mengekspresikan
arete (keistimewaannya), suatu konsep yang berhubungan dengan aristos
(superioritas). Masyarakat Yunani 1000 tahun sebelum masehi menganut budaya
yang mendambakan kehormatan untuk meyakinkan dirinya akan keberhargaan dan
kualitas diri. Mereka sangat menginginkan dihormati orang lain karena kehebatan
mereka. Anutan budaya yang demikian menjadikan atlet (olahragawan) merupakan
tokoh yang paling dikagumi di Yunani. Atlet berasal dari kata athlos dalam
bahasa Yunani maknanya merupakan perpaduan dari konsep kontes, perjuangan,
latihan, kegiatan fisik dan daya tahan dan penderitaan.
·
Olahraga memiliki peran dan fungsi sebagai
wahana Pendidikan sebenarnya sudah cukup lama berada dalam budaya masyarakat
masa lalu. Athena misalnya, menjadikan olahraga sebagai alat pendidikan untuk
mencapai tujuan Ephebe Athena. Ephebe Athena adalah selogan tujuan pendidikan
waktu itu untuk menjadikan masyarakat Athena harmonis/selaras, sehat, kuat,
cerdas dan memiliki budi pekerti yang luhur.
2.
Langkah-langkah agar olahraga dan aktivitas jasmani dapat
menjadi budaya dimasyarakat dan sebagai alat Pendidikan :
1. Olah raga harus dibudayakan dalam semua aktivitas kehidupan
serta dapat diperkenalkan kepada anak dan remaja sejak usia dini. Seperti yang
kita ketahui pada usia kanak-kanak dan remaja, di mana tubuh sedang berada
dalarn tahap pertumbuhan. Maka tubuh membutuhkan olahraga untuk memastikan
otot-otot, tulang, jantung, paru¬paru dan setiap organ vital lainnya tumbuh
secara normal dan sehat, di samping berguna untuk pembinaan kepribadian yang
baik. Dengan memperkenalkan olah raga bagi anak sejak usia dini, sehingga anak
menjadi terbiasa dengan aktivitas tersebut, sebab seperti yang kita ketahui
sebuah sifat anak pada masa dewasa semuanya terbawa dari kebiasaan mereka pada
masa anak-anak. Maka disinilah perlu pengenalanan olah raga sejak dini bagi
anak, sehingga aktifitas olah raga menjadi suatu kebiasaan dan kegiatan
disamping aktifitas yang lain dan anak tidak terasing dengan yang namanya olah
raga, sehingga dikala memasuki usia tua orang tidak lagi membutuhkan tenaga
yang besar untuk melalukan olah raga sebab sudah terbiasa dilakukan sejak
anak-anak.
2. Melaksnakan
kegiatan olahraga bersama di semua jenjang pendidikan/sekolah dan kantor-kantor
pemerintahan/swasta seminggu 1x. Misalnya dilaksanakan pada hari jumat untuk
melakukan olahraga bersama.
3. Melaksanakan
kegiatan pekan olahraga mulai dari tingkat desa, kecamatan dan kabupaten di
masing-masing daerah. Selain itu kegiatan PORDA, PON dan Event olahraga lainnya
perlu terus di lanjutkan.
4. Pemerintah/swasta
rutin melaksanakan kegiatan/event yang melibatkan seluruh kalangan masyarakat
untuk ikut serta berolahraga. Misalnya membuat event gerakan jalan sehat,
bersepeda, lari marathon 5K sampai 10K, color run, dan night run yang
dikombinasikan dengan pegelaran konser musik.
5. Menempatkan
sarana dan prasarana olahraga di ruang terbuka publik agar muncul keinginan
masyarakat untuk berolahraga. Serta mengembangkan dan menempatkan alat-alat
olahraga di tempat-tempat publik agar dapat dinikmati oleh semua warga.
6. Melakukan
promosi olahraga. Ada dua cara yang dapat dilakukan
yaitu: mempromosikan olahraga dan melakukan promosi melalui olahraga.
§ Mempromosikan olahraga adalah promosi yang ditujukan
untuk perkembangan olahraga itu sendiri, artinya agar membuat olahraga bukan
hanya sekedar menjadi populer, tapi juga agar menjadi penting dan menjadi
kebutuhan di masyarakat.
§ Promosi melalui acara olahraga adalah sesuatu yang paling ideal untuk masyarakat. Acara olahraga
bukan hanya memberikan keuntungan ekonomi, sosial, dan budaya kepada sebuah
wilayah, kota, atau negara, tetapi juga berefek pada peninggalan atau
warisan (legacy) dari acara tersebut. Contohnya sebagai tuan
rumah piala dunia atau olimpiade.
3.
Bentuk kegiatan aktivitas jasmani sebagai katharsis untuk
membantu mengurangi tingkah laku agresif yang di lakukan oleh para
pelajar/remaja.
Aktivitas jasmani
sebagai katharsis adalah suatu
pengurangan ketegangan yang diperoleh dengan cara menyatakan permusuhan dan
agresivitas secara tidak langsung yaitu menyalurkan permusuhan melalui suatu
bentuk yang ekuivalen dengan tingkah laku agresif. Perasaan marah dapat di
kurangi dengan melalui pengungkapan agresif atau disebut katarsis. Inti gagasan
katarsis adalah bahwa bila orang merasa agresif, tindakan agresif yang
dilakukannya akan mengurangi intensitas perasaannya sehingga pada gilirannya
akan mengurangi kemungkinan untuk bertindak agresif.
Kegiatan
1
Kegiatan pertandingan sepak bola dapat membantu
mengurangi tingkah laku agresif pelajar/remaja. Melalui kegiatan pertandingan
sepak bola pelajar/remaja dapat melatih kedisipinan, konsentrasi, kerjasama,
kesadaran untuk bermain sportif dan tidak memihak sehingga dapat
mengesampingkan tingkah laku agresifnya.
Kegiatan 2
Kegiatan
pertandingan dan perlombaan atletik dapat membantu mengurangi tingkah laku
agresif siswa karena melalui kegiatan perlombaan dan kompetisi dapat membuat
siswa lebih mempersiapkan diri untuk mengikuti perlombaan sehingga sifat
agresif siswa dapat di kesampingkan dan diarahkan kearah kompetisi yang akan
dilakukan.
Kegiatan 3
Dalam proses pembelajaran guru dapat menerapakan cara pencegahan
prilaku agresif siswa, ada beberapa cara
yang antara lain :
- Penanaman
moral
Nurani
atau moral yang diinternalisasikan dan diintegrasikan ke dalam kepribadian
individu merupakan rem yang paling kuat dan paling efektif bagi kemunculan
tingkah laku destruktif termasuk perilaku agresif. Oleh karena itu, penanaman moral merupakan tingkah laku
yang paling tepat guna mencegah timbulnya perilaku agresif.
- Pengembangan
perilaku non agresif
Mengembangkan
nilai yang mendukung perkembangan non agresif dan sebaliknya, menghapus atau
setidaknya mengurangi nilai-nilai yang mendorong perkembangan perilaku agresif.
Nilai merupakan daya pendorong dalam hidup yang memberi makna dan pengabsahan
tindakan seseorang. Adapun nilai-nilai yang dapat menurunkan perilaku agresif
antara lain nilai yang mendorong masyarakat untuk saling mengasihi dan
menghormati sesama manusia, bersikap sabar dan pemaaf, maupun sikap pro sosial
lain.
- Pengembangan
kemampuan memberikan empati
Pencegahan
perilaku agresif bisa dan perlu menyertakan pengembangan kemampuan mencintai
pada individu. Dengan kata lain pengembangan kemampuan memberikan empati
merupakan langkah yang perlu diambil dalam rangka mencegah berkembangnya
perilaku agresif.
Kegiatan
4
Menyelenggarakan
pertandingan olahraga/permaianan tradisonal antar kelas pada intern sekolah seperti pada kegiatan
jeda semester, perayaan ulang tahun sekolah, perayaan hari kemerdekaan republik
Indonesia, perayaan hari Pendidikan Nasional dan hari olahraga
nasional.
Hal ini dapat memupuk semangat dan kerjasama di kelas sehingga apabila ada
siswa yang memiliki sikaf agresif dapat menyalurkannya melalui pertandingan/perlombaan
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar