TUGAS
M3 KB 3 : Fisiologi Olahraga
1.
Buat rangkuman efek latihan terhadap perubahan-perubahan pada
organ-organ tubuh dan sistem yang ada pada tubuh.
2.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan resintesa ATP dan proses
resintesa ATP baik secara anaerobik maupun aerobik.
3.
Jelaskan hubungan antara intensitas latihan dengan sistem energi
yang digunakan dan sebutkan contoh-contoh cabang olahraga yang menggunakan
sistem energi tersebut
4.
Jelaskan proses terbentuknya asak laktat pada aktifitas fisik dan
bagaimana usaha yang dilakukan untuk mengurangi konsentrasi asam laktat yang
sudah terbentuk.
5.
Jelaskan beberapa prinsip latihan fisik.
Jawaban :
1.
Latihan fisik merupakan suatu
kegiatan fisik menurut cara dan aturan tertentu yang dilakukan secara
sistematis dalam waktu relatif lama serta bebannya meningkat secara progresif. Latihan
fisik bertujuan untuk meningkatkan efisiensi fungsi sistem tubuh dan mencegah
terjadinya cedera pada bagian-bagian tubuh yang dominan aktif digunakan.
Latihan fisik dikembangkan dan dilaksanakan untuk pencapaian berbagai tujuan
yaitu: kesehatan (preventif dan rehabilitatif), rekreasi, dan kompetitif.
Tujuan tersebut dapat tecapai tergantung dari kuantitas dan kualitas latihan
fisik yang dilakukan.
a. Respon
dan Adaptasi Tubuh
Latihan fisik dapat dianggap sebagai
stressor fisik yang dapat menimbulkan perubahan fisiologi dan dapat
dikondisikan dalam waktu tertentu oleh tubuh itu sendiri, sehingga menjadi stimulator
yang pada akhirnya dapat ditujukan untuk peningkatan kualitas
fisiologi.Perubahan yang berlangsung saat itu juga sering disebut efek
fisiologik sementara atau efek akut (respon), sedangkan perubahan fisiologi
setelah melakukan latihan fisik dengan rentang waktu tertentu disebut efek
menetap atau efek kronik (adaptasi). Respon adalah jawaban tubuh yang bersifat
sementara karena ada aktivitas fisik (Denyut jantung meningkat frekuensi
pernapasan meningkat, suhu tubuh meningkat, kontraksi otot meningkat, tekanan
darah meningkat). Sedangkan yang dimaksud dengan adaptasi adalah Jawaban tubuh
yang bersifat menetap karena latihan fisik (meningkatnya daya tahan, stamina,
kekuatan, kelincahan fleksibilitas.)
b. Manfaat
Latihan Fisik Pada Berbagai Sistem Tubuh.
Latihan fisik aerobik maupun anaerobik
yang dilakukan dengan menerapkan prinsipprinsip latihan dengan tepat maka akan
terjadi perubahan yang positif dalam sistem tubuh yang sering disebut “training
effect”.
1. Efek Latihan Fisik Pada Sistem Neuromuscular. Adaptasi
sistem muscular pada olahraga adalah perubahan yang terjadi pada system neuromuscular
sebagai respon kronik dari olahraga. Perubahan tersebut meliputi aktivasi sistem
syaraf pusat dan fungsi neuromuscular, perubahan jumlah dan ukuran serat otot,
peningkatan ATPase, peningkatan jumlah kapiler dalam serabut otot, peningkatan
mioglobin, peningkatan oksidasi lemak dan karbohidrat.
·
Aktivasi sistem syaraf dan fungsi neuromuscular.
Olahraga dengan intensitas tinggi akan memerlukan rekruitmen serabut otot fast
dan slow dan meningkatkan jumlah motor unit yang terlibat sehingga akan
menghasilkan kekuatan otot.
·
Perubahan jumlah dan ukuran serat otot. Perubahan
ukuran serabut otot yang menjadi lebih besar disebut dengan hyperthropy. Hyperthropy
merupakan hasil adaptasi dari latihan resisten dan endurance. Latihan resisten
lebih besar menyebabkan otot hyperthropy dibandingkan dengan latihan endurance.
Hyperplasia merupakan bertambahnya jumlah serabut otot karena latihan fisik.
Hasil latihan latihan resisten yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama akan
meningkatkan jumlah serabut otot sebesar 5 – 15%.
·
Peningkatan jumlah kapiler dalam serabut
otot. Olahraga endurance dalam waktu yang lama akan meningkatkan kapilerisasi
dalam serabut otot. Peningkatan kapilerisasi itu akan meningkatkan aliran darah
untuk keperluan kontraksi otot. Adaptasi ini tidak hanya terjadi pada tipe
serabut otot slow saja, tetapi terjadi juga pada tiper serabut otot fast.
·
Peningkatan enzim. Latihan fisik aerobic
intensitas berat dan latihan anaerobic sub-maksimal akan menigkatkan sistem
energi ATP-PC, glikolisis anaerobik, dan sistem asam laktat, sehingga terjadi peningkatan
kapasitas anaerobik otot. Sistem energi fosfagen (ATP-PC) juga akan meningkat diakibatkan
oleh persediaan ATP-PC lebih banyak, yang timbul karena sistem enzim yang diperlukan
daiam sistem ATP-PC lebih aktif bekerja. Enzim yang dominan bekerja adalah: ATP-ase
dan miokinase.
·
Peningkatan myoglobin. Mioglobin adalah
sejenis protein yang berfungsi mengikat oksigendalam otot dan berfungsi sebagai
penimbun cadangan oksigen dalam otot, khususnya di dalam organel mitokondria.Mitokondria
berfungsi sebagai gudang pembentukan energi aerobik dan sangat kaya dengan
sisternae. Peningkatan oksidasi lemak dan karbohidrat. Latihan fisik aerobik
meningkatkan kapasitas otot untuk mengubah glikogen menjadi C02 dan H2O serta
ATP dengan bantuan ketersediaan oksigen. Peningkatan ini akan disertai dengan peningkatan
jumlah dan diameter mitokondria. Energi yang dibentuk dari lemak 40 kali lebih besar
bila dibandingkan dengan sumber energi dari karbohidrat yang banyak dibutuhkan
pada cabang olahraga anaerobik (waktu singkat tetapi pengerahan energi maksimal
atau supra maksimal) sedangkan pada jenis olahraga yang dilakukan dalam waktu
relatif lama, sumber energi utama berasal dari lemak.
2. Efek
Latihan Fisik Pada Sistem Pernapasan Peningkatan kekuatan otot pernapasan (otot
inspirasi dan otot ekspirasi), berkaitan erat dengan peningkatan metabolisme
energi di dalam mitokondria sel otot pernapasan yang aktif. Peningkatan
kebutuhan oksigen pada otot pernapasan, berkaitan dengan meningkatnya
resintesis asam laktat untuk dijadikan sumber energi baru untuk kerja otot
tersebut. Secara umum perubahan secara anatomis, biokemis, dan fisiologis yang
terjadi pada sistem pernapasan meliputi hal-hal sebagai berikut:
·
Meningkatkan kemampuan pernapasan, yaitu:
ventilasi, difusi, dan perfusi, terutama pada saat tumbuh-kembang.
·
Meningkatkan kekuatan otot pernapasan,
khususnya otot inspirasi, otot ekspirasi, dan otot-otot perut, sehingga
pengembangan rongga dada dan paru-paru semakin besar.
·
Pengembangan rongga dada yang semakin
besar akan meningkatkan volume pernapasan dan difusi paru, sehingga terjadi
peningkatan pertukaran oksigen dan karbondioksida di daerah alveoli dan darah.
·
Mengurangi laju penurunan fungsi paru
secara keseluruhan pada berbagai usia, utamanya pada kondisi lanjut usia.
3. Efek
Latihan Fisik Pada Sistem Kardiovaskuler. Istilah kardiovaskuler berasal dari
gabungan antara kata kardio dan vaskuler. Kardio adalah nama lain jantung,
sedangkan vaskuler merupakan istilah lain tentang pembuluh darah. Sistem kardiovaskuler
dapat diartikan sebagai sistem peredaran darah dengan jantung bekerja sebagai pompa
dengan mengalirkan darah ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah. Jadi
terdapat tiga unsur dalam sistem peredaran darah yaitu jantung, darah dan
pembuluh darah. Saat pelaksanaan aktivitas olahraga maka terjadi respon
fisiologis yang dilakukan oleh system kardiovaskuler. Salah satu respon yang
dilakukan jantung yaitu dengan meningkatkan denyut jantung. Dengan adanya
peningkatan denyut jantung maka jumlah darah yang di distribusikan menjadi lebih
cepat diterima oleh anggota tubuh. Hal ini penting dilakukan untuk
menghantarkan oksigen dan sari makanan pada sel, membawa panas untuk dibawa dan
dilepas melalui permukaan kulit serta melepaskan karbondioksida sebagai hasil
sisa metabolisme. Sedangkan pembuluh darah melakukan respon dengan melakukan
proses vasodilatasi pada otot yang aktif atau melebarkan pembuluh darah
sehingga dengan semakin lebar pembuluh darah maka semakin banyak pula jumlah
darah yang dapat mengalir secara cepat melewati pembuluh darah.
4. Efek
Latihan Fisik Pada Jaringan Ikat Dan Komposisi Tubuh. Latihan fisik aerobik
dapat membantu proses pertumbuhan dan mampu meminsimalkan terjadinya
osteoporosis dini, karena memang latihan fisik mampu meningkatkan transport dan
pengikatan kalsium yang sangat dibutuhkan oleh matriks tulang (osteosit dan
osteoblast), sehingga tulang menjadi padat, kuat, dan sekaligus lentuk,
sehingga kemungkinan terjadinya fraktur tulang pun dapat diminimalkan.
5. Efek
Latihan Fisik Pada Sistem Reproduksi, Ketahanan Tubuh dan Hormon Olahraga yang
dilakukan dengan dosis adekuat dan sistematis ternyata sangat ampuh untuk
terapi pada beberapa kasus: kesulitan memiliki anak, meningkatkan kesuburan
pria dan wanita, dan meningkatkan daya tahan tubuh para penderita kanker dan
AIDS. Efek latihan fisik aerobic berbagai dosis akan mengakibatkan perubahan
pada komponen sistem ketahanan tubuh, yang pada akhirnya akan dicerminkan pada
kemampuan tubuh untuk tidak mudah terkena atau terserang bibit penyakit.
2.
Adenosine Triphosphate (ATP)
adalah sebuah nukleotida yang dikenal di dunia biokimia sebagai zat yang paling
bertanggung jawab dalam perpindahan energi intraseluler. ATP mampu menyimpan
dan memindahkan energi kimia di dalam sel. ATP juga memiliki peran penting
dalam produksi nucleic acids. Molekul-molekul ATP juga digunakan untuk menyimpan
bahan pembentuk energi yang diproduksi oleh respirasi sel.
a. Sistem energi aerobik menggunakan oksigen untuk menghasilkan
ATP dan untuk pembakaran pada otot. Latihan aerobik juga disebut latihan daya
tahan. Untuk kegiatan aerobik, perlu setidaknya tiga menit dalam durasi.
Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan
oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi sehingga juga akan
bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung,
paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses
pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas aerobik
biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah sampai sedang
yang dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang cukup lama, seperti jalan
kaki, bersepeda atau juga jogging. Proses metabolisme energi secara aerobik melalui pembakaran
glukosa/glikogen secara total akan menghasilkan 38 buah molukul ATP dan juga
akan menghasilkan produk samping berupa karbon dioksida (CO2) serta air (H2O).
Persamaan reaksi sederhana untuk mengambarkan proses tersebut dapat dituliskan
sebagai berikut :
Glukosa + 6O2 +38
ADP + 38Pi ---> 6 CO2 + 6 H2O + 38 ATP
b. Sistem energi anaerobik tidak menggunakan oksigen untuk
menghasilkan ATP. Penggunakan sistem energi ini saat melakukan aktivitas dengan
intensitas tinggi dengan cepat atau untuk kurang dari tiga menit. Salah satu
alasan kegiatan anaerobik tidak dapat dilakukan untuk waktu yang lama adalah
bahwa asam laktat menumpuk di otot. Aktivitas anaerobik biasanya akan
membutuhkan interval istirahat agar ATP dapat diregenerasi sehingga kegiatannya
dapat dilanjutkan kembali. Contoh dari kegiatan/jenis olahraga yang memiliki
aktivitas anaerobik dominan adalah lari cepat (sprint), push-up, body building,
gimnastik atau juga loncat jauh. Dalam beberapa jenis 2 olahraga beregu atau
juga individual akan terdapat pula gerakan-gerakan/aktivitas seperti meloncat,
mengoper, melempar, menendang bola, memukul bola atau juga mengejar bola dengan
cepat yang bersifat anaerobik. Oleh sebab itu maka beberapa cabang olahraga
seperti sepakbola, bola basket atau juga tenis lapangan disebutkan merupakan
kegiatan olahraga dengan kombinasi antara aktivitas aerobik dan anaerobik.
3.
Latihan
atau aktifitas fisik dan penyediaan sumber energi
pada hakekatnya merupakan variabel yang erat berhubungan secara timbal balik.
Keduanya dapat dikembangkan secara bersamaan melalui program latihan yang
diatur sedemikian rupa menurut tujuan pengembangan yang direncanakan. Disamping
prinsip pengembangannya bersifat individu dan harus meningkat, terdapat juga
berbagai metode latihan yang harus diacu untuk efisensi kerja dalam upaya
mengembangkan energi predominan pada peningkatan kualitas fisik tertentu. Dalam
penerapannya dilapangan, sistem energi selalu dikaitkan kegiatan fisik yang
terprogram atau dengan latihan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas fisik
yang diperlukan oleh berbagai cabang olahraga.
Selama aktivitas/latihan dengan intensitas
tinggi penggunaan ATP berlangsung sangat cepat. Fosfatkreatin (creatine phosphate = CP) seperti halnya
ATP tersimpan dalam otot yang bila diuraikan akan melepaskan energy. Keduanya
tergololng kelompok fosfat dan karena itu maka disebut sistem fosfagen. Energi yang
dilepaskan digunakan untuk meresintesis ATP
Rangkaian reaksi gandanya dinyatakan seperti skema berikut:
1. CP-----► Cr + Pi +
Eenrgi
2. Energi + ADP +
Pi-----► ATP
Walaupun
rangkaian reaksi tersebut dilihat sederhana, namun di dalam tubuh keadaannya
lebih kompleks serta memerlukan adanya enzim. Senyawa protein ini berfungsi
mempercepat terjadinya reaksi kimia tertentu, misalnya semua reaksi metabolik
dalam tubuh memerlukan enzim termasuk sintesis atau resintesis ATP. Kandungan
ATP dan PC di dalam otot sangat sedikit, diperkirakan hanya 0,3 mol pada
wanita, dan 0,6 mol pada pria. Jumlah keseluruhan ATP yang berasal dari sistem
fosfagen ini sangat terbatas dan akan terkuras habis dalam kisaran waktu 10
detik pada kinerja super maksimal. Dalam olahraga pasokan energi utama ATP – PC
sangat penting pada saat sprint (100 m), lompat dan berbagai keterampilan
dengan waktu dalam hitungan detik.
4.
Asam laktat merupakan
zat yang timbul akibat dari kontraksi otot dengan cara kerja anaerobik atau
biasa disebut hampas otot. Pada fase kerja dari latihan fisik anaerobik, akan
terjadi insufisiensi oksigen di mitokondria sel otot, karena kecepatan
kebutuhan energi yang dikerahkan, secara relatif, melebihi kecepatan suplai oksigen
ke mitokondria oleh sistem transportasi oksigen. Hal ini akan menyebabkan
mitokondria mengalami insufisiensi oksigen sehingga terjadi glikolisis
anaerobik yang menghasilkan asam laktat dari asam piruvat di sitoplasma sel
otot. Bila glikolisis anaerobik berlangsung terus, terjadilah akumulasi asam
laktat dalam darah. Setelah aktifitas fisik dengan intensitas tinggi
berlangsung selama 30 detik maka system ATP-PC (sistem fosfagen) telah terkuras
habis sehingga butuh resintesis lagi melalui proses glikolisis anaerobik.
Sistem fosfagen pada keadaan seperti ini selain, membentuk ATP dari pemecahan
creatine phospate (CP), juga akan membentuk ATP dari penggabungan 2 molekul ADP
(Adenosin Diphosphat), sehingga terbentuk AMP (Adenosine Monophosphate). ADP +
ADP -> ATP+AMP.
Selama fase istirahat dari latihan fisik
anaerobik terjadi proses pemulihan cadangan energi. Terjadi pemulihan cadangan
ATP-PC melalui metabolisme aerobik di kedua jenis otot, begitu juga dengan asam
laktat yang terakumulasi selama fase kerja. Sebagian besar asam laktat akan
diubah menjadi asam piruvat dan selanjutnya bergabung dengan CoA membentuk
asetil-CoA. Asetil CoA bersama dengan oksaloasetat membentuk asam sitrat, yang
selanjutnya mengalami serangkaian reaksi kimia di siklus Krebs di Mitokondria
sebagai bagian dari metabolisme aerobik. Perubahan asam laktat ke asam piruvat
di sitoplasma merupakan suatu proses dissosiasi (asam piruvat <-> asam
laktat) yang merupakan reaksi bolak balik. Bila kadar asam laktat jauh lebih
tinggi daripada asam piruvat, maka reaksi akan berjalan lebih cepat ke kiri.
Oleh karena itu, kecepatan penyingkiran asam laktat dari darah akan berlangsung
lebih cepat pada latihan fisik anaerobik. Aktifitas fisik pada saat pemulihan
akan turut mempengaruhi kecepatan penurunan kadar asam laktat darah. Bagi
individu yang tidak terlatih, optimal dilakukan dengan intensitas antara 30%
hingga 45% dari VO2Max dan bagi atlet yang terlatih antara 50% hingga 65% dari
VO2Max.
Pembuangan asam laktat lebih cepat bila
pada masa pemulihan dilakukan aktifitas ringan atau sedang dibandingkan dengan
tanpa aktifitas, karena pada aktifitas ringan atau sedang distribusi asam
laktat dari berbagai bagian otot yang aktif ke berbagai otot yang tidak aktif
dan organ lainnya, berjalan lebih cepat. Pada aktifitas fisik tersebut terjadi
kontraksi-kontraksi otot. Kontraksi otot akan memeras pembuluh darah sedang dan
kecil, sehingga menyebabkan aliran darah menjadi lebih cepat.
5.
Beberapa
prinsip latihan yang penting adalah sebagai berikut:
a)
Prinsip
beban bertambah (the overload principles).
Tubuh manusia pada umumnya mampu untuk menyesuaikan diri dengan kerja atau
beban yang lebih berat. Kekuatan otot akan berkembang lebih efektif bila diberi
beban sedikit di atas kemampuannnya. Prinsip peningkatan beban bertambah dalam
latihan dapat dilakukan dalam beberapa cara, misalnya dengan meningkatkan
frekuensi, intensitas, tipe latihan dan lama latihan (FITT).
b)
Prinsip
Individualisasi. Setiap individu mempunyai faktor
psikologis dan fisiologis yang berbeda, oleh karena itu prinsip individualisasi
merupakan hal yang sangat penting diterapkan pada setiap pelaku. Setiap program
latihan harus disusun berdasarakan kemampuan masing-masing pelaku agar tujuan
latihan dapat tercapai.Factor umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan,
latar belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kebugaran jasmani,
psikologis setiap pelaku semuanya harus diperhatikan dalam penyusunan suatu
program latihan fisik.
c)
Prinsip
pemulihan. Prinsip pemulihan adalah untuk memberikan kesempatan
bagi tubuh untuk berkembang dan mengadaptasi diri agar dapat melaksanakan
latihan berikutnya secara maksimal. Pemulihan atau pulih asal secara
biofisiologis bertujuan untuk membentuk cadangan energy dan meresintesis sampah
metabolism asam laktat dari darah dan otot) menjadi sumber energy baru untuk
aktivitas fisik lainnya. Bentuk kegiatan selama pulih asal unsur biofisiologis
dapat dilakukan dengan cara istirahat aktif maupun istirahat pasif.
d)
Prinsip
kekhususan. Prinsip kekhususan mengarah pada
perubahan morfologis dan fungsional yang berkaitan dengan gerak cabang olahraga
yang bersangkutan.Prinsip kekhususan ini meliputi kekhususan tujuan yang ingin
dicapai, kelompok otot yang dilatih, pola gerak, sistem energi utama, serta
jenis kontraksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar