PROFESIONAL GURU PJOK
TUGAS
M2 KB 3 : Filsafat dan Landasan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
1. Cari
dan analisis suatu kasus tentang implementasi pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan yang menyimpang dari falsafah PJOK.
2. Coba
identifikasi potensi pengembangan Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di
Indonesia dengan mengkaji kelembagaan olahraga baik kepemerintahan dan non
kepemerintahan.
JAWABAN
1.
Kasus
implementasi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan jasmani
dapat difokuskan dari cara pandang yang dimiliki si pelaku. Untuk itu maka
perlu menelusuri pendidikan jasmani dengan berbagai hal menurut dasar yang
dijadikan pijakannnya. Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak
terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat program Pendidikan Jasmani dapat
diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa
penjas, proses pendidikan di sekolah akan pincang. Sumbangan nyata pendidikan
jasmani adalah untuk mengembangkan keterampilan (psikomotor). Karena itu posisi
pendidikan jasmani menjadi unik, sebab berpeluang lebih banyak dari mata
pelajaran lainnya untuk membina keterampilan. Hal ini sekaligus mengungkapkan
kelebihan pendidikan jasmani dari pelajaran-pelajaran lainnya. Jika pelajaran
lain lebih mementingkan pengembangan intelektual, maka melalui pendidikan
jasmani terbina sekaligus aspek penalaran, sikap dan keterampilan. Ada tiga hal penting yang bisa menjadi
sumbangan unik dari pendidikan jasmani (Dauer and Pangrazy, 1992), yaitu:
a)
meningkatkan kebugaran jasmani dan
kesehatan peserta didik,
b)
meningkatkan terkuasainya keterampilan
fisik yang kaya, serta
c)
meningkatkan pengertian peserta didik
dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktek.
Namun
hal-hal yang tertuang diatas tidak sesuai dengan realita yang ada dalam dunia
pendidikan jasmani, kebanyakan orang menilai mengenai pendidikan jasmani itu
hanya berupa olahraga saja karena memang begitu yang diterapkan di
sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Mungkin kalau ditanya salah siapa atau
salahnya dimana, maka jawaban saya adalah "salah semua dan salah di
mana-mana". Maka tidak heran kalau kebanyakan orang beranggapan bahwa
penjas itu "ya gitu-gitu aja" seperti olahraga, padahal olahraga
(sport) merupakan bagian dari aktivitas jasmani. sehingga tujuan atau target
untuk pendidikan jasmani tidak terpenuhi karena makna pendidikan jasmani nya
saja sudah melenceng dari makna yang sesungguhnya. Jika makna/pemahaman sudah
melenceng maka jangan harap tujuannya pun akan tercapai. Salah satu kasus di
sekolah yang menyimpang dengan falsahah pendidikan jasmani yaitu guru penjas bingung
dikarenakan kalau ada kejuaraan/kompetisi olahraga, kepala sekolah selalu
membebankan target juara dan tugas itu kepada guru penjas, padahal tugas guru
penjas hanya mendidik siswa ketika di sekolah bukan untuk melatih olahraga.
Permasalahan ini memang sering terjadi di sekolah, guru penjas yang memiliki
tugas sebagai pendidik pendidikan jasmani malah mendapat tugas dan
tanggungjawab melatih atlet untuk persiapannya berkompetisi padahal guru
tersebut tidak memiliki kemampuan melatih atlet. Selain itu kerugian juga di
alami siswa lainnya yang tidak sebagai atlet, karena guru penjas mengambil jam
pelajaran penjas untuk melatih atlet di sekolah.
Solusi Kasus
Terkait kasus kepala sekolah yang selalu membebankan kejuaraan/kompetisi
olahraga kepada guru penjas, padahal untuk masalah ini bukan bidang garapan
guru penjas, tetapi ini tugas pelatih. Hal ini terjadi mungkin kepala sekolah
tersebut kurang memahami makna penjas yang dipikiran kepala sekolah bahwa
penjas itu sama dengan olahraga padahal itu beda, penjas lebih luas maknanya
yakni segala kegiatan/aktivitas yang berhubungan dengan jasmani maka itu
dinamakan aktivitas jasmani sedangkan olahraga merupakan bagian dari aktivitas
jasmani. Jadi kalau ada kejuaraan/kompetisi cabang olahraga hendaknya kepala sekolah
mempersiapkan pelatih yang yang berkualitas, bukan guru penjas dijadikan
pelatih, karena itu bukan bidang garapannya. Tetapi tidak sedikit sekolah yang
sudah ngerti masalah ini mungkin kepala sekolahnya sudah sadar makna penjas
itu, bahwa penjas beda sekali dengan olahraga.
2.
Pengembangan
Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Indonesia
Salah satu pertanyaan
yang sering diajukan oleh guru-guru penjas belakangan ini adalah: "Apakah
pendidikan jasmani?" Pertanyaan yang cukup aneh ini justru dikemukakan
oleh pihak yang paling berhak menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini mungkin terjadi
karena pada waktu sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru
pendidikan jasmani, melainkan guru pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu
terjadi menyusul perubahan nama mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan
di Indonesia, dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes)
dalam kurikulum 1984, menjadi pelajaran
pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) dalam kurikulum1994 dan saat ini
kurikulum 2013 menyebutnya Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
Akibatnya sebagian besar guru menganggap bahwa perubahan nama itu tidak
memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya dianggap sama. Padahal kedua istilah di
atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun berbeda pula. Pertanyaannya, apa
bedanya pendidikan olahraga dengan pendidikan jasmani?
Pendidikan jasmani
berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya
terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang
dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada
keterampilan anak. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik,
keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga
keterampilan emosional dan sosial. Karena itu, seluruh kegiatan pembelajaran
dalam mempelajari gerak dan olahraga di atas lebih penting dari pada hasilnya.
Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi
dengan murid serta mengutamakan interaksi murid dengan murid lainnya, harus
menjadi pertimbangan utama.
Sedangkan pendidikan
olahraga adalah pendidikan yang rnembina anak agar menguasai cabang-cabang
olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar
mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah hasil
dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak
menjalani pembelajarannya yang ditekankan pada tujuan yang ingin dicapai.
Perbedaan inilah yang terkadang menjadi kesalahan dalam mengartikan pendidikan
jasmani.
Yang
sering terjadi pada pembelajaran pendidikan jasmani adalah bahwa guru kurang
memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid. Jika siswa harus belajar bermain
sepak bola, mereka belajar keterampilan teknik sepak bola secara langsung.
Teknik-teknik dasar dalam pelajaran demikian lebih ditekankan, sementara
tahapan tugas gerak yang disesuaikan dengan kemampuan anak kurang diperhatikan,
kejadian tersebut merupakan salah satu kelemahan dalam pendidikan jasmani kita.
Anak yang sudah terampil biasanya dapat menjadi contoh, dan anak yang belum
terampil belajar dari mengamati demonstrasi temannya yang sudah mahir tadi.
Dalam salah satu gaya mengajar memang menekankan pada kegiatan tersebut tapi
dalam pelaksanaannya masih menitikberatkan pada penguasaan teknik dasar bukan
pada proses yang dijalani siswa. Namun sebenarnya pendidikan jasmani kita
diharapkan tidak seperti yang di atas.
Pendidikan
jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian. Pendidikan jasmani
adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu dibina secara
hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan. Bila orientasi pelajaran pendidikan
jasmani adalah agar anak menguasai keterampilan berolahraga, misalnya sepak
bola, guru akan lebih menekankan pada pembelajaran teknik dasar dengan kriteria
keberhasilan yang sudah ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan
memperhatikan bagaimana agar setiap anak mampu melakukannya, sebab cara melatih
teknik dasar yang bersangkutan hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa
anak mungkin bisa mengikuti dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi.
Tetapi sebagian lain merasa selalu gagal, karena bagi mereka cara latihan
tersebut terlalu sulit, atau terlalu mudah. Anak-anak yang berhasil akan merasa
puas dari cara latihan tadi, dan segera menyenangi permainan sepak bola. Lain
lagi dengan anak-anak lain yang kurang
berhasil? Mereka akan serta merta merasa bahwa permainan sepak bola terlalu
sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak menyukai pelajaran dan
permainan sepak bola tersebut. Apalagi ketika mereka melakukan latihan yang
gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang lain atau bahkan.
Anak-anak dalam kelompok gagal ini biasanya mengalami perasaan negatif.
Akibatnya, anak tidak bisa berkembang dan anak cenderung menjadi anak yang
rendah diri. Namun hal tersebut dapat diatasi melalui pembelajaran pendidikan
jasmani yang lebih efektif.
Strategi
Pengembangan Pendidikan Jasmani di Indonesia
Pendidikan jasmani dalam pelaksanaannya
harus tersusun rapi dalam sebuah program yang sistematis dan berkelanjutan.
Program tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik untuk
meningkatkan kebugaran dan menambah tabungan gerak. Karena itu dibutuhkan
strategi pengembangan yang mencakup beberapa aspek sebagai berikut:
1.
Kembangkan program yang menekankan pada
penyediaan pengalaman gerak yang
disenagi peserta didik dalam jangka waktu yang panjang. Program tersebut dapat
diterapkan dalam bentuk permainan-permainan yang menyenangkan sehingga peserta
didik lebih antusias yang tingga terhadap pembelajaran. Dengan antusiasme
peserta didik dalam belajar gerak maka pengalaman gerak yang dirasakan akan
semakain bervariasi. Misalnya materi lompat tidak perlu diberikan teknik
melompat yang benar namun dapat melalui permainan lompat kardus sehingga siswa
akan merasa tidak terbebani dengan tugas yang mereka berikan. Karena itu,
jangan memberikan materi yang mengharuskan siswa menguasai materi tersebut
tetapi anak bisa memperoleh pengalaman gerak yang lebih banyak.
2.
Bantulah siswa untuk menguasai
keterampilan gerak dan kembangkan penilaian diri yang positif bahwa siswa dapat
menguasai keterampilan tersebut. Biarkan siswa melakukan sesuai kemampuan yang
dimiliki dan jangan memberikan patokan yang terlalu memberatkan bagi siswa.
Siswa yang belum mampu melakukan jangan dipaksakan untuk bisa. Bantus siswa
tersebut dengan pentahapan gerak dan pengulangan yang lebih banyak. Sebagai
contoh, bagaimana melakukan pemanasan yang benar sebelum berlatih, bagaimana
melakukan stretching yang aman dan efektif; atau bagaimana memainkan suatu
cabang olahraga dengan memuaskan dan mendatangkan kesenangan.
3.
Berikan kesempatan yang lebih luas dan
merata sehingga semua semua siswa merasakan setiap kegiatan yang dilakukan
dalam pembelajaran secara adil. Kesempatan yang diberikan kepada setiap siswa
harus sama sehingga mereka tidak merasa di bedakan dengan siswa lain. Program
yang diterapkan jangan memberikan kesempatan yang lebih pada siswa yang mampu
melakukan karena hal tersebut dapat menimbulkan rasa kurang percaya diri pada
siswa yang belum mampu melakukan. Kesempatan yang ada diusahakan agar siswa
memanfaatkannya dengan baik sehingga penyusunan program yang baik sangat
diperlukan oleh guru dalam pelaksanaannya agar kesempatan yang diberikan tidak
di gunakan dengan percuma oleh siswa.
4.
Berilah program yang dalam pelaksanaanya
siswa belajar keterampilan-keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupannnya
sehingga program yang diberikan bukan hanya untuk kepentingan jasmani, seperti
kebugaran, tetapi juga untuk perkembangan sosial, dan keterampilan yang
diperlukan untuk menjalani kehidupannnya (berbasis life skill) sehingga siswa
mengaplikasikan kegiatan yang mereka lakukan dalam pembelajaran ke dalam
kehidupan sehari-harinya. Keterampilan itu antara lain, mengatasi masalah,
memotivasi diri, meredam emosi, merencanakan sesuatu, dan lain-lain.
Dalam
pendidikan jasmani tidak bisa terlepas dengan olahraga, maka perkembangan
olahraga juga memberikan dampak pada perkembangan pendidikan jasmani.
Pengembangan olahraga di Indonesia pemerintah tidak dapat bekerja sendirian,
pemerintah harus bekerja sama dengan semua orang/swasta yang terlibat di dalam
olahraga itu sendiri diantaranya adalah dengan lembaga atau organisasi yang
dinaungi lansung oleh pemerintah atau tidak dinaungi oleh pemerintah. Dalam hal
ini pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 3 tahun 2005 Tentang Sistem
Keolahragaan Nasional yang berisi tentang Undang-Undang tentang Sistem
Keolahragaan Nasional ini akan memberikan kepastian hukum bagi Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat dalam kegiatan keolahragaan, dalam mewujudkan
masyarakat dan bangsa yang gemar, aktif, sehat dan bugar, serta berprestasi
dalam olahraga. Dengan demikian, gerakan memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat serta upaya meningkatkan prestasi olahraga dapat
mengangkat harkat dan martabat bangsa pada tingkat internasional sesuai dengan
tujuan dan sasaran pembangunan nasional yang berkelanjutan. Kemenpora sebagai
lembaga pemerintah dan KONI sebagai lembaga yang membantu pemerintah dalam
pengembangan olahraga di Indonesia memiliki tugas yang sama dalam pengembangan
olahraga di Indonesia. Hal ini tertuang dalam visi dan misi kedua lembaga
tersebut. Pengembangan itu sendiri akan terlaksana apabila pemerintah dan
masyarakat saling bekerja sama dalam pengembangan olahraga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar