Senin, 27 Agustus 2018

Sistem Kepercayaan dalam Olahraga


TUGAS M4 KB 2 : Sistem Kepercayaan dalam Olahraga
Olahraga telah berkembang menjadi satu institusi sosial, sebagian orang menyebutnya orde olahraga (sportorde) atau dengan pengistilahan lain yaitu subbudaya (subculture). Apapun istilahnya, institusi olahraga itu mempunyai seperangkat sistem kepercayaan yang diterima oleh para pemain (atlet), pelatih, official, manajemen, pendukung (fans) dan personil media.
Tugas:
§  Identifikasikan unsur-unsur kepercayan yang terdapat dalam olahraga serta kaitkan dengan realita yang terjadi saat ini.
§  Susun langkah-langkah agar olahraga dan  aktivitas jasmani dapat menjadi budaya dimasyarakat dan sebagai alat pendidikan.
§  Susun minimal 2 bentuk kegiatan  aktivitas jasmani sebagai cara untuk pengembangan nilai sosial atau pengendalian diri untuk membantu mengurangi kenakalan/ penyimpangan yang dilakukan oleh para pelajar/ remaja.

Jawaban :

1.      Sistem kepercayaan (creed) menurut Edward (1981), bahwa olahraga mengandung 12 unsur, yaitu sebagai,:
a)      pengembang karakter baik.
b)      pengembang nilai kesetiaan.
c)      pengembang rasa kepedulian (altruisme).
d)      pengembang nilai sosial atau pengendalian diri.
e)      pengembang “fortitude” (daya tahan atas penderitaan).
f)       cara untuk mempersiapkan atlet menata kehidupan.
g)      cara untuk memberi peluang kemajuan individu.
h)      cara membina kebugaran jasmani.
i)       cara menghasilkan ketangguhan mental (mental alertness).
j)       cara peningkat kemajuan akademik.
k)      cara pengembang religious.
l)       cara penumbuh rasa patriotisme.
Dari beberapa sistem kepercayaan menurut Edward (1981) diatas, menurut saya yang sesuai dengan realita saat ini yaitu :
a.       Olahraga sebagai pengembang karakter baik ternyata tidak benar secara mutlak. Penelitian mengungkapkan bahwa ketika orang melibatkan diri dalam aktivitas olahraga yang terorganisir, justru etika sportsmanship biasanya pudar dan berganti dengan nafsu untuk menang. Kualitas karakter para olahragawan yang berprestasi menjadi pribadi yang terbuka, mampu bergaul dengan baik humoris dan memiliki disiplin diri yang tinggi, namun pada sisi lainmuncul pula sifat-sifat kepribadian yang kurang terpuji yaitu kebencian terhadap lawan, kecendrungan untuk melakukan kecurangan dalam pertandingan, tidak mampu menerima kekalahan, dan sifat fanatisme terhadap otoritas pelatihnya.
b.      Olahraga sebagai pengembang nilai kesetiaan hampir tidak dapat terbantahkan. Kuatnya perasaan bermusuhan terhadap lawan menimbulkan rasa setia terhadap tim sendiri. Olahraga dapat meningkatkan perasaan in-group dan selalu memandang lawan sebagai out-group. Demi tim seorang atlet rela mengambil segala resiko yang ada dalam pertandingan. Atlet mempunyai standar ganda dalam menilai tindakan tim sendiri dan tindakan lawan. Kesetiaan terhadap in-group lebih menonjol pada olahraga tim daripada olahraga individu. Sisi lain bahwa kesetiaan ini dapat melemah dengan adanya bayaran yang tinggi. Seorang bintang olahragahampir selalu memandang kemenangan tim kurang penting dibanding rekor pribadi.
c.       Olahraga sebagai pengembang nilai sosial atau pengendalian diri. Masa lalu, sebelum muncul budaya tanding (counter culture) dari aktivitas olahraga, atlet merupakan model dari orang-orang yang baik. Penelitian yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa tingkat kenakalan atlet lebih rendah dari non atlet. Negara Rusia memandang olahraga sebagai wahana yang penting dalam melawan kenakalan.
d.      Olahraga sebagai cara untuk mempersiapkan atlet menata kehidupan. Gagasan ini benar apabila konsepnya pada olahraga disekolah, pelajaran pendidikan jasmani, atau atlet olahraga amatir, tidak berlaku untuk olahraga professional. Olahraga profesional mengusung konsep bahwa kehidupan itu adalah olahraga itu sendiri. Kehidupan pelaku atau atlet olahraga professional adalah pengerahan terhadap tenaga, waktu dan pikiran hanya semata-mata fokus untuk olahraga dimaksud. Sebagai tambahan baik atlet olahraga amatir, siswa pendidikan jasmani maupun atlet profesional bahwa, pemberian sanjungan yang berlebihan kepada mereka yang berprestasi juga tidak bersifat mendidik untuk kehidupan masa depannya.
e.       Olahraga sebagai cara membina kebugaran jasmani benar dan tepat untuk cabang olahraga kecil seperti Tennis, Jogging, Renang yang latihannya dibiasakan sepanjang hayat. Tidak demikian dengan olahraga besar seperti olahraga beladiri (contact sport) yang mengandung resiko sebaliknya, meskipun sebagian atlet atau mantan atlet untuk cabang olahraga ini tetap sehat tanpa mengalami cacat, dan umumnya orang yang membiasakan berolahraga akan memiliki kebugaran jasmani yang lebih baik daripada yang jarang atau tidak berolahraga.
f.        Olahraga sebagai cara peningkat kemajuan akademik; tinjauannya ada dua; (1) siswa yang memanfaatkan kemampuan berolahraga untuk dapat terus meningkatkan pendidikan; (2) setelah berhasil dalam olahraga, siswa dihadapkan pilihan antara olahraga dan kerja akademik. Sulit membagi waktu, tenaga dan perhatian untuk kedua-duanya sekaligus. Ada kondisi dimana siswa memanfaatkan beasiswa atau dana hasil beliau sebagai atlet olahraga untuk mempersiapkan diri meraih kemajuan akademik, keluar dari ranah olahraga; tetapi ada juga yang terpaksa mengorbankan kelanjutan pendidikannya demi olahraga.
g.      Olahraga sebagai cara pengembang religious. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat bukti yang kuat bahwa olahraga dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat religiusitas para atlet (Edward,1981). Memang sebelum bertanding atlet berdoa kemudian setelah itu berpikir mencari-cari cara, atau celah untuk melakukan kecurangan, pelanggaran aturan yang kesannya legal. Tradisi mengumandangkan lagu kebangsaan sebelum pertandingan atau ketika upacara penyerahan medali sebenarnya tidak dihayati dengan khusuk, kalaupun kelihatan demikian itu berlaku ketika itu bukan berarti terpatri sehingga meningkatkan religious yang permanen didalam diri.
h.      Olahraga sebagai cara penumbuh rasa patriotisme adalah bentuk idealism pada olahraga amatir. Olahraga dijadikan sebagai instrumen politik oleh banyak negara, bahkan mungkin semua negara yang ada di dunia. Dahulu pada awalawalnya atlet maju berlaga pada pertandingan internasional merupakan bentuk dari pengabdian diri demi menaikkan derajat prestise negaranya, dan itu dilakukan dengan caranya sendiri. Sekarang keadaannya berbeda, hampir tidak ada lagi atlet yang berlaga pada pertandingan internasional dengan usahanya sendiri. Atlet dibiayai oleh pemerintah atau badan swasta untuk menjadikannya siap bertanding demi mengharumkan bangsa dan nengaranya. Realita yang demikian memunculkan keraguan yang sulit ditebak apakah para atlet masih murni bertanding habis-habisan demi negaranya ataukah demi uang. Memang ada episode-episode patriotik dalam kejuaraan dunia dan Olympiade tetapi seberapa lama kesetiaan nasional itu bertahan masih memerlukan penelitian yang lebih mendalam.

2.      Langkah-langkah agar olahraga dan  aktivitas jasmani dapat menjadi budaya dimasyarakat dan sebagai alat pendidikan :
1.      Olahraga harus dibudayakan dalam semua aktivitas kehidupan serta dapat diperkenalkan kepada anak dan remaja sejak usia dini. Seperti yang kita ketahui pada usia kanak-kanak dan remaja, di mana tubuh sedang berada dalarn tahap pertumbuhan. Maka tubuh membutuhkan olahraga untuk memastikan otot-otot, tulang, jantung, paru¬paru dan setiap organ vital lainnya tumbuh secara normal dan sehat, di samping berguna untuk pembinaan kepribadian yang baik. Dengan memperkenalkan olah raga bagi anak sejak usia dini, sehingga anak menjadi terbiasa dengan aktivitas tersebut, sebab seperti yang kita ketahui sebuah sifat anak pada masa dewasa semuanya terbawa dari kebiasaan mereka pada masa anak-anak. Maka disinilah perlu pengenalanan olah raga sejak dini bagi anak, sehingga aktifitas olah raga menjadi suatu kebiasaan dan kegiatan disamping aktifitas yang lain dan anak tidak terasing dengan yang namanya olah raga, sehingga dikala memasuki usia tua orang tidak lagi membutuhkan tenaga yang besar untuk melalukan olah raga sebab sudah terbiasa dilakukan sejak anak-anak.
2.      Melaksnakan kegiatan olahraga bersama di semua jenjang pendidikan/sekolah dan kantor-kantor pemerintahan/swasta seminggu 1x. Misalnya dilaksanakan pada hari jumat untuk melakukan olahraga bersama.
3.      Melaksanakan kegiatan pekan olahraga mulai dari tingkat desa, kecamatan dan kabupaten di masing-masing daerah. Selain itu kegiatan PORDA, PON dan Event olahraga lainnya perlu terus di lanjutkan.
4.      Pemerintah/swasta rutin melaksanakan kegiatan/event yang melibatkan seluruh kalangan masyarakat untuk ikut serta berolahraga. Misalnya membuat event gerakan jalan sehat, bersepeda, lari marathon 5K sampai 10K, color run, dan night run yang dikombinasikan dengan pegelaran konser musik.
5.      Menempatkan sarana dan prasarana olahraga di ruang terbuka publik agar muncul keinginan masyarakat untuk berolahraga. Selain itu pembuatan lapangan-lapangan umum untuk masyarakat berolahrga perlu terus dikembangkan dan dirawat.
6.      Melakukan promosi olahraga. Ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu: mempromosikan olahraga dan melakukan promosi melalui olahraga.
§  Mempromosikan olahraga adalah promosi yang ditujukan untuk perkembangan olahraga itu sendiri, artinya agar membuat olahraga bukan hanya sekedar menjadi populer, tapi juga agar menjadi penting dan menjadi kebutuhan di masyarakat.
§  Promosi melalui acara olahraga adalah sesuatu yang paling ideal untuk masyarakat. Acara olahraga bukan hanya memberikan keuntungan ekonomi, sosial, dan budaya kepada sebuah wilayah, kota, atau negara, tetapi juga berefek pada peninggalan atau warisan (legacy) dari acara tersebut. Contohnya sebagai tuan rumah piala dunia atau olimpiade.
7.      Sosialisasi cabang olahraga baru pada setiap jenjang pendidikan hingga ke masyarakat. Sosialisasi olahraga baru dapat dimulai pada tingkat perguruan tinggi atau guru-guru PJOK karena untuk pengenalan cabang olahraga baru perlu peserta/audiens yang mampu dengan cepat memahami cabang olahraga yang disosialisasikan kemudian setelah itu secara bertahap di sosialisasikan ke jenjang pendidikan lainnya. Setelah sosialisasi perlu adanya kompetisi/pertandingan secara kontinyu agar peserta termotivasi untuk mendalami cabang olahraga tersebut. Misalnya saja yang sudah berhasil di sosialisasikan saat ini  dan sampai ke tangan di masyarakat seperti woodball, getball, rugby, kriket, petaque dan kabbdi.
8.      Untuk membudayakan olahraga di sekolah dapat dilakukan dengan program olahraga bersama sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar. Misalnya pagi hari sebelum pelajaran dimulai dilaksankan kegiatan senam SKJ bersama siswa dan guru di lapangan/halaman sekolah. Program seperti ini agak sulit diterapkan disekolah tetapi saya pikir ini efekti untuk membudayakan olahraga. Hal ini disebabkan oleh setelah siswa berolahraga, siswa berkeringat dan menimbulkan bau yang tidak sedap di dalam kelas sehingga berdampak pada terganggunya konsentrasi belajar siswa dan guru di dalam kelas.

3.      Bentuk kegiatan  aktivitas jasmani sebagai cara untuk pengembangan nilai sosial atau pengendalian diri untuk membantu mengurangi kenakalan/ penyimpangan yang dilakukan oleh para pelajar/ remaja.
Olahraga sebagai pengembang nilai sosial atau pengendalian diri. Masa lalu, sebelum muncul budaya tanding (counter culture) dari aktivitas olahraga, atlet merupakan model dari orang-orang yang baik. Penelitian yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa tingkat kenakalan atlet lebih rendah dari non atlet. Negara Rusia memandang olahraga sebagai wahana yang penting dalam melawan kenakalan.
Kegiatan 1
Mewajibkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. Misalnya siswa mengikuti ektrakulikuler olahraga, melalui kegiatan ini siswa di sibukkan dengan kegiatan positif di luar jam pelajaran sehingga dapat membantu untuk mengurangi kenakalan/ penyimpangan pada pelajar. Selain itu kegiatan ektrakulikuler juga memiliki manfaat lain yaitu :
  1. Sebagai media untuk mengembangkan potensi dan bakat siswa
Kegiatan ekstrakulikuler dapat dijadikan sebagai media untuk mengembangkan potensi dan bakat siswa. Siswa dapat mengasah bakat yang dimilikinya secara bertahap. Selain itu, kegiatan ekatrakulikuler juga dapat menjadi media penggali potensi untuk siswa yang belum menyadari apa bakat yang dimilikinya.
  1. Mengajarkan komitmen dan disiplin.
Siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler akan menyadari jika kegiatan ekstrakulikuler yang mereka ikuti membutuhkan komitmen agar dapat lebih menguasai. Secara tidak langsung mereka akan belajar untuk lebih disiplin dan menentykan tujuan. Hal ini agar mengalir dan dilalui siswa seiring dengan keseriusan yang ditunjukkan.
  1. Menimbulkan ketertarikan dan semangat mengejar impian.
Anak selalu tumbuh dengan mengalami tantangan-tantangan baru dalam hidupnya. Mereka akan merasa tertarik untuk menghadapi tantangan demi tantangan menuju puncak impian yang diinginkan. Siswa yang aktif dalam mengikuti ekstrakulikuler cenderung memiliki semangat yang tinggi.
  1. Melatih bertanggung jawab dan mengambil keputusan.
Banyak kegiatan ekstrakulikuler yang memerlukan keterampilan, inisiatif dan perencanaan. Contohnya seperti ekstrakulikuler tari dan batik. Dalam ekstrakulikuler batik membutuhkan suatu keterampilan dan perencanaan untuk menciptakan karya batik yang memiliki kreatifitas tinggi. Siswa dilatih untuk mengambil keputusan yang seefisien mungkin. Ini dapat bermanfaat katika siswa telah memasuki masa kerja yang mengharuskannya untuk mengambil keputusan dalam waktu yang singkat.
  1. Dapat menciptakan suasana rileks dan menyenangkan.
Kegiatan ekstrakulikuler dapat menciptakan suasana rileks dalam diri siswa. Karena dalam kegiatan ekstrakulikuler siswa memiliki kebebasan dalam menghasilkan suatu karya. Mereka dapat menyalurkan ide dan kreatifitas yang mereka miliki dengan senang hati. Itu akan membuat siswa nyaman dan merasa senang. Hal ini akan menghindarkan siswa dari stress dan beban dalam pelajaran.
  1. Melatih percaya diri.
Kegiatan ekstrakulikuler mampu mengubah siswa untuk tampil percaya diri dan selalu termotivasi. Dalam kegiatan ekstrakulikuler siswa diajarkan untuk belajar menghadapi tekanan yang mengharuskannya untuk membangun keterampilan dan kemampuan dalam berfikir.
  1. Sebagai bekal untuk mempersiapkan karir siswa
Kegiatan ekstrakulikuler adalah bekal untuk mempersiapkan masa depan dan karir yang akan dicapai siswa. Dengan kegiatan ekstrakulikuler siswa akan memiliki skill dan pola berpikir yang baik. Ini akan membuat siswa terlatih dalam mengerjakan pekerjaan saat ini dan pekerjaan di masa depan.

Kegiatan 2
            Mengikuti club olahraga/ atau perkumpulan olahraga di luar sekolah. Dengan mengikuti club olahraga siswa dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang ia miliki. Apabila siswa hanya mengandalkan pembinaan di sekolah saja, tentunya siswa tidak bisa mencapai prestasi maksimal maka siswa perlu ikut club olahraga untuk mengembangkan dirinya. Melalui hal inilah dapat membantu mengurangi kenakalan/ penyimpangan remaja karena siswa mengisi waktu diluar sekolah dengan pengembangan diri untuk mencapai prestasi. Selain itu masih banyak manfaat lain yang dapat dirasakan dengan mengikuti club olahraga. Adapun manfaat yang dirasakan anak jika bergabung dengan klub olahraga, antara lain:
  1. Melatih anak bersosialisasi.
Apabila anak ikut serta dalam klub olahraga, mereka akan lebih mudah untuk bersosialisasi dengan teman sebaya yang mempunyai hobi sama. Hal ini akan membuat motivasinya untuk berolahraga terus terjaga.
  1. Mendorong anak untuk belajar sportif.
Dengan mengikuti klub olahraga dan bertanding dalam kelompok, anak akan belajar untuk lebih bijaksana dalam menyikapi kemenangan atau kekalahan yang diraih. Ini akan memupuk sikap sportif pada diri anak.
  1. Meningkatkan kepercayaan diri.
Anak-anak umumnya masih bersifat pemalu. Saat dirinya tergabung dalam klub olahraga di mana terdapat teman sebaya yang memiliki hobi sama, maka rasa malu tersebut akan hilang secara perlahan.
  1. Melatih kerjasama
Olahraga beregu menuntut kerjasama yang baik antar pemain. Di satu sisi, hal ini juga akan mempupuk sikap tolong-menolong, toleransi, dan empati pada diri anak.
Melihat banyaknya manfaat yang akan dirasakan, tidak ada salahnya jika orang tua memasukkan anak ke dalam klub olahraga. Namun jika dirinya tidak ingin, sebaiknya jangan terlalu dipaksakan.
Kegiatan 3
Ikut berpartisipasi sebagai peserta dikegiatan Lomba Gerak Jalan atau menjadi peserta Paskibraka dalam rangka HUT Kemerdekaan RI. Mengikuti kegiatan seperti ini merupakan salah satu langkah untuk menjauhkan diri dari kenakalan/penyimpangan remaja. Meskipun kegiatan ini bersifat tahunan namun dampak yang dirasakan sangat besar bagi siswa karena proses latihan gerak jalan dan paskibraka berfokuskan pada kedisiplinan. Selain manfaat untuk kesehatan, gerak jalan dan paskibraka dapat menumbuhkan semangat kekeluargaan, dan rasa nasionalisme siswa/pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aktivitas Olahraga Senam, Akuatik, Beladiri dan Pendidikan Kesehatan

TUGAS AKHIR M6 : Aktivitas Olahraga Senam, Akuatik, Beladiri dan Pendidikan Kesehatan Tugas 1 Senam 1.       Buatlah uraian 3 gerakan ...