TUGAS M5 KB 2 : ATLETIK
1. Jelaskan menurut pengertian anda tentang pentingnya tekhnik dalam
berlari.
2. Jelaskan tahapan-tahapan lari dalam sprint.
3. Jelaskan kesalahan yang sering terjadi pada saat memasuki garis
finish.
4. Jelaskan pengertian pemberian tongkat upsweep & downsweep.
5. Jelaskan kesalahan yang terjadi pada saat melakukan awalan dalam
lompat jauh.
6. Jelaskan kesalahan yang terjadi pada saat melakukan dalam tolak
peluru gaya O’Brein.
Jawaban :
1.
Pentingnya tekhnik dalam berlari.
Lari
tidak sekadar mengangkat kaki dan melayang di udara. Perlu tahu teknik yang
tepat agar lari menjadi optimal. Penguasaan teknik lari sangat penting agar
aktivitas berlari dapat memberikan manfaat bagi organ tubuh dan kebugaran
jasmani. Berlari dengan koordinasi gerak yang baik
dan teknik yang benar akan dapat menghemat banyak tenaga dan juga terhindar
dari cedera. Namun, masih banyak yang belum tahu cara berlari yang benar.
Agar bisa berlari dengan benar, kita perlu mengetahui postur dan teknik yang baik.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1.
Badan rileks, tidak
kaku, dan sedikit condong ke depan.
2.
Pandangan horizontal
atau lurus ke depan.
3.
Ayunkan lengan dengan
rileks dan kontinyu (lengan ditekuk 90 derajat dan mengayun rileks di samping
tubuh).
4.
Atur irama dan panjang
langkah agar tepat dan teratur (tidak terlalu pendek dan tidak memanjangkan
langkah).
5.
Saat mendarat,
mendaratlah dengan bola kaki atau telapak bagian tengah agak ke depan.
6.
Hindari menekan
langkah yang terlalu keras ke tanah (vertikal). Sebaliknya, melangkah
seolah-olah mendorong ke depan (propulsive).
Teknik yang baik pada saat
berlari tidak bisa terbentuk dengan sendirinya. Perlu latihan khusus dan
kontinyu untuk pembentukan postur tubuh agar menjadi lebih baik sehingga secara
otomatis bisa berlari dengan teknik yang benar. Otot pinggang dan perut yang
kuat adalah modal utama agar tubuh dapat berdiri tegak atau tidak bungkuk.
Selain itu juga dibutuhkan penguatan untuk tungkai dan lengan agar tubuh
menjadi proporsional.
2. Lari Cepat (Sprint)
Lari cepat (sprint) adalah
suatu kemampuan seseorang dalam memindahkan posisi tubuhnya dari satu tempat ke
tempat lainnya secara cepat melebihi gerak dasar pada keterampilan lari santai (jogging).
Dalam lari sprint perlu juga
memperhatikan empat tahapan-tahapan antara lain: starting positon yaitu sikap
atau posisi pelari pada saat melakukan start, starting action yaitu gerakan
saat meninggalkan garis start setelah aba-aba “ya atau bunyi pistol” sampai 6
hingga 9 langkah dari garis start, sprinting action yaitu gerakan atau teknik
lari cepat, finishing action yaitu gerakan atau cara melewati garis finish.
1.
Starting Position
Starting positiona
adalah sikap atau posisi badan pelari saat akan melakukan start. Pada lari jarak
pendek, pelari biasanya menggunakan start jongkok, jadi sebelum lepas dari
garis start, pelari dalam posisi berjongkok. Karena dengan posisi berjongkok
dapat menimbulkan garak percepatan yang memugkinkan saat pelari lepas dari
garis start akan lebih mudah dan cepat meluncur ke depan.
Start jongkok ada tiga
jenis, sebagai pedoman, dapat dibedakan Sebagai berikut:
a)
Short start/ bunch
start
(start pendek), pada saat berjongkok lutut kaki belakang berada di ujung kaki
yang lain. Apabila dalam sikap berdiri, ujung kaki belakang akan terletak
kira-kira di samping tumit atau lekukan telapak kaki depan. Jenis start ini
dapat menghasilkan percepatan yang tinggi, maka banyak pelari kenamaan
memakainya.
b)
Medium start (start panjang), pada sikap berjongkok lutut kaki
belakang kira-kira berada disamping lekukan telapak kaki depan. Dalam posisi
berdiri, ujung kaki belakang berada sedikit di belakang tumit kaki depan. Start
ini sangat sesuai untuk pemula.
c)
Long start (start panjang), pada sikap berjongkok lutut kaki
belakang segaris dengan tumit kaki depan atau letak lutut lebih mundur lagi.
Pada saat berdiri, kedua telapak kaki saling berjauhan, yaitu ujung kaki
belakang terletak sekitar dua jengkal dari tumit kaki depan. Pelari yang
berkaki panjang (tinggi) biasanya menggunakan start ini.
Kembali ke persoalan semula, sebaiknya para sprinter
mempergunakan start jongkok apakah itu start pendek, menengah, ataupun panjang,
tergantung dari kemantapan atlet. Sebagai pedoman, cara mengambil sikap dalam
start jongkok dalah sebagai berikut :
a.
Start blok dipasang di belakang garis start, jarak antara papan
penolak bagian depan dangan papan bagia belakang telah diatur (stel) sebelumnya
sesuai dengan jenis start yang dipergunakan. Sedangkan jarak antara papan
bagian depan dengan garis start harus di atur sedemikian rupa, sehingga pada
saat dipakai berjongkok posisi badan dapat sejajar dan serilek mungkin. Ada
suatu pedoman bahwa jarak tersebut kira-kira dua jengkal pelari yang
bersangkutan. Sebelum aba-aba “bersedia” pelari berdiri sekitar 3 meter sebelum
garis start.
b.
Setelah aba-aba “bersedia”. Segera maju dengan tenang, rilek
tetapi yakin dan mantap. Cara menempatkan kaki sebaiknya satu persatu, yaitu
dengan merangkak mundur dari depan garis start (start blok). Kaki depan
terlebih dahulu ditapakkan, kemudian kaki belakang atau sebaliknya. Setelah
kedua telapak kaki berpijak pada papan start blok dan lutut belakang bertumpu
di tanah, kedua tangan dibersihkan sambil sepintas melihat ke depan (ke jurusan
lari). Hal ini untuk menambah ketenangan dan kemantapan batin. Kemudian satu
demi satu tangan diletakkan di tanah, kedua siku lurus. Jarak antara kedua
tangan selebar bahu lebih sedikit. Keempat jari hampir/agak rapat menuju ke
samping luar, ibu jari terbuka menuju ke dalam. Dalam hal ini tidak seluruh
bagian telapak tangan yang bertumpu di tanah, tapi cukup pada ruas-ruas pertama
keempat jari dan ibu jari, sehingga ibu jari dan jari telunjuk membentuk huru V
terbalik. Agar tumpuan tangan lebih kokoh, posisi jari kelingking ditarik ke
arah ibu jari (tidak rapat dengan jari manis)
·
Punggung dan tengkuk agak diangkat, leher rilek, kepala bagian
belakang segaris/datar dengan punggung. Jadi posisi kepala tidak tunduk
(terkulai) dan tidak tengadah.
·
Pandangan ke bawah atau agak ke depan, sekitar 1 meter dari
garis start.
·
Pada sikap ini seluruh bagian badan rilek, berat badan di
tengah-tengah. Perhatian tertuju kepada aba-aba berikutnya (Siap)
c.
Stelah aba-aba “siap” Aba-aba “siap” ini baru akan
diberikan oleh starter apabila seluruh pelari sudah dalam keadaan diam/tenang
saat berjongkok
·
Pinggul (pantat) diangkat pelan ke atas – depan, sehingga berat
badan sedikit bergeser bertumpu pada kedua tangan. Posisi pinggul harus
sedemikian rupa, sehingga pada saat gerakan start dilakukan, badan pelari
benar-benar bergerak terdorong ke depan. Apabila pinggul bergerak naik pada
saat start dimulai, maka berarti posisi pinggul pada saat aba-aba “siap”
terlalu rendah. Sebaliknya, apabila saat start dimulai pinggul bergerak turun,
ini berarti pada sikap “siap” pinggul terlalu tinggi, karena pihak atlit tidak
dapat melihat posisi pinggulnya sendiri, maka pihak pelatihlah (guru) yang
harus memperhatikan dan mengoreksi.
·
Pengangkatan pinggul harus disertai dengan terangkatnya lutut
kaki belakang dari tanah sehingga sudut kedua tungkai akan membesar. Dalam hal
ini sudut tungkai depan sebaiknya sekitar 90 drajat, dan sudut tungkai belakang
sekitar 1000-1200. menurut hasil penyelidikan posisi tungkai dengan membentuk
sudut sebesar itu dapat menghasilkan gerak percepatan yang tinggi.
·
Posisi kepala tetap segaris dengan badan walaupun kedudukan
kepala lebih rendah dari badan.
·
Pandangan tetap pada tempat semula, atau sedikit mendekat ke
atas garis strat atau dapat pula sedikit bergeser ke depan dari tempat semula,
asalkan tidak mengakibatkan terangkatnya kepala ke atas.
2.
Starting Action.
Starting Action adalah
gerakan saat meninggalkan garis start setelah aba-aba ‘yak/bunyi pistol’ sampai
kira-kira 6 s/d 9 langkah dari garis strat. Gerakannya sebagai berikut :
·
Tangan kiri dan kaki kanan digerakkan serempak dan secepat
mungkin (hali ini apabila dalam posisi jongkok kaki kiri di depan). Bertepatan
dengan itu kaki kiri menolak kuat dan secepat mungkin hingga lutut benar-benar
lurus atau hampir lurus. Dorongan/tolakan kaki kiri ini tidak ke atas tetapi
harus ke depan. Sesaat itu pula kaki kanan segera diayun cepat ke depan.
Langkah pertama kaki kanan ini harus cepat dan cukup jauh menjangkau ke depan,
tetapi rendah saja agar segera berpijak di tanah. Dan saat mendarat di tanah
posisi lutut sebaiknya membentuk sudut sekitar 90 drajat.
·
Saat kaki kanan berpijak di tanah segera disusul kaki kiri
dilangkahkan ke depan dengan cepat. Begitu seterusnya gerakan meluncur ke depan
ini dilakukan dengan tetap menjaga kesimbangan dan kecondongan badan ke depan.
Saat meluncur ini pandangan sedikit demi sedikit bergeser ke depan.
·
Gerakan meluncur ke depan ini (starting Action) hanya
berlangsung beberapa langkah saja dari garis start (6 s/d 9) langkah. Sesudah
itu gerakannya akan berubah menjadi sprinting action
3.
Sprintang Action. Adalah gerakan lari sprint, adapun cara
melakukannya adalah sebagai berikut :
a.
Gerakan Kaki
·
Kaki balakang (misalnya kanan) harus benar-benar menolak ke
depan sampai lutut terkadang lurus, saat lepas dari tanah harus berakhir pada
bagian ujung telapak ( jari ) kaki.
·
Setelah ujung kaki terlepas dari tanah, maka dangan capat lutut
segera ditekuk (tidak sampai menyentuh). Sehingga seolah-olah tumit mendekati
pantat (tidak sampai). Pada posisi lutut ditekuk inilah paha segera diayun
cepat ke depan. Pengangkatan paha ke depan ini tidak perlu terlampau tinggi
(berlebihan), tetapi cukup maksimal saja, yaitu kira-kira setinggi pinggul,
sehingga posisi paha maksimal sejajar dengan tanah. Pengangkatan paha maksimal
sejajar dengan tanah. Pengangkatan paha yang berlebihan dapat mengakibatkan
siakap badan menjadi tegak dan gerakan lari kurang laju ke depan, tetapi lebih
cenderung bergerak lari kurang laju ke depan, tetapi lebih cenderung bergerak
melambung ke atas.
·
Setelah paha diayun ke depan, segera tungkai bawah dikibaskan
dengan cepat dan sejauh mungkin ke depan untuk segera mendarat di tanah. Saat
mendarat/berpijak di tanah harus dengan bagian depan/ujung telapak kaki
terlebih dahulu, dalam posisi lutut agak ditekuk. Pada kenyataanya pengibasan
(menyepakkan) tangkai ke depan tadi terjadi setelah kaki belakang ke depan
itulah yang mengakibatkan badan terdorong/bergerak maju ke depan. Itulah
sebabnya maka tolakan kaki belakang harus dilakukan dengan kuat dan secepatnya
tungkai bawah dilipat terus diayun ke depan untuk membuat frekuensi langkah
yang cepat pula. Begitu seterusnya.
b.
Gerakan lengan
·
Gerakan (ayunan) lengan bersumber pada persendian bahu dan
dilakukan dengan cepat sesuai dengan gerakan kaki.
·
Ayunan ke depan harus lebih aktif dari pada ayunan ke belakang
dan ayunan ke depan tersebut agak serong masuk ke dalam (medial) asal tidak
sampai menyilang di depan dada.
·
Siku membentuk sudut sekitar 90 drajat tetapi sudut siku itu
secara otomatis akan berubah, yaitu saat terayun ke depan relatif akan sedikit
mengecil dan saat terayun ke belakang akan membesar.
·
Jari-jari tangan setengah mengepal dan rilek, pada saat terayun
ke depan kepalan tangan tidak lebih tinggi daripada kepala.
·
Gerakan lengan sampai berakibat terangkatnya kedua bahu ke atas.
c.
Sikap badan, leher dan kepala
·
Badan tetap tegap, gagah, condong ke depan. Kecondongan badan ke
depan tidak perlu terlampau berlebihan apalagi sengaja membungkukkan badan
adalah sikap lari sprint yang kurang baik, karena akan menghambat gerakan kedua
kaki, terutama saat ayunan langkah ke depan. Kecondongan badan yang baik adalah
yang wajar, yaitu kecondongan yang timbul akibat adanya dorongan (tolakan) kaki
belakang ke depan yang dilakukan dengan kuat dan betul.
·
Leher, dagu dan bahu tetap rilek, mulut sedikit menganga, jadi
gigi (rahang atas dan rahang bawah tidak perlu merapat/ menggigit)
·
Sikap kepala tetap wajar, rilek (tidak tengadah ataupun tunduk),
pandangan ke depan sedikit serong ke bawah.
4.
Fnishing Action .
Finising adalah gerakan atau cara melewati garis finish. Ada 4
macam cara melewati garis finish:
·
Lari terus tanpa mengubah sikap badan. Cara ini sangat mudah
tetapi kurang menguntungkan karena posisi badan tidak mengalami perubahan ke
depan.
·
Memutar atau memiringkan bahu/badan ke salah satu sisi cara ini
lebih menguntungkan dibanding cara pertama.
·
Merebahkan atau menjatuhkan badan ke depan (ambyuk) atau
thresrug. Cara ini sangat menguntungkan tetapi sulit untuk dilakukan.
·
Kombinasi antara memiringkan badan dan ambruk.
3.
Kesalahan
pada saat memasuki garis finis lari.
Memasuki garis
finish merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mencapai sukses.
Keterlambatan persekian detik memasuki garis finish sangatlah rugi. Teknik memasuki garis finish:
1) Membusungkan dada ke depan, saat menjelang garis finish.
2) Menjatuhkan salah satu bahu ke depan bawah, saat masih dalam
posisi lari.
Hal-hal yang dilarang adalah:
1)
Tidak boleh meloncat pada
saat memasuki garis finish,
2)
Tidak boleh menggapai
pita finish dengan tangan, dan
3)
Tidak boleh berhenti
mendadak di garis finish.
Kesalahan yang sering terjadi ketika memasuki garis finish
lari jarak pendek adalah sikap badan kaku, cara ayunan tangan/kaki yang kurang
pas, badan kurang condong ke depan, meloncat, mengurangi kecepatan, tangan
berusaha meraih pita, dan tidak diikuti gerak lanjut. Bayangkan dan lakukanlah
keterampilan yang sesuai dengan tujuan gerak dari lari jarak pendek tersebut.
Usahakan untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang sering terjadi.
4.
Teknik pemberian tongkat Lari Estapet.
Secara umum ada dua teknik operan dasar yang biasa digunakan untuk
penyerahan tongkat, yaitu; operan dengan dorongan ke atas (upsweep)dan
dorongan ke depan bawah (downsweep).
1)
Teknik Upsweep
Teknik pengoperan tongkat dengan teknik upsweep
ini dilakukan dengan gerakan mendorong ke atas dan mendorong tongkat sejauh
mungkin ke tangan penerima. Pemberi tongkat menyerahkan tongkatnya kepada
penerima dari bawah tangan penerima. Keuntungan dari teknik pengoperan tongkat
dengan teknik upsweep adalah pelari tidak perlu memindahkan tongkat dari satu
tangan ke tangan lainnya, dengan demikian gerakan lari cepatnya tidak akan
terganggu.
2)
Teknik Downsweep
Teknik pengoperan
tongkat dengan teknik downsweep ini dilakukan dengan gerakan mendorong ke depan
bawah pada telapak tangan penerima, yang mengapai ke belakang untuk memegang
1/3 bagian tongkat. Pemberi tongkat menyerahkan tongkatnya kepada penerima dari
atas tangan penerima. Keuntungan dari teknik pemberian tongkat dengan teknik
downsweep adalah pelari dapat memberikan tongkatnya kepada penerima dalam jarak
yang lebih jauh dibandingkan dengan teknik upsweep.
Karakteristik umum dari teknik operan upsweep
dan downsweep adalah sebagai berikut :
a)
Penempatan anggota tim : Yang harus dilakukan terlebih dahulu oleh
anggota tim adalah menempatkan pelari pertama pada sisi dalam jalur, pelari
kedua pada sisi luar jalur, dan pelari ketiga pada sisi dalam jalur. Langkah
ini perlu dilakukan karena pelari berikutnya menerima operan dalam posisi tidak
akan merubah pegangan tongkat setelah menerima operan dari pemberi.
b)
Operan pertama : Dalam operan pertama, pelari 1 berlari
sepanjang sisi dalam jalur dengan membawa tongkat oleh tangan kanannya. Pelari
2 menunggu pada sisi luar jalur sambil melihat ke belakang melalui bahu kiri.
Ketika pelari 1 mendekat, pelari 2 mempercepat langkah pada sisi luar jalur dan
menerima tongkat dengan tangan kirinya. Pelari 2 harus terus berlari tetap
berada pada posisi luar jalur.
c)
Operan kedua : Pelari 3 menunggu pada sisi dalam jalur, melihat
ke belakang melalui bahu kiri. Saat pelari 2 mendekat pelari 3 mempercepat langkahnya
sepanjang sisi dalam jalur dan menerima tongkat dengan tangan kanannya. Pelari
3 harus terus berlari pada posisi dalam jalur.
d)
Operan ketiga : Pelari 4 menunggu di sisi luar jalur, melihat ke
belakang
melalui bahu kiri. Saat pelari 3 mendekat pelari 4 mempercepat langkahnya
sepanjang sisi luar jalur dan menerima tongkat dengan tangan kirinya. Pelari 4
terus berlari lurus hingga garis finish.
5.
Kesalahan yang terjadi pada saat melakukan awalan dalam
lompat jauh.
Kesalahan-kesalahan
yang sering dilakukan pada awalan lompat jauh adalah: pelompat tidak
memperhitungkan kecepatan lari pada saat mendekati papan tolakan, pelompat
sering kali melakukan lari dengan kecepatan yang tidak teratur pada waktu
mendekati papan tolakan.
1)
Kurangnya
kecepatan lari
Kesalahan
pertama yang sering dilakukan dalam lompat jauh adalah kurangnya kecepatan
lari, dimana pelompat tidak memperhitungkan kecepatan lari saat mendekati papan
tolakan. Terlebih lagi pelompat sering kali berlari dengan kecepatan yang tidak
stabil atau tidak teratur baik sejak awal ancang-ancang maupun hingga tiba
waktu mendekati papan tolakan. Hal tersebutlah yang membuat kesalahan fatal
dalam lompat jauh, karena keberhasilan serta seberapa jauh lompatan dapat dicapai
memang sangat dipengaruhi oleh unsur kecepatan lari. Oleh sebab itu, seringlah
melakukan latihan lari cepat dengan kecepatan maksimum dan stabil, sehingga
kesalahan seperti kurangnya kecepatan lari dalam lompat jauh dapat dihindari
2)
Langkah
tidak tetap
Selain
kecepatan lari yang tidak stabil dan kurang cepat, langkah yang tidak tetap
juga dapat menjadi suatu kesalahan yang fatal dalam lompat jauh. Dimana langkah
yang tidak tetap berarti bahwa jarak lari yang berubah-ubah atau tidak stabil.
Hal ini dapat berakibat fatal ketika mencapai papan tolak ukur, terlebih lagi
jika langkah kaki tidak tepat. Oleh sebab itu, usahakan untuk tetap menjaga
jarak langkah kaki dengan tetap atau stabil, langkah kaki yang tetap juga dapat
membantu menjaga kestabilan lari.
3)
Pada
empat langkah terakhir terlalu bernafsu
Salah
satu keberhasilan dalam lompat jauh ditentukan oleh ketenangan dan kestabilan
yang dimiliki oleh pelompat. Walaupun begitu tidak sedikit pelompat yang
terlalu bernafsu untuk melakukan tolakan ketika sudah mencapai empat langkah
terakhir. Namun kondisi tersebutlah yang sebenarnya salah dalam lompat jauh dan
sebaiknya dihindari agar tolakan dapat berjalan dengan sempurna. Kestabilan dan
ketenangan harus tetap dijaga sebelum melakukan tolakan, karena ketika terlalu
bernafsu pada langkah-langkah terakhir maka dapat mengganggu kestabilan lari
serta keseimbangan badan.
Untuk mengatasi itu
semua, maka harus melakukan latihan lari cepat dengan kecepatan maksimum dan
melakukan latihan mengalihkan langkah pada tumpuan tampa menurunkan
kecepatan. cara mengambil awalan bermacam-macam diantaranya :
·
Mencoba beberapa kali
melakukan awalan, sehingga tepat, kemudian baru diukur.
·
Beberapa kali lari dengan
balok tolakan ke tempat dimana akan memulai awalan.
·
Gabungan dari kedua cara
tersebut.
·
Jarak untuk melakukan
awalan tidak dapat ditentukan, hal ini ditentukan oleh masing-masing atlet
sesuai dengan kondisinya. Sedangkan jarak untuk awalan sekitar 30 meter sampai
40 meter.
6.
Kesalahan yang terjadi pada saat melakukan gerakan pelepasan dalam
tolak peluru gaya O’Brein.
Cara menolak peluru dengan awalan gaya
membelakangi/ gaya O’Brian adalah sebagai berikut.
1. Sikap
permulaan
a.
Ambil awalan dengan membelakangi arah tolakan,
b.
Kemudian membungkukkan badan ke depan dan bertumpu pada kaki kanan
dan lutut ditekuk,
c.
Kaki kiri diangkat lurus menuju arah tolakan.
2. Sikap
pelaksanaan / menolak peluru gaya membelakangi
a.
Tarik kaki kanan ke belakang ke arah tolakan
secepat-cepatnya,
b.
Kemudian kenakan kaki kiri pada papan tolakan dengan badan tetap
membungkuk serta tangan kiri diluruskan ke atas secara rileks, dan pandangan ke
bawah.
c.
Gerakan meluncur ke belakang dengan diawali penekukan kaki kanan
untuk ber”jingkrak” rendah ke belakang yang disertai ayunan sepakan kaki kiri
jauh ke belakang.
d.
Ketika sikap badan benar-benar condong ke depan, mulailah
pendaratan kaki kanan. Setelah ber”jingkrak”, kemudian disusul kaki kiri, badan
segera berputar ke kiri serong ke atas,
e.
Kemudian berat badan dipindahkan ke kaki kiri yang masih ditekuk,
dan tangan kanan diarahkan ke sudut tolakan,
f.
Kemudian peluru dilepaskan dengan dibantu kekuatan lecutan
pergelangan tangan dan jari-jari tangan.
3. Sikap akhir
a.
Kaki kanan diangkat pendek ke depan dan kaki kiri diayunkan ke
belakang untuk menjaga keseimbangan.
Kesalahan Yang Sering Terjadi
Kesalahan yang sering terjadi ketika melakukan
tolak peluru gaya membelakangi adalah
1)
Sikap badan kaku,
2)
Footwork lambat,
3)
Tergesa-gesa,
4)
Peluru tidak pada pangkal bahu,
5)
Masih ada gerakan melempar peluru, dan
6)
Tidak ada gerak lanjutannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar