Kamis, 16 Agustus 2018

Filsafat dan Landasan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan


PROFESIONAL GURU PJOK
TUGAS M2 KB 3 : Filsafat dan Landasan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
1.      Cari dan analisis suatu kasus tentang implementasi pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang menyimpang dari falsafah PJOK.
2.      Coba identifikasi potensi pengembangan Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Indonesia dengan mengkaji kelembagaan olahraga baik kepemerintahan dan non kepemerintahan.
JAWABAN
1.      Kasus implementasi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan jasmani dapat difokuskan dari cara pandang yang dimiliki si pelaku. Untuk itu maka perlu menelusuri pendidikan jasmani dengan berbagai hal menurut dasar yang dijadikan pijakannnya. Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat program Pendidikan Jasmani dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di sekolah akan pincang. Sumbangan nyata pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan keterampilan (psikomotor). Karena itu posisi pendidikan jasmani menjadi unik, sebab berpeluang lebih banyak dari mata pelajaran lainnya untuk membina keterampilan. Hal ini sekaligus mengungkapkan kelebihan pendidikan jasmani dari pelajaran-pelajaran lainnya. Jika pelajaran lain lebih mementingkan pengembangan intelektual, maka melalui pendidikan jasmani terbina sekaligus aspek penalaran, sikap dan keterampilan.  Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani (Dauer and Pangrazy, 1992), yaitu:
a)      meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan peserta didik,
b)      meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta
c)      meningkatkan pengertian peserta didik dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktek.
Namun hal-hal yang tertuang diatas tidak sesuai dengan realita yang ada dalam dunia pendidikan jasmani, kebanyakan orang menilai mengenai pendidikan jasmani itu hanya berupa olahraga saja karena memang begitu yang diterapkan di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Mungkin kalau ditanya salah siapa atau salahnya dimana, maka jawaban saya adalah "salah semua dan salah di mana-mana". Maka tidak heran kalau kebanyakan orang beranggapan bahwa penjas itu "ya gitu-gitu aja" seperti olahraga, padahal olahraga (sport) merupakan bagian dari aktivitas jasmani. sehingga tujuan atau target untuk pendidikan jasmani tidak terpenuhi karena makna pendidikan jasmani nya saja sudah melenceng dari makna yang sesungguhnya. Jika makna/pemahaman sudah melenceng maka jangan harap tujuannya pun akan tercapai. Salah satu kasus di sekolah yang menyimpang dengan falsahah pendidikan jasmani yaitu guru penjas bingung dikarenakan kalau ada kejuaraan/kompetisi olahraga, kepala sekolah selalu membebankan target juara dan tugas itu kepada guru penjas, padahal tugas guru penjas hanya mendidik siswa ketika di sekolah bukan untuk melatih olahraga. Permasalahan ini memang sering terjadi di sekolah, guru penjas yang memiliki tugas sebagai pendidik pendidikan jasmani malah mendapat tugas dan tanggungjawab melatih atlet untuk persiapannya berkompetisi padahal guru tersebut tidak memiliki kemampuan melatih atlet. Selain itu kerugian juga di alami siswa lainnya yang tidak sebagai atlet, karena guru penjas mengambil jam pelajaran penjas untuk melatih atlet di sekolah.
Solusi Kasus
Terkait kasus kepala sekolah yang  selalu membebankan kejuaraan/kompetisi olahraga kepada guru penjas, padahal untuk masalah ini bukan bidang garapan guru penjas, tetapi ini tugas pelatih. Hal ini terjadi mungkin kepala sekolah tersebut kurang memahami makna penjas yang dipikiran kepala sekolah bahwa penjas itu sama dengan olahraga padahal itu beda, penjas lebih luas maknanya yakni segala kegiatan/aktivitas yang berhubungan dengan jasmani maka itu dinamakan aktivitas jasmani sedangkan olahraga merupakan bagian dari aktivitas jasmani. Jadi kalau ada kejuaraan/kompetisi cabang olahraga hendaknya kepala sekolah mempersiapkan pelatih yang yang berkualitas, bukan guru penjas dijadikan pelatih, karena itu bukan bidang garapannya. Tetapi tidak sedikit sekolah yang sudah ngerti masalah ini mungkin kepala sekolahnya sudah sadar makna penjas itu, bahwa penjas beda sekali dengan olahraga.

2.      Pengembangan Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Indonesia
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh guru-guru penjas belakangan ini adalah: "Apakah pendidikan jasmani?" Pertanyaan yang cukup aneh ini justru dikemukakan oleh pihak yang paling berhak menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena pada waktu sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru pendidikan jasmani, melainkan guru pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul perubahan nama mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes) dalam kurikulum 1984,  menjadi pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) dalam kurikulum1994 dan saat ini kurikulum 2013 menyebutnya Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Akibatnya sebagian besar guru menganggap bahwa perubahan nama itu tidak memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya dianggap sama. Padahal kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun berbeda pula. Pertanyaannya, apa bedanya pendidikan olahraga dengan pendidikan jasmani?
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial. Karena itu, seluruh kegiatan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga di atas lebih penting dari pada hasilnya. Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan murid serta mengutamakan interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi pertimbangan utama.
Sedangkan pendidikan olahraga adalah pendidikan yang rnembina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah hasil dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya yang ditekankan pada tujuan yang ingin dicapai. Perbedaan inilah yang terkadang menjadi kesalahan dalam mengartikan pendidikan jasmani.
Yang sering terjadi pada pembelajaran pendidikan jasmani adalah bahwa guru kurang memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid. Jika siswa harus belajar bermain sepak bola, mereka belajar keterampilan teknik sepak bola secara langsung. Teknik-teknik dasar dalam pelajaran demikian lebih ditekankan, sementara tahapan tugas gerak yang disesuaikan dengan kemampuan anak kurang diperhatikan, kejadian tersebut merupakan salah satu kelemahan dalam pendidikan jasmani kita. Anak yang sudah terampil biasanya dapat menjadi contoh, dan anak yang belum terampil belajar dari mengamati demonstrasi temannya yang sudah mahir tadi. Dalam salah satu gaya mengajar memang menekankan pada kegiatan tersebut tapi dalam pelaksanaannya masih menitikberatkan pada penguasaan teknik dasar bukan pada proses yang dijalani siswa. Namun sebenarnya pendidikan jasmani kita diharapkan tidak seperti yang di atas.
Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian. Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu dibina secara hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan. Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih menekankan pada pembelajaran teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa mengikuti dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa selalu gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu mudah. Anak-anak yang berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan segera menyenangi permainan sepak bola. Lain lagi  dengan anak-anak lain yang kurang berhasil? Mereka akan serta merta merasa bahwa permainan sepak bola terlalu sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak menyukai pelajaran dan permainan sepak bola tersebut. Apalagi ketika mereka melakukan latihan yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang lain atau bahkan. Anak-anak dalam kelompok gagal ini biasanya mengalami perasaan negatif. Akibatnya, anak tidak bisa berkembang dan anak cenderung menjadi anak yang rendah diri. Namun hal tersebut dapat diatasi melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih efektif.
Strategi Pengembangan Pendidikan Jasmani di Indonesia
Pendidikan jasmani dalam pelaksanaannya harus tersusun rapi dalam sebuah program yang sistematis dan berkelanjutan. Program tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kebugaran dan menambah tabungan gerak. Karena itu dibutuhkan strategi pengembangan yang mencakup beberapa aspek sebagai berikut:
1.      Kembangkan program yang menekankan pada penyediaan pengalaman gerak  yang disenagi peserta didik dalam jangka waktu yang panjang. Program tersebut dapat diterapkan dalam bentuk permainan-permainan yang menyenangkan sehingga peserta didik lebih antusias yang tingga terhadap pembelajaran. Dengan antusiasme peserta didik dalam belajar gerak maka pengalaman gerak yang dirasakan akan semakain bervariasi. Misalnya materi lompat tidak perlu diberikan teknik melompat yang benar namun dapat melalui permainan lompat kardus sehingga siswa akan merasa tidak terbebani dengan tugas yang mereka berikan. Karena itu, jangan memberikan materi yang mengharuskan siswa menguasai materi tersebut tetapi anak bisa memperoleh pengalaman gerak yang lebih banyak.
2.      Bantulah siswa untuk menguasai keterampilan gerak dan kembangkan penilaian diri yang positif bahwa siswa dapat menguasai keterampilan tersebut. Biarkan siswa melakukan sesuai kemampuan yang dimiliki dan jangan memberikan patokan yang terlalu memberatkan bagi siswa. Siswa yang belum mampu melakukan jangan dipaksakan untuk bisa. Bantus siswa tersebut dengan pentahapan gerak dan pengulangan yang lebih banyak. Sebagai contoh, bagaimana melakukan pemanasan yang benar sebelum berlatih, bagaimana melakukan stretching yang aman dan efektif; atau bagaimana memainkan suatu cabang olahraga dengan memuaskan dan mendatangkan kesenangan.
3.      Berikan kesempatan yang lebih luas dan merata sehingga semua semua siswa merasakan setiap kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran secara adil. Kesempatan yang diberikan kepada setiap siswa harus sama sehingga mereka tidak merasa di bedakan dengan siswa lain. Program yang diterapkan jangan memberikan kesempatan yang lebih pada siswa yang mampu melakukan karena hal tersebut dapat menimbulkan rasa kurang percaya diri pada siswa yang belum mampu melakukan. Kesempatan yang ada diusahakan agar siswa memanfaatkannya dengan baik sehingga penyusunan program yang baik sangat diperlukan oleh guru dalam pelaksanaannya agar kesempatan yang diberikan tidak di gunakan dengan percuma oleh siswa.
4.      Berilah program yang dalam pelaksanaanya siswa belajar keterampilan-keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupannnya sehingga program yang diberikan bukan hanya untuk kepentingan jasmani, seperti kebugaran, tetapi juga untuk perkembangan sosial, dan keterampilan yang diperlukan untuk menjalani kehidupannnya (berbasis life skill) sehingga siswa mengaplikasikan kegiatan yang mereka lakukan dalam pembelajaran ke dalam kehidupan sehari-harinya. Keterampilan itu antara lain, mengatasi masalah, memotivasi diri, meredam emosi, merencanakan sesuatu, dan lain-lain.
Dalam pendidikan jasmani tidak bisa terlepas dengan olahraga, maka perkembangan olahraga juga memberikan dampak pada perkembangan pendidikan jasmani. Pengembangan olahraga di Indonesia pemerintah tidak dapat bekerja sendirian, pemerintah harus bekerja sama dengan semua orang/swasta yang terlibat di dalam olahraga itu sendiri diantaranya adalah dengan lembaga atau organisasi yang dinaungi lansung oleh pemerintah atau tidak dinaungi oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 3 tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang berisi tentang Undang-Undang tentang Sistem Keolahragaan Nasional ini akan memberikan kepastian hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam kegiatan keolahragaan, dalam mewujudkan masyarakat dan bangsa yang gemar, aktif, sehat dan bugar, serta berprestasi dalam olahraga. Dengan demikian, gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat serta upaya meningkatkan prestasi olahraga dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa pada tingkat internasional sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan nasional yang berkelanjutan. Kemenpora sebagai lembaga pemerintah dan KONI sebagai lembaga yang membantu pemerintah dalam pengembangan olahraga di Indonesia memiliki tugas yang sama dalam pengembangan olahraga di Indonesia. Hal ini tertuang dalam visi dan misi kedua lembaga tersebut. Pengembangan itu sendiri akan terlaksana apabila pemerintah dan masyarakat saling bekerja sama dalam pengembangan olahraga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aktivitas Olahraga Senam, Akuatik, Beladiri dan Pendidikan Kesehatan

TUGAS AKHIR M6 : Aktivitas Olahraga Senam, Akuatik, Beladiri dan Pendidikan Kesehatan Tugas 1 Senam 1.       Buatlah uraian 3 gerakan ...