PROFESIONAL GURU PJOK
TUGAS M2 KB 4 : Etika
dalam Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
1. Jabarkan
tentang perbedaan antara Pendidikan jasmani dengan Pendidikan olahraga?
2. Pengajaran
etika yang bisa dilakukan seseorang guru untuk anak didiknya dilakukan disaat
pada kegiatan?
3. Jabarkan
yang dikatakan 4 nilai etika dan moral yang menjadi inti dan bersifat universal?
JAWABAN
1.
Perbedaan
antara Pendidikan Jasmani dengan Pendidikan Olahraga
Pertanyaan tentang perbedaan
Pendidikan jasmani dan olahraga bukanlah pertanyaan yang mudah dijawab baik
oleh pemerhati olahraga maupun para pakar pendidikan. Hal ini terjadi karena
aktivitas yang nampak diantara keduanya memiliki kesamaan yaitu permainan dan
aktivitas fisik. Konsep dasarnya pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
dasar keilmuannya (basic of knowledge)
adalah mendidik manusia melalui aktivitas jasmani, olahraga maupun kesehatan.
Pendidikan jasmani
berbeda dengan olahraga. Berikut akan ditinjau lebih dalam tentang perbedaan
pendidikan jasmani dan olahraga, yaitu:
a. Aspek
Aktivitas
Aktivitas
pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan, sedangkan olahraga
terbatas pada aktivitas olahraga itu sendiri. Selain aktivitas ritmik, aquatik,
outbound, permainan dan aktivitas pengembangan tubuh maka aktivitas olahraga
merupakan salah satu bentuk dari aktivitas pendidikan jasmani. Dapat
disimpulkan bahwa ruang lingkup aktivitas pendidikan jasmani lebih luas dan
beragam daripada aktivitas olahraga.
b. Aspek
Pusat Materi (Konsentrasi Utama)
Maksud
dari kata pusat materi adalah fokus/ konsentrasi utama dari aktivitas. Secara
mudah dapat dijelaskan dengan “Apa yang diinginkan melalui aktivitas ini?”.
Pusat materi pada pada olahraga adalah bagaimana agar seseorang tersebut mampu
memahami dan mempraktekkan teknik–teknik cabang olahraga secara benar dan tepat
untuk mencapai tujuan olahraga. Jadi pada olahraga, mau tidak mau harus dapat
melakukan teknik-teknik olahraga tersebut. Apabila ia belum mampu, maka ia
harus berlatih meningkatkan teknik yang dimilikinya. Sebagai contoh : Target
waktu lari 100 M putra adalah dibawah 10 detik, maka mau tidak mau seseorang
tersebut harus terus dan terus berlatih untuk dapat berlari sprint 100 M dengan
catatan waktu dibawah 10 detik. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pusat materi
pada olahraga adalah olahraga itu sendiri. Pada pendidikan jasmani pusat materi
adalah siswa. Sebagai contoh: siswa diajarkan lari sprint 100 Meter. Apabila
siswa-siswa tersebut tidak dapat menempuh lari sprint dalam tempo kurang dari
10 detik, maka hal ini bukanlah masalah yang besar, karena bukan merupakan
tuntutan olahraga. Hal ini tergantung dari apa yang ingin dicapai dari
aktivitas lari sprint 100 meter yang telah ditetapkan sebelumnya oleh guru
pendidikan jasmani. Mungkin tujuan yang diinginkan melalui lari 100 meter
adalah bagaimana siswa belajar untuk berkompetisi dengan siswa lainnya, melatih
daya ledak anaerobik dls sehingga dapat dikatakan, sekali lagi, pemilihan dan
penetapan tujuan materi ajar disesuaikan dengan kondisi siswa yang telah
diketahui sebelumnya oleh guru pendidikan jasmani.
Tabel
1. Perbandingan Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Nurhasan, 2005)
No
|
Pendidikan Jasmani
|
Pendidikan Olahraga
|
1.
|
Diselenggarakan
terutama di
lingkungan sekolah
|
Terutama di luar
sekolah
dan masyarakat
|
2.
|
Mengacu
pada pembinaan hidup sehat
|
Pembinaan dan
peningkatan
prestasi
|
3.
|
Mata
ajar wajib di sekolah
|
Sukarela
di masyarakat
|
4.
|
Dikelola di
bawah wewenang
Mendiknas
|
Menpora bersama
organisasi olahraga
|
5.
|
Cenderung
memasyarakatkan
olahraga
|
Mengolahragakan
masyarakat
|
2.
Pengajaran etika yang bisa dilakukan
seseorang guru untuk anak didiknya dilakukan disaat kegiatan proses belajar
mengajar. Kita telah menyadari bahwa pendidikan jasmani dan olahraga adalah
laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab itu guru pendidikan jasmani
harus mencoba mengajarkan etika dan nilai dalam proses belajar mengajar, yang mengarah
pada kesempatan untuk membentuk karakter peserta didik. Karakter anak didik
yang dimaksud tentunya tidak lepas dari karakter bangsa Indonesia serta
kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan oleh setiap orangtua dalam
keluarga, juga dapat diupayakan melainkan pendidikan nilai di sekolah. Saran
yang bisa diangkat yaitu :
a)
Seluruh suasana dan iklim di sekolah
sendiri sebagai lingkungan sosial terdekat yang setiap hari dihadapi, selain di
keluarga dan masyarakat luas, perlu mencerminkan penghargaan nyata terhadap
nilai-nilai kemanusiaan yang mau diperkenalkan dan ditumbuhkembangkan
penghayatannya dalam diri peserta didik. Misalnya, kalau sekolah ingin
menanamkan nilai keadilan kepada para peserta didik, tetapi di lingkungan
sekolah itu mereka terang-terangan menyaksikan berbagai bentuk ketidakadilan,
maka di sekolah itu tidak tercipta iklim dan suasana yang mendukung
keberhasilan pendidikan nilai. (Seperti praktek jual-beli soal, mark up nilai,
pemaksaan pembelian buku dan sebagainya)
b)
Tindakan nyata dan penghayatan hidup dari
para pendidik atau sikap keteladanan mereka dalam menghayati nilai-nilai yang
mereka ajarkan akan dapat secara instingtif mengimbas dan efektif berpengaruh
pada peserta didik. Sebagai contoh, kalau guru sendiri memberi kesaksikan hidup
sebagai pribadi yang selalu berdisiplin, maka kalau ia mengajarkan sikap dan
nilai disiplin pada peserta didiknya, ia akan lebih disegani.
c)
Semua pendidik di sekolah, terutama para
guru pendidikan jasmani perlu jeli melihat peluang-peluang yang ada, baik
secara kurikuler maupun non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan pentingnya
sikap dan perilaku positif dalam hidup bersama dengan orang lain, baik dalam
keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat. Misalnya sebelum pelajaran dimulai,
guru menegaskan bila anak tidak mengikuti pelajaran karena membolos, maka nilai
pelajaran akan dikurangi. Secara kurikuler pendidikan nilai yang membentuk
sikap dan perilaku positif juga bisa diberikan sebagai mata pelajaran
tersendiri, misalnya dengan pendidikan budi pekerti. Akan tetapi penulis tidak
menyarankan untuk di lakukan.
d)
Melalui pembinaan rohani siswa, melalui
kegiatan pramuka, olahraga, organisasi, pelayanan sosial, karya wisata, lomba,
kelompok studi, teater, dan lain-lain. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut para pembina
melihat peluang dan kemampuannya menjalin komunikasi antar pribadi yang cukup
mendalam dengan peserta didik.
3.
Empat
nilai etika dan moral yang menjadi inti dan bersifat universal.
Rusli Lutan mengatakan Nilai Moral
itu beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan, kebenaran,
respek, keramahan, integritas, keadilan, kooperasi, tugas dll. Lebih lanjut
dikatakan ada 4 nilai moral yang menjadi inti dan bersifat universal yaitu :
1. Keadilan
Keadilan
ada dalam beberapa bentuk; distributif, prosedural, retributif dan kompensasi.
Keadilan distributif berarti keadilan yang mencakup pembagian keuntungan dan
beban secara relatif. Keadilan prosedural mencakup persepsi terhadap prosedur
yang dinilai sportif atau fair dalam menentukan hasil. Keadilan retributif
mencakup persepsi yang fair sehubungan dengan hukuman yang dijatuhkan bagi
pelanggar hukum. Keadilan kompensasi mencakup persepsi mengenai kebaikan atau
keuntungan yang diperoleh penderita atau yang diderita pada waktu sebelumnya.
Seorang wasit bila ragu memutuskan apakah pemain penyerang berada pada posisi
off side dalam sepakbola, ia minta pendapat penjaga garis. Semua pemain
penyerang akan protes, meskipun akhirnya harus dapat menerima, jika misalnya
wasit dalam kasus lainnya memberikan hukuman tendangan penalti akibat pemain
bertahana menyentuh bola dengan tanganya, atau sengaja menangkap bola di daerah
penalti. Tentu saja ia berusaha berbuat seadil mungkin. Bila ia kurang yakin,
mungkin cukup dengan memberikan hukuman berupa tendangan bebas.
2. Kejujuran
Kejujuran
dan kebajikan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu
terkait dengan kesan tidak berdusta, menipu atau memperdaya. Hal ini terwujud
dalam tindak dan perkataan. Semua pihak percaya bahwa wasit dapat mempertaruhkan
integritasnya dengan membuat keputusan yang fair. Ia terpercaya karena
keputusannya mencerminkan kej ujuran.
3. Tanggung Jawab.
Tanggung
jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung
jawab ini adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang atlet harus
bertanggung jawab kepada timnya, pelatihnya dan kepada permainan itu sendiri.
Tanggung jawab ini merupakan nilai moral terpenting dalam olahraga.
4. Kedamaian
Kedamaian mengandung
pengertian: a) tidak akan menganiaya, b) mencegah penganiayaan, c)
menghilangkan penganiaan, dan d) berbuat baik. Bayangkan bila ada pelatih yang
mengintrusksikan untuk mencederai lawan agar tidak mampu bermain? Pelajar dan
atlet membutuhkan rasa hormat kepada orang lain, apakah teman sekelasnya, lawan
bertanding, guru ataupun pelatihnya. Mereka perlu belajar tentang bagaimana
pentingnya memperlakuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar